Nama : Arindi Putri Kiandra
Usia : 20th
Tinggi : 165cm
Berat badan : ideal
Rambut : hitam panjang bergelombang
Kulit : putih
Jurusan : seni
Semester : 4
IPK : 3.89
Penyuka cokelat, hobi melukis, benci anak kucing, gampang emosi, bisa karate.
Nama : Rasya Nata Kumala
Usia : 20th
Tinggi : 170cm
Berat badan : ideal
Rambut : cokelat panjang lurus
Kulit : kuning langsat
Jurusan : arsitektur
Semester : 4
IPK : 3.85
Penyuka mie instant, hobi belanja, lebih dewasa, model, punya studio foto.
Nama : Vivian Nathalia
Usia : 20th
Tinggi : 160cm
Berat badan : ideal
Rambut : hitam panjang lurus
Kulit : putih pucat
Jurusan : teknik informatika
Semester : 4
IPK : 3.89
Penyuka k-drama, penyuka warna pink.
Nama : Nadine Athmajaya
Usia : 20th
Tinggi : 170cm
Berat badan : ideal
Rambut : pendek hitam lurus
Kulit : putih
Jurusan : arsitektur
Semester : 4
IPK : 3.98.
Penyuka motor sport, penyuka warna hitam, tomboy, penyuka makanan instan.
Arindi, Rasya, Vivian dan Nadien adalah empat sahabat yang sudah berteman sejak sekolah dasar hingga sekarang menjadi mahasiswa di universitas yang sama, universitas terbaik di negeri ini.
Mereka berempat adalah anak yang pintar karena itu mereka selalu bersaing soal nilai pelajaran. Sejak sekolah menengah atas mereka mulai bertaruh untuk setiap yang mendapat nilai terkecil. Awalnya taruhan mulai dari yang terlihat sepele, namun dengan semakin dewasanya mereka maka taruhan menjadi semakin lebih menantang dan sulit.
Mereka berempat adalah anak yang beruntung, selain karena dukungan finansial tanpa batas yang di berikan orang tua mereka, mereka juga memiliki visual yang tak bisa dibantah.
Dengan visual yang memukau, kecerdasan dan materi yang mereka miliki, apapun yang mereka inginkan akan selalu mudah dimiliki. Kepopuleran mereka sudah terkenal bahkan sejak mereka masih di sekolah dasar. Jika mereka berkumpul bersama maka semua mata akan memandang kagum pada mereka.
Untuk mendapatkan perhatian lawan jenis bukanlah hal yang sulit, hanya saja mereka yang sulit membuat hubungan yang serius dengan lawan jenis. Hubungan dengan lawan jenis hanya bertahan tiga hari. Bagi mereka memiliki pacar adalah hal yang kesekian, tidak terlalu penting. Oleh karenanya mereka dikenal dengan sebutan "penyihir tiga hari".
Mereka bukanlah orang yang tak percaya pada cinta sejati, hanya saja urusan percintaan tak lebih penting daripada kepuasan menjadi yang terbaik. Begitulah cara mereka berpikir untuk saat ini.
...----------------...
Jumat malam, pukul 08.15.
Apartemen Grand Royal.
Apartemen Grand Royal adalah salah satu apartemen termahal di kawasan ini, yang merupakan tempat tinggal keempat sahabat. Meskipun di apartemen yang sama tapi mereka tidak tinggal bersama. Mereka tinggal di lantai yang berbeda.
Malam ini mereka sedang ada di kamar Arindi, yang tinggal di lantai paling atas.
Rasya memulai percakapan. "Nah semuanya, masih inget kan kesepakatan kita? Siapapun yang mendapat nilai terendah dari kursus ini, bakalan menerima apapun hukuman yang diberikan oleh yang lainnya?"
Suara Rasya nyaring membuka obrolan mereka malam itu. Vivian dan Nadien fokus mendengarkan perkataan Rasya, sedangkan Arindi bergelung di sofanya seolah tidak ingin melanjutkan obrolan.
"Arin, ini lagi serius loh, atau ga mau terima hukumannya? Fine...." Rasya menyenggol Arindi.
"Bukan gitu Sya." Arindi langsung duduk tegap. "Nilai gue ama Nadien beda 0,1 doang, kok tega sih gue sendiri yang di hukum?"
"Kok tega? Ini kan bukan pertama kali kita taruhan gini? Lagian elu juga setuju kan kemaren-kemaren? Lu ga inget tahun lalu gue harus relain apa karena ga mau terima hukuman?" jelas Rasya.
"Tau nih Arindi, walau 0,1 tetep gue lebih baekan dari elu lah," ujar Nadine.
"Udah terima aja. Oh ya Vi udah disiapin?" Rasya melirik ke arah Vivian.
"Udah nih." Vivian memberi sebuah map hitam ke Rasya.
"Nah ini target lu. Semua tentang target udah di siapin Vivi didalam map, lu buka dan pelajari gih trus lu baca aturan mainnya," jelas Rasya.
Dengan berat hati Arindi menerima map hitam yang diberikan Rasya, ia pun membukanya.
"What the f***." Arindi mengutuk dengan suara kuat ketika membaca isi map tersebut. Sementara itu ketiga sahabat lainnya hanya saling bertatapan dan melempar senyum.
"Sya, elu udah gila ya. Ini apa apaan?" tanya Arindi kemudian.
"Apanya yang apa apaan? Belom juga dibaca semua udah gaje gitu," seru Rasya.
"Lu serius? Vi, Nad ini gue ga salah baca kan?" Arindi mencari jawaban.
"Serius banget gue mah," jawab Nadine.
"Ya serius dong say, Vivi udah berusaha sekuat tenaga buat ngedapetin data datanya looh, " tambah Vivian.
"Elu denger sendiri kan? Ini bukan cuma keputusan gue sendiri, Vivi ama Nadine udah merestui kok," tambah Rasya.
Arindi melotot tak percaya kepada sahabatnya. Ia menarik rambutnya yang menjuntai dengan kedua tangannya.
"Iya tapi... Kenapa harus dia sih? Kenapa harus Tristan? Kenapa kenapa kenapa?"
"Uhm karena cuma dia yang cocok, ya kan Vi, Nad?" ujar Rasya.
"Tristan Bagaskara... Arindi Putri Kiandra.. wah dah pas banget tuh, dari nama aja udah cocok Rin," ledek Nadine.
"100% cocok," tambah Vivian.
"Tolong bunuh gue aja. Gue ga mau." Arindi pun berbaring di sofanya dan mentup wajahnya dengan bantal sofa.
"Ok fine, kayanya udah nyerah deh Sya. Kalo gitu gue Pradaha Cleo bag pink nya aja deh. Elu Sya? Elu Nad?" Vivian menoleh pada Rasya dan Nadine.
"Kunci apartemen lu siniin, pengen deh ngerasain tinggal di lantai paling atas." Rasya mengangkat tangannya ke arah Arindi.
"Kunci mobil lu siniin," ujar Nadine kemudian.
Arindi terlihat panik saat teman-temannya mulai menyebutkan asset pribadinya. Ia pun kembali duduk tegap.
"Tunggu-tunggu... ga gitu ga gitu...."
"Jadi? masih inget kan Rin? Kalo elu ga mau terima kekalahan, asset yang lu punya bakal kita ambil selama satu tahun. Cuma satu tahun doang kok, ntar juga di balikin," jelas Rasya kemudian.
"Ok ok gue terima. Sial lu pada."
"Gitu donk say," seru Rasya dan Vivian berbarengan.
"Berarti elu terima ya. Di map itu ada beberapa berkas tentang Tristan, mulai dari data pribadi sampe jadwal semua kegiatan yang dia biasa lakukan dan kegiatan - kegiatan sosialnya. Di aturan mainnya elu bisa baca kalo elu harus buat dia suka sama lu dalam waktu 50 hari, dan hari ke 50 elu harus putusin dia. Lu bisa lah ya," jelas Rasya panjang lebar.
"Buat dia suka?" Mata Arindi membulat.
"Kenapa? Ga bisa?," tanya Rasya.
"Bukan itu. Gue serius nanya kenapa harus Tristan?"
"Di tanya lagi. Kasian lo Vivi udah susah susah buat nge-hack laptopnya, hpnya, masih di tanya lagi. Ya kan Vi?" Rasya menoleh pada Vivian.
"Apa hubungannya? Lagian sapa suruh ngelakuin semua itu?"
"Arindi sayang, anggap aja ini bantuan dari sahabat lu yang paling cantik ini,, elu tau sendiri siapa Tristan? Si untouchable man. Lu bakal susah hadapin dia. Nah anggap aja ini bantuan kecil dari gue ke elu," jelas Vivian.
"Lagian kenapa sih Rin? Tristan kan belom punya pacar, ya kan Vi?" tanya Rasya.
"Belum ...," jawab Vivian.
"Bisa dibilang udah... bisa di bilang belum sih." Nadine tiba-tiba memotong ucapan Vivian.
"Kenapa ?" Rasya merasa heran.
"Kalian tahu Celyn? Anak semester 8 jurusan fashion?" tanya Nadine.
"Ahh si nenek lampir?" tanya Rasya.
"Yang mana? Jangan jangan yang waktu itu ribut sama lu di butik Sachie ya Sya?" Nadine seolah mengerti sesuatu.
"Hubungannya apa lagi ini Nad?" Arindi makin kebingungan.
"Ya bener, yang kalo ga salah waktu itu rambutnya ombre pink itu kan?" tambah Rasya.
"Inget banget ya, iya yang itu. Gini Rin, si nenek lampir itu nempel terus ke Tristan, dan ngaku-ngaku pacarnya Tristan ke semua orang. Setiap cewek yang deketin Tristan abis di maki sama dia," jelas Rasya.
"Wah cocok banget tuh kalo ketemu ama lu Rin? Baku hantam," ledek Vivian kemudian.
"Elu pada ga cuma mau ngebunuh gue, lu mau ngebunuh masa depan gue ya? Apa jadinya kalo gue di bilang pelakor?"
"Kenapa? Takut? Selama janur kuning belum melengkung, Tristan masih bebas kan yaah...," goda Rasya.
"Bener." Vivian ikut menggoda Arindi.
"Lagian masa si nenek lampir bisa ngalahin Arindi kita yang cantik pintar ini sih." Nadine mencolek Arindi yang mulai emosi.
"Bukan itu sih masalahnya, lu dah pada lupa ya? Inget gak Nad, hari pertama ospek? Lu kan dateng bareng gue Nad? Kejadian di parkiran?"
"Uhm oh hari itu ya. Inget inget kok, jadiiii karena itu ya?" Nadine baru mengingat sesuatu.
"Ohh yang elu berantem di hari pertama ospek kan?" tanya Vivian setelah mulai paham pembicaraan Nadine.
Arindi hanya mengangguk lesu. Ia masih mengingat dengan jelas kejadian yang terjadi di hari pertama ospek. Hari dimana rasanya ia pengen mengurungkan niatnya kuliah di kampus itu. Hari dimana ia berharap agar yak lagi bertemu pria itu, pria yang bernama Tristan, seumur hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Slow ego
empat sekawan cewek.. 👏
2023-07-06
1
kimraina
Wah seru nih bakal ada baku hantam nya 😹 aku tim nontonin aja
2023-07-01
0
Ig.tinasali85
Waduh...beda banget sama aku, hanya sama sama penyuka coklat...☺️
2023-07-01
1