"Harus banget ya gue kesini?" Suara Arindi terdengar malas, saat VC dengan sahabatnya. Saat ini ia sedang di parkiran depan gedung sekretariat BEM kampusnya. Ia masih enggan turun dari mobil, masih betah bersandar di jok mobilnya yang nyaman.
Hari ini Arindi akan mengikuti wawancara untuk menjadi anggota BEM, hal yang tak pernah diinginkannya. Tapi berkat keahlian Vivian nama Arindi sebagai calon anggota dengan mudahnya muncul di list pendaftaran anggota baru.
"Ini tuh yang disebut langkah awal Arin, semangat iya Arin sayang," ujar Vivian.
"Tapi masih pagi banget, senin ini gue cuma ada kuliah siang, lagian semalem gue lembur di studio, ga bisa gue tidur dulu apa sebentar?" tanya Arindi kemudian.
"Ga ada yang nyuruh lu lembur juga kan? Lagian wawancaranya pagi ini Arin," ujar Rasya.
"Ya gue ga pengen lembur tapi tiba-tiba inspirasi baru dateng tengah malem, mau gimana coba," jelas Arindi.
"Udah udah, gue yakin lu bisa atasin itu, sekarang yang penting lu dandan maksimal aja, bawa baju ganti kan? Parfume lu di pake yang banyakan, terus itu muka jangan kaya nahan kentut, banyakin senyum... ok ok?" Suara cerewet Rasya yang sangat bersemangat kalau membicarakan soal penampilan.
"Oh iya Rin, cepol lu mending di bukak gih, dan itu kenapa ada mata pandanya?" tanya Vivian.
"Bodo amat, gue aja belom pulang, belom mandi, mau rambut gue kaya singa, muka gue kaya vampire cina, terserah deh," jawab Arindi tak perduli.
"Iya udah sih Rin, lu ga ubah apa apa tetep cantik kok, yang penting lu jangan ngajak orang tawuran aja ya disana," sambung Nadine.
"Apa sih Nad, bukannya ngasih semangat."
"Ya udah siap siap gih terus ganti baju kaos lu tuh, udah kek gak dicuci sebulan," ujar Rasya.
"Lu ga usah khawatirin soal CV lu, semua udah gue beresin, lu tinggal pikirin aja wawancaranya. Ok Arin cantik? Ya udah Vivi mau nge-drakor lagi ya... Daah."
Klik. Sambungan ke Vivian terputus.
"Gue juga udah ya, gue mau bobok lagi, dah sayang, muaach...."
Klik. Sambungan ke Rasya putus.
"Lu siap siap gih," ujar Nadine tiba-tiba.
"Lu ga ikut matiin juga?" ujar Arindi sewot.
"Gue sahabat yang setia Rin."
"Bodo ah... gue pengen tidur dulu. Ga usah di matiin Nad, bangunin gue 5 menit lagi yak."
"Seep...." Sluuurp!!!
Arindi pun memiringkan kursinya, ia merasa sangat mengantuk. Di HP nya tinggal sambungan ke Nadine, yang mana ia juga lagi sibuk makan mie instan kesukaannya.
"Tristaan sayaaaaang...."
Tiba-tiba suara melengking terdengar di samping mobil Arindi. Arindi yang baru akan menutup matanya tiba-tiba kehilangan momen mengantuknya. Matanya menjadi segar saat suara seorang wanita meneriakkan nama itu. Ia ingin menegakkan kembali kursinya tapi di urungkannya, ia pun mengintip ke kaca jendelanya.
Dari kaca jendelanya ia melihat seorang wanita berambut ombre pink cokelat dengan pakaian ketat berdiri membelakangi mobilnya. Dari balik tubuh wanita itu terlihat sosok yang Arindi kenal.
"Tristan?" Suara Arindi berbisik. "Nad lu masih disana kan?"
"Iya kenapa Rin, lu gapapa?" Nadine balik bertanya.
Arindi pun mengangkat hpnya, mengarahkan kamera hp ke kaca jendelanya. "Elu tau cewe itu?"
"Ga terlalu jelas sih Rin, tapi kayanya gue kenal. Suara nya yang tadi itu?" tanya Nadine lagi.
"Iyya, pelan pelan Nad suara lo."
"Kenapa pelan-pelan? Lu udah kaya mergokin pacar selingkuh aja sih Rin? Tunggu sebentar... itu kan Celyn kayanya Rin."
"Celyn? Si nenek lampir?" tanya Arindi meyakinkan Nadine.
"Iya bener, tapi kenapa...."
"Ok udah dulu Nad gue matiin."
Arindi langsung memutuskan panggilannya. Entah kenapa ada luapan emosi saat ia tahu identitas wanita itu. Arindi pun menegakkan kursinya.
"Owh jadi elu si nenek lampir sialan. Elu yang kemarin ribut ama temen gue. Gue mau liat kaya apa muka lu."
Arindi pun mengambil kotak make up, hp dan ponselnya lalu memasukkannya kedalam tote bag nya. Ia memakai kacamata hitamnya lalu menarik kunci mobil dari lubang kunci.
Ctak.
Kunci pintu terbuka tiba-tiba membuat Celyn yang dari tadi tengah berbicara dengan Tristan terkejut. Ia pun berbalik melihat ke mobil Arindi begitu juga Tristan yang tadi juga ikut terkejut. Arindi turun dari mobilnya dengan santai, lalu berjalan dengan angkuh sambil melepaskan cepolnya melewati kedua orang itu tanpa sedikit pun menatap mereka seolah mereka berdua tidak ada disana
"Sialan...," ujar Celyn.
Celyn melangkah untuk mengejar Arindi. Ia marah karena kaget dan Arindi seperti tak menganggapnya ada. Lebih dari itu, walaupun Arindi berkacamata ia bisa melihat wajah cantik di belakang kaca mata itu. Sesuatu yang sangat mengganggunya.
Melihat reaksi Celyn, Tristan menarik tangannya dengan cepat.
"Mau ngapain?" tanya Tristan.
"Haah, kurang ajar banget, ga liat ada orang disini. Siapa sih dia? Kayanya gue pernah liat?" Celyn masih penasaran.
"Pulang sana, gue ada wawancara hari ini," jawab Tristan cuek.
"Dia anak BEM?" tanya Celyn lagi.
"Bukan."
"Kenapa dia jalan ke arah sana?" Celyn nunjuk ke arah gedung sekretariat BEM.
Tristan menoleh saat Celyn mengatakan itu. Ia ingin tak perduli, tapi ia penasaran apakah benar yang dikatakan Celyn.
"Gue ga tau, pulang gih." Tristan pun berbalik, ia berjalan ke gedung sekretariat BEM meninggalkan Celyn yang masih marah.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
PORREN46R
hahahaha. di semangatin sana ayang
2023-07-01
1
kimraina
😆 Rasain tuh nenek lampir
2023-07-01
0
anggita
lewat ng👍like aja.
2023-06-27
1