Check-in Hotel With You
...Lana Pov...
Aku memiliki pengakuan untuk dibuat, aku telah menyimpan rahasia ini selama aku bisa ingat. Begitu banyak yang telah terjadi sehingga aku pikir ini adalah waktu yang tepat untuk akhirnya aku harus mengaku. Aku pernah mendapatkan pele*cehan seksual oleh kakak kandungku ketika aku masih sangat muda. Sulit dipercaya karena aku masih mengingatnya dengan sangat jelas, bisa dibilang aku didewasakan oleh keadaan.
Bahkan meskipun aku masih sangat muda kala itu, aku sudah tahu kalau apa yang dilakukan oleh kakakku salah, akan tetapi saat itu aku terlalu takut dan malu untuk menjangkau siapapun jadi aku lebih memilih untuk menguburnya. Tumbuh dengan bayang-bayang suram seperti itu sulit, terutama jika aku kembali ke rumah dimana hal semacam itu adalah suatu hal yang sangat begitu terlarang.
Dan hal itu adalah poin utama mengapa setelah aku menginjak remaja, aku memutuskan untuk menarik diriku dari keluarga, kampung halamanku, dan dari semua orang disekelilingku karena aku tahu bahwa orang-orang dekat jauh lebih berbahaya.
Aku pergi jauh tanpa ada satupun dari mereka yang tahu kemana aku akan pergi, dengan harapan aku bisa melupakannya agar aku masih bisa melanjutkan hidup.
Aku tak bisa menyangkal ataupun berkelit bahwa hal itu sangat begitu mempengaruhiku 180 derajat, aku melampiaskan semuanya pada alkohol, obat-obatan, dan juga menjual diriku sendiri. Jika aku mengingat semua itu, rasanya sama sekali tak ada gunanya lagi untuk aku menjaga mahkotaku sebab mahkotaku sudah direnggut iblis yang sama sekali tak bertanggung jawab.
Mabuk, merokok, sedikit doping dari obat-obatan membuatku jauh lebih baik dan tenang hingga membuatku merasakan sesuatu. Jelas aku sama sekali tidak bangga akan hal itu, tapi aku bercerita apa adanya. Aku kacau dan berantakan, tak ada satu hal apapun yang bisa kuraih karena semangat hidupku sudah surut dari sejak lama. Aku sangat benci iblis berwujud iblis itu, aku benci dia karena kami sedarah dan dia telah membuatku seperti ini.
Rasa sakit yang kualami menyebabkan lebih banyak rasa sakit ketika aku jatuh pada depresi yang sangat begitu berat untuk waktu yang lama, hingga membuatku terjebak dan aku berubah menjadi wanita yang tak punya hati untuk cinta.
Dan aku sama sekali tak pernah percaya siapapun, aku sangat begitu membenci diriku sendiri sehingga aku tak bisa menerima cinta ataupun bantuan dari siapapun. Jika aku punya pacar itu bukan karena cinta, aku hanya ingin mengalihkan kepedihanku dengan kesenangan akan tetapi aku malah sial karena mendapatkan pasangan toxic dan aku terjebak hingga membuatku tak bisa dengan mudah lepas darinya.
Aku sudah rusak dari sejak lama, berkali-kali aku melakukan percobaan bunuh diri tapi selalu gagal, bunuh diri terdengar egois bagi orang awam tapi bagi orang sepertiku lain ceritanya. Aku menderita begitu lama dan sekali lagi aku tak tahu akan berakhir seperti apa hidupku jika aku terus melanjutkan.
Tok!
Tok!
Tok!
"Lana, buka pintunya cepat!"
Aku yang sedang mencurahkan seluruh isi hatiku di kertas seketika saja langsung terkesiap hingga membuat pulpen yang sedang ku genggam jatuh saat aku mendengar suara pintu diketuk, ralat bukan suara pintu yang diketuk melainkan suara pintu yang sedang di gedor-gedor. Aku tahu, itu pasti Tomi dan ia adalah pacarku sekaligus mucikariku. Aku yakin ia datang pasti hanya ingin meminta jatahnya untuk melayaninya diatas ranjang, karena aku tahu kalau Tomi adalah pria hiper se**x yang sangat begitu serakah.
Cklek!
Akhirnya aku membuka pintu apartemen seraya menyambutnya dengan wajah datar dan bercampur malas, karena melihatnya saja sudah membuatku kesal. Tomi datang dengan keadaannya yang mabuk sementara satu tangannya menggenggam botol bir, ia tertawa semaunya lalu seperti biasa ia akan mengoceh sambil mencaci maki.
Njeblug!
Tomi membanting daun pintu sembarangan hingga membuatku langsung mendengus kesal. "Jangan kemari kalau sedang mabuk, Tom!" cibirku dengan kedua tangan bersilang di dada.
Aku tersentak saat Tomi mendekat ke arahku tapi langsung mencengkram rahangku dengan kasar, sepasang matanya yang nyalang, wajahnya menyala, dan giginya yang bergemeletuk.
"Jangan coba-coba kau mencibir atau kau akan ku habisi!" ancamnya kemudian melepaskan cengkraman tangannya di rahangku dengan kasar, hingga membuatku meringis pelan.
"Aw,"
Tomi meneguk bir berulang kali, kemudian ia pun berjalan sempoyongan lalu menghempaskan bokongnya di sofa.
"Buka bajumu!" perintahnya seenak jidat.
Aku berdecak kesal. "Ck, apa kau bisa memperlakukan aku dengan baik sekali ini saja, Tom? Kau datang kemari hanya ingin menyalurkan hasratmu semata, tapi kau sama sekali tak peduli dengan perasaanku!" Aku mengeluarkan uneg-unegku dengan nada protes.
Tomi terlihat tersenyum kecut seakan ia sedang meremehkanku seraya menatapku dengan tatapan telernya. "Jangan munafik, kau juga menyukai permainanku selama ini. Kau pikir, aku tidak tahu." sahutnya sinis.
"Kau selalu saja membuatku tak tahan, masih banyak klien yang pernah tidur denganku tapi permainannya lebih darimu!" komentarku kesal.
Agaknya Tomi sangat tersinggung dengan apa yang baru saja ku katakan, sampai akhirnya ia bangkit dari sofa dengan wajahnya yang berlipat-lipat lebih menyeramkan daripada sebelumnya.
"Jaga ucapanmu, jala*ng!" sentaknya kemudian melempar botol bir pada ubin hingga membuat botol itu pecah berkeping-keping.
Gembreng!
Aku terkejut dan mulai ketakutan, apalagi saat melihat Tomi yang sedang marah seperti itu. Tomi kalau sudah marah pasti akan berubah lebih mengerikan dibandingkan serigala hutan dan ia selalu memperlakukanku dengan sangat buruk. Aku menelan ludahku perlahan seraya berjalan mundur penuh antisipasi, apalagi saat Tomi mulai berjongkok lalu mengambil kepingan kaca dari botol bir tersebut seraya menyeringai ke arahku.
"Tom, please … Jangan main-main dengan serpihan kaca itu." pintaku takut-takut, namun seketika itu pula aku sadar bahwa langkah mundurku langsung terhenti karena dinding tembok yang berada di belakangku.
Mataku seketika membulat saat melihat Tomi berdiri lalu perlahan mulai berjalan mendekatiku dengan wajah sangarnya.
"Tomi, buang kaca itu! Jangan main-main dengan benda itu, benda itu bisa melukaiku!" seruku seraya menelan saliva perlahan.
Tomi terkekeh mengerikan. "Mulutmu harimaumu, jala*ng! Bukannya… kau yang telah memancingku agar bisa bermain dengan bahaya, hem?"
Seketika saja Tomi langsung mencekik leherku kuat-kuat, hingga membuatku mulai kehabisan nafas. Aku berusaha melepaskan belenggu tangannya namun tenaganya jauh lebih kuat. Sementara satu tangannya yang lain mulai mempermainkan serpihan kaca itu lalu membelai pipiku dengan kepingan kaca itu.
"Aku bisa saja merobek wajah mulusmu dengan kaca ini, atau merobek mulutmu dengan kaca ini! Kau merendahkanku, kau pikir servismu terbaik, hah?" bisiknya lalu tersenyum miring.
"Le-lepaskan aku, Tom. A-aku sama sekali tak bisa bernafas." mohonku dengan suara tertahan.
"Aku bisa saja membunuhmu, tapi aku masih memikirkan banyak hal. Terutama uang yang sering ku dapat dari desa*hanmu. Tapi, kalau kau macam-macam dan menghinaku lagi… aku tak segan-segan memasukan benda asing ini pada liang gos*pot mu, Lana. Apa kau paham, hem?" tuturnya dengan nada mendesis tapi mengintimidasi.
Aku tak ingin mengambil resiko, meskipun aku sama sekali tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh pria dungu itu tapi aku memilih untuk mengangguk patuh. Aku sama sekali tak ingin mati di tangan si pecundang yang satu ini, jika aku ingin mati pun aku hanya ingin mati dengan ulah tanganku sendiri.
"I-iya, aku minta ma-maaf padamu, Tom. Tolong lepaskan aku." pintaku sekali lagi dengan nada tertahan dan memohon.
Dengan kasar, akhirnya Tomi pun melepaskan cekikan itu hingga membuatku terbatuk-batuk sementara ia malah tertawa bak manusia yang sudah kehilangan kewarasannya, dan aku sendiri hanya bisa menatapnya dengan penuh kebencian.
"Uhuk... Uhuk!" Aku terbatuk-batuk seraya bernafas lega setelah cekikan itu terlepas dari leherku.
"Kemari dan layani aku!" perintahnya memaksa kemudian dengan kasar Tomi pun langsung mengangkat bagian belakang dressku layaknya memperlakukanku seperti menjinjing seekor anak kucing jalanan, lalu ia pun langsung menyeretku ke dalam kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments