"Ah, Um .. I'm okay." jawabku gugup seraya bergerak salah tingkah.
Buru-buru aku membereskan berkas miliknya lalu menyerahkan berkas itu padanya, kami sama-sama bangkit dengan tatapanku yang sedari tadi tak pernah mau lepas darinya. Jujur, aku sering bertemu pria tampan dimanapun bahkan rata-rata orang yang menyewa jasaku kebanyakan hampir tampan semua. Tapi entah mengapa melihat dirinya untuk pertama kalinya aku seperti merasakan sesuatu yang sangat aneh, dan aku harap aku tidak tertular penyakit sakit jiwa dari Tomi.
"Sekali lagi aku minta maaf, aku tadi buru-buru sekali." ucapku sungkan sekali lagi.
"Ah, tidak masalah. Aku harap berkas-berkas pentingku tidak hilang."
"Oh, ya ampun. Kalau begitu izinkan aku untuk memeriksanya." panikku seketika seraya berusaha meraih map miliknya.
"Oh, aku rasa tidak perlu karena aku yakin berkasku tidak hilang, ini salahku juga karena aku tidak memasukan berkasku ke dalam tas. Sebaiknya aku memasukkannya sekarang, sebelum nanti ada orang selanjutnya yang akan menabrakku." ujarnya yang langsung membuka resleting tas dan memasukan map miliknya. "Lain kali kau harus berhati-hati, meskipun kau sedang terburu-buru sebaiknya pandanganmu tetap harus ke depan, kau jangan menunduk ataupun bermain ponsel saat berjalan. Selain membahayakan dirimu sendiri, kau juga akan membahayakan orang lain." cibirnya santai, tapi entah mengapa kata-katanya langsung menusuk pada ulu atiku.
Aku meringis pelan, aku hampir terpikat oleh ketampanannya tapi setelah aku tahu sikapnya yang dingin seperti itu tentu saja membuatku malas. Pria itu sangatlah menyebalkan, aku tidak suka dengan caranya saat berbicara denganku seperti ini.
"Tapi aku tidak bermain ponsel, Tuan." kilahku apa adanya.
"Tapi kau berjalan sambil menunduk, right? Memangnya apa yang kau lihat di bawah sana, apa uangmu jatuh?" sindirannya terdengar halus tapi bagiku sangat begitu menyebalkan.
Aku mendengus kesal secara spontan, aku sama sekali tak terima kalau aku dituduh macam-macam olehnya. "Tadi aku sudah minta maaf padamu, lalu bagaimana caranya agar aku bisa menghentikan ocehanmu, hah? Ayo, katakan?" balasku menyindir dengan tatapan sinisku. "Dasar, pagi-pagi begini ada saja yang buatku emosi." gerutuku bergumam.
Pria itu tersenyum kecut seraya mengedikan bahu singkat, lalu ia pun malah pergi begitu saja meninggalkanku.
"Heh, dengar! Aku harap aku takkan pernah bertemu denganmu lagi! Dasar kau pria menyebalkan di pagi hari!" teriakku yang hendak memukulnya dari kejauhan.
Pria itu menghilang seiring dia berbelok di koridor apartemen, disertai dengan sumpah serapah dan aku pun memutuskan untuk melanjutkan langkahku lalu masuk ke dalam lift dengan menekan tombol lantai satu.
"Dia pikir, dia siapa? Lihat saja kalau aku bertemu dengannya lagi, aku bersumpah akan memukul tulang ekornya!" Aku bermonolog pada diriku sendiri.
Tomi : Kau dimana jala*ng, cepat klien sudah menunggumu di lobby! Jangan mengacaukan hari dengan tingkahmu itu! Atau aku akan memberikanmu pelajaran!
"Oh shitt! Pria dung*u itu benar-benar tak sabaran, sudah berani memerintah dia juga yang memakan uangku! Bagaimana caranya agar aku bisa menghabisinya? Sungguh, aku benar-benar tidak tahan lagi dengan pria ini!" Aku menggerutu dengan gigi bergemeletuk.
Aku menghela nafas kasar, hari ini adalah hari yang membuat tekanan darahku naik dua kali lipat dibanding dengan hari-hari sebelumnya hanya karena dua pria yang tak tahu sopan santun seperti mereka.
Dan setelah itu pun aku kembali memasukan ponsel ke dalam tas lalu keluar setelah pintu lift terbuka.
Aku berjalan di lobby seraya mengedarkan pandangan kesana-kemari untuk mencari klien yang dimaksud oleh Tomi. Namun, sepasang mataku langsung menangkap sosok jangkung yang berdiri di depan sana, sosok jangkung dengan badan tegap yang mengenakan kemeja putih dengan bagian lengannya digulung hingga siku. Secara bersamaan itu pula pria itu pun langsung menengok ke arahku hingga pandangan kami saling bertemu satu sama lain. Pria itu tersenyum lebar seraya berjalan ke arahku dan aku hanya diam.
"Lana?" suaranya yang berat terdengar dalam nada tanya.
Aku membalas senyumannya dan tanpa ragu aku pun mengangguk. "Ya, aku Lana." Aku mengulurkan tangan ke arahnya dan tanpa ragu pria itu pun menyambut uluran tanganku untuk saling berjabat tangan.
Senyumanku tak berhenti merekah, disisi lain aku yang sial tapi ternyata dengan mudah aku bisa menemukan penangkalnya. Karena kali ini klien pertamaku terlihat seperti pria yang sangat ramah dan juga menawan, secepat itu pula moodku langsung terjun bebas. Dan aku sangat suka perasaan seperti ini, karena aku yakin servisku pasti akan menakjubkan.
Sampai akhirnya kami pun masuk kedalam mobil, pria itu fokus menyetir sementara aku hanya diam saja sedari tadi. Jujur, aku tak pernah sediam ini sebelumnya, apa aku kikuk karena klien pertamaku pagi ini sangatlah tampan?
Jujur, aku tak bisa berhenti mencuri-curi pandang ke arahnya, oh Tuhan ini gila. Aku seperti seorang wanita ******** pemula hanya gara-gara aku tidak bertingkah agresif seperti biasanya.
Tapi tampaknya pria itu menyadari tatapanku, sampai akhirnya aku terciduk dan tatapan kami pun saling bertemu, aku terpaku sementara ia tersenyum misterius hingga membuat bulu romaku langsung berdiri seketika.
Aku suka tatapannya, tatapan arogan tapi terlihat begitu menawan. Dan aku harap, permainanku nanti bisa membuatnya bahagia karena aku sama sekali tak ingin mengecewakannya. Aku tak ingin senyumannya yang keren itu pudar karena aku tak bisa melayaninya dengan sebaik mungkin.
Jantungku berdetak tak karuan, aliran darahku mengalir jauh lebih cepat mengisi nadiku. Aku tahu kalau ini terlalu berlebihan, tapi wanita mana yang bisa memungkiri kalau bertemu dengan pria tampan takkan membuat jantungnya bermasalah.
Dan mungkin kali ini jantungku tengah bermasalah, aku tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Aku mengalihkan pandanganku darinya agar aku bisa mengendalikan diri, aku tahu mungkin aku terlihat seperti wanita dung*u disini. Aku hanya bisa berharap pria ini tidak risih dengan tingkahku.
Sembunyi-sembunyi aku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, aku mencoba menenangkan diri. Aku tak ingin kalau aku terlihat kikuk saat bersamanya, aku memejamkan mata dan mencoba meyakinkan diriku bahwa pertemuan semacam ini bukanlah pertama kalinya. Bahkan aku pernah bertemu dengan uncle-uncle yang jauh lebih tampan darinya, yang berwibawa dan juga dewasa.
Sampai akhirnya aku kembali membuka mataku, aku mencoba memfokuskan pada hal lain. Aku merogoh ponsel dari dalam tas dan secara bersamaan pula aku mendapati chatting dari Tomi.
Tomi : Lana, aku lupa memberitahumu kalau klien yang satu ini adalah klie special. Aku harap kau jangan mengecewakannya, turuti apapun maunya. Jika tidak kau akan mendapatkan masalah denganku! Apa kau paham, hah? Ingat, tunjukan servis terbaikmu!
"Fu*ck!" umpatku pelan setelah membaca chatting darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments