Aku Bukan Taruhan

Aku Bukan Taruhan

Awal Sebuah Kisah

Pukul 11.30, Jum'at siang.

Kafe Harmoni, di depan kampus.

Ketiga orang gadis muda sedang duduk di pojokan kafe, mereka sibuk dengan gawainya masing-masing sambil menikmati makanan dan minuman kafe.

Sluuuurrp!!! Sluuurrrpp!!!

"Berisik deh Nad!" ujar Arindi.

Sluuurrrrppp !!!

"Nadine, berisik!!!" teriak Arindi lagi.

"Sewot amat, lagi dapet ya!" jawab Nadine.

"Dapet paan, dapet sial iya ini mah!" rutuk Arindi.

"Kenapa Arindi sayang ? Tugas tambahan lagi?" tanya Vivian kemudian.

"Yaah gitulah, ga ngerti lagi gue ama dosen satu ini, semesteran masih lama tapi tugasnya udah harus di kumpul akhir bulan. Mana projek gue yang kemarin aja belom kelar." jelas Arindi panjang lebar.

"Emang pa an tugasnya say? Mau gue bantuin? Butuh model buat tugasnya?" Vivian menggoda Arindi.

"Ga usah, lo bukannya bantuin ntar malah nyusahin gue." Arindi memanyunkan bibirnya.

"Arindi jahat... Vivi nangis nih." Vivian memaasang muka sok imut.

"Bodo amat. Ngomong-ngomong Rasya mana sih, udah jam segini ga nongol-nongol?" Arindi mulai sewot.

"Gue telpon dulu, tadi katanya otw sih." Nadine menjawab santai.

Tak lama suara nyaring seorang gadis memberi sapaan genit mendekati meja mereka dan duduk di salah satu kursi yang masih kosong dengan santainya. "Hai hai ... Nungguin ya?"

"Eh makhluknya nongol, dari mana aja lo?" Nadine bertanya heran.

"Horee Rasya dateng." Vivian memeluk Rasya seketika.

"Lama amat sih Sya, orang udah ditungguin dari tadi." Arindi mulai jengah.

"Ugh sayang akuh ini, kangen banget ya. Hehehe maaf, macet say." Rasya menggoda Arindi yang mulai bete.

Gadis yang baru datang membuka hp nya dan mulai mengetik di layarnya.

"Udahlah langsung aja yuk, udah pada login kan? Gue juga ada kerjaan abis nih," ujar Rasya pada yang lain.

"Kaya lo aja yang sibuk," ucap Arindi dengan mata mendelik.

Mereka berempat pun sibuk dengan hp masing-masing.

"Nih punya gue udah ya, Arin, Vivi udah?" tanya Rasya memulai.

"Gue udah," jawab Arindi cepat.

"Gue juga," sambung Vivian.

"Punya gue udah nih," susul Nadine cepat.

Tak lama mereka meletakkan hp nya masing masing di atas meja. Layar hp mereka menunjukkan tampilan yang sama yang berisikan halaman unduhan sertifikat bahasa Jerman yang mereka ikuti di suatu tempat kursus yang sama. Dalam sertifikat tersebut tertera nilai akhir dan predikat kelulusan yang mereka dapat setelah menyelesaikan kursus.

Mereka berempat merapatkan kepala mereka ke tengah meja untuk melihat tampilan di setiap layar hp.

"Horee Vivi lolos."

"Keknya kesialan emang lagi nempelin elu deh Rin." Nadine melirik pada hp Arindi.

"Whaaaatttt... gue ga salah liat kan? Vi? Nad? Sya?" Arindi menatap satu persatu wajah temannya karena tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Ketiga temannya hanya menggelengkan kepala dengan santai.

"Yang sabar ya say, beginilah hidup cobaan semua," celetuk Rasya pada Arindi.

"Keknya azab deh Rin hahahaha." Vivian tertawa keras.

"Ssst sst udah udah, ntar malem di apart lo ya Rin kita kumpul lagi. Btw gue juga sibuk banget, jadi maaf ya gue duluan." Rasya pun memasukkan kembali hp ke dalam tas tangannya lalu bergegas keluar kafe.

"Vivi juga duluan ya Rin... dah Arin sayang." Vivian pun bergegas memasukkan tabletnya dan langsung menghilang keluar kafe.

"Woi woi mau kemana. " Arindi menoleh pada Nadine. "Nad, lu sahabat gue yang paling baik deh Nad, lu gak pergi kan? Kita bisa bicara sebentar kan Nad?"

Nadien memasukkan hp nya ke saku celananya dengan santai lalu mengambil kacamata hitam yang sedari tadi menggantung di kerah bajunya lalu memakainya dan ia pun berdiri.

Sambil melihat ke arah Arindi yang masih berharap padanya, ia mengangkat satu tangannya yang memegang kunci dan mengarahkannya ke dinding kaca kafe, ia pun menekan kunci tersebut yang membuat sebuah motor sport di luar kafe berbunyi. Tiit Tiiit.

"Sorry ya Rin, gue ada kencan dengan kesayangan gue." Yang tak lain motor sportnya. "Bye, see you tonight."

Nadien menepuk bahu Arindi yang masih duduk bengong di kursinya dan menjauh dari kafe dengan meninggalkan bunyi bising dari knalpot motor sport impornya.

Arindi pun duduk termenung menatap hp nya di atas meja sambil memeluk tabung gambarnya. "Kenapa jadi gini, tugas banyak, kerjaan banyak, sekarang kalah taruhan."

Ia pun berdiri tak semangat dan memasukkan hp nya ke dalam tas lalu menyelempangkan tabung gambarnya.

"Tunggu sebentar." Ia menatap ke gelas dan piring kosong di atas meja, "ini juga gue yang bayar? Arghhhhhh... kenapa sih ... ladahal beda 0,1 doangg ...."

.........

Terpopuler

Comments

Mincek

Mincek

good thor👍

2023-07-10

1

Neonnorey

Neonnorey

iklan meluncurr

2023-07-09

1

kimraina

kimraina

Iya coba telpon lg takutnya bilang otw padahal baru bangun tdr 😹 kebiasaan wrg wakanda 😆

2023-07-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!