Chapter 2

Brug!

Aku dihempaskan ke atas ranjang, sementara aku mulai bergerak mundur saat Tomi mulai mendekatiku dan ikut naik ke atas ranjang. Bibirnya menyeringai mengerikan dan aku mulai ketakutan, jujur aku ketakutan karena setiap kali Tomi mengajakku berhubungan ia pasti akan selalu memperlakukanku dengan sangat kasar dan terkadang membuat seluruh badanku kesakitan, akan tetapi aku tak bisa menolaknya karena Tomi terus mengancamku.

"Tomi, please..." mohonku berulang kali.

Tomi menanggalkan pakaiannya kemudian membuka ikat pinggang dan meloloskan celananya, sedetik itu pula aku langsung dibungkam oleh ciuman sementara tangannya bergerak dengan begitu mudah untuk menyingkap dress ku lalu ia pun langsung menurunkan selampit ku dengan paksa. Sampai akhirnya kakiku ditarik hingga membuat tubuhku tersentak dan berubah terlentang di atas kasur sementara Tomi langsung menindih ku dengan cepat.

Sepasang mataku langsung membola saat aku merasakan sesuatu dibawah sana yang tiba-tiba saja langsung mendesak masuk dengan paksa.

Rasanya aku ingin menjerit namun tertahan ciuman sialan itu yang membungkam mulutku, aku hanya bisa mencengkram kedua bahu Tomi dengan kuku panjang ku seiring dengan rasa sakit ku yang tak tertahankan di bawah sana.

Tomi tergelak bagai iblis seraya menumbuk ku dibawah sana dengan cepat, ia melampiaskan nafsunya semata hingga membuat air mataku berlinang.

Nafasku bahkan tersenggal, cumbu macam apa yang seperti ini. Alih-alih memuaskan satu sama lain tapi ini malah membuat salah satunya menderita.

"Sakit, Tom. Bisakah kau perlakukan aku dengan baik?" pintaku dengan lirih saat cium*an itu terlepas. "Sakit, Tom!" jeritku berulang kali.

Dan tanpa basa-basi Tomi pun langsung mengeluarkan jurus jolok galah pepaya, apalagi ia yang langsung menjambak rambutku hingga kepalaku tengadah lalu ia pun meluncurkan cium*an ganas. Sungguh aku tak tahan dengan permainan gila ini, aku benar-benar ingin mengakhiri permainan ini yang seperti berada di dalam neraka.

"Emph," Aku melenguh karena kehabisan nafas.

Tarikan tangannya di rambutku seketika saja langsung dilepasnya, hingga membuat kepalaku langsung terkantuk kedepan.

"Ah, awww! Tomi apa kau sudah gila!" sentak ku lantang.

Satu tanganku berusaha untuk melepaskan cengkeramannya namun aku tak mampu, nafasku mulai terasa habis beriringan dengan suara lolongan Tomi bagaikan serigala yang akan mencapai klima*ks, hingga membuat cengkeramannya semakin kuat.

"To-Tomi!" Aku memanggil namanya dengan tenggorokan tercekat, rasanya aku benar-benar akan mati saat ini juga. "Oh shitt!" Aku mengumpat kasar setelah Tomi menampar boko*ngku dan setelah puas ia malah pergi begitu saja meninggalkan diriku yang sudah sangat begitu menderita karenanya.

Tubuhku langsung tumbang saat itu juga di atas tempat tidur dengan wajah lelahku. Aku yakin setelah dia puas menyiksaku seperti ini, ia pasti langsung pergi begitu saja. Tak ada kata maaf atau terimakasih--setidaknya. Karena bagaimanapun hasratnya sudah terpuaskan dengan baik. Dia memang pria bre*ngsek yang beruntung.

Esoknya aku terbangun dengan tatapan silau dari cahaya matahari yang masuk dari celah loster, aku mengucek mataku seraya menggeliat dengan keadaan seluruh badanku yang terasa sangat begitu sakit dan juga terasa remuk, aku beringsut dari tempat tidur dengan kaki telanjang. Aku berjalan dengan tertatih-tatih menuju kamar mandi, ku buka pintu kamar mandi lalu ku berdiri di depan cermin wastafel.

Aku menatap wajahku dan melihat memar di rahang, aku yakin ini karena perbuatan Tomi semalam. Aku meringis saat melihat tanda merah di leherku yang sudah membiru, bahkan selangkanganku terasa sangat sakit. Sungguh aku tak percaya bahwa semalam aku bercinta dengan manusia sakit jiwa seperti Tomi.

Tak ingin larut dengan peristiwa semalam maka aku pun langsung bergegas untuk menyalakan shower. Aku membuka pakaianku hingga telanjang, menikmati setiap curahan air hangat yang menerpa tubuhku. Dan rasanya jauh lebih baik daripada sebelumnya, otot-ototku jauh lebih rilex meskipun ada beberapa bagian tubuhku yang terasa perih akibat perlakuan kasar Tomi.

Aku memainkan busa sabun di telapak tangan lalu meniupnya hingga gelembung sabun itu terbang dan aku pun menusuknya dengan kuku hingga gelembung itu pecah. Aku tersenyum kecil kemudian aku pun meneruskan aktivitasku dengan menggosok-gosok tubuhku pakai sabun lalu keramas dan melakukan ritual bersih-bersih setelah bercumbu.

Setelah aktivitas selesai, aku pun segera mengambil pakaianku dari lemari, mulai tancap make up dan menata rambutku secantik mungkin. Beberapa memar masih bisa disamarkan menggunakan foundation, meskipun mungkin luka di sudut bibirku masih terlihat. Tapi jika ada orang lain yang bertanya aku masih bisa berdalih, sungguh aku bukan tipe wanita yang sering mengadu pada siapapun karena sekali lagi, aku buka tipe wanita yang ingin diberi rasa belas kasihan.

Ku pakai high heels dengan warna senada, aku ingin terlihat cantik hari ini karena aku ingin bertemu dengan klien pertamaku di pagi ini. Bunyi notifikasi terdengar dari ponselku, aku merogoh ponsel dari dalam tas dan mendapati chatting dari Tomi bahwa aku harus buru-buru menemui klienku di lobby apartemen.

Aku menghela nafas lelah, tapi bagaimanapun inilah pekerjaanku. Aku masih butuh banyak sekali uang untukku tabung dimasa yang akan datang agar aku bisa berhenti menjadi pela*cur. Apalagi aku masih banyak tanggungan dan meskipun aku tak pernah kembali ke rumah, aku masih berhubungan dengan ibuku di kampung. Aku masih mengirimkan uang untuk keperluannya tanpa satu orang pun yang tahu, termasuk kakakku.

Ibuku adalah seorang single mother dan sekarang ia tinggal bersama kakakku, ya meskipun kakakku sering kelayapan dan tak pernah mengurusi ibu. Ibu sering memintaku untuk segera pulang, namun aku menolak. Jelas aku menolak, karena aku sudah bersumpah untuk tidak pernah kembali lagi kesana. Ralat, atau mungkin aku masih membutuhkan banyak waktu untuk berpikir dan entah sampai kapan.

Aku mengunci pintu apartemen dan buru-buru menuju lift, namun tanpa sengaja aku malah menabrak seseorang karena aku sedikit teledor. Aku menjatuhkan tas dan juga berkas-berkas miliknya hingga berhamburan di lantai, aku terkesiap dan buru-buru meminta maaf seraya membantu untuk membereskan berkas-berkas miliknya.

"Ya ampun, aku minta maaf... Sungguh, aku sama sekali tidak sengaja." kataku panik seraya mengumpulkan lembaran kertas-kertas yang berserakan dan memasukkannya ke dalam map.

"It's okay, tidak masalah. Lain kali kau harus berhati-hati," ucapnya sembari ikut membereskan kertas-kertas itu. Sampai akhirnya tanpa sengaja tangan kami pun saling bersentuhan hingga kepala kami saling terangkat dan sepasang mata kami pun saling bertemu.

Kami bertatapan lama tanpa berkedip sedikitpun, sementara aku langsung larut dalam pikiranku. Pria berjas itu terlihat sangat muda layaknya seorang CEO dan raut wajahnya terlihat serius, jas formal lengkap dengan dasi, dengan sepatu oxford yang menyilaukan mata.

Namun pria itu berbeda dari kebanyakan CEO, pria itu selain tampan tapi gayanya juga terbilang cukup nyentrik. Dengan piercing di sudut bibir dan kedua telinganya yang tersemat anting hitam yang keren hingga menambah kesan cool yang semakin melekat, kedua alisnya tebal dan hitam, tatapan matanya terlihat sayu tapi memukau serta bibirnya yang terlihat sensual seakan ia tak pernah tersentuh racun nikotin sedikitpun.

"Hey, are you okay?" pria itu membuka suara hingga membuatku langsung mengerjap seraya tersenyum kikuk.

Terpopuler

Comments

Topan Saputra

Topan Saputra

aku GX kuat klo bc soal pelecehan ky gini..sakit hati

2023-07-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!