Bunda (Cinta Yang Hilang)

Bunda (Cinta Yang Hilang)

PROLOG

"Oeek..."

"Oeek..."

"Oeek..."

Suara tangisan seorang bayi perempuan mungil yang baru saja lahir ke dunia, memecah kesunyian malam sebuah ruangan Rumah Sakit Bersalin Sayang Bunda, tepat pukul 00.30 WIB.

"Selamat, nyonya Shanum bayi anda terlahir normal, beratnya 3,5 kg dan panjang 50 cm, jenis kelaminnya perempuan," jelas seorang perawat yang membantu membersihkan bayi merah yang baru lahir itu.

Shanum menarik nafas berat, setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Dia menutup telinga dengan kedua tangannya. Berbaring membelakangi bayi merah yang belum berhenti menangis.

"TIDAAAKK....!" jerit Shanum pilu.

"Nyonya, anda harus segera melakukan Inisiasi Menyusui Dini, agar bayi anda terbiasa," ucap si perawat lembut.

"AKU TIDAK MAU MENYUSUINYA, SUSTER! TOLONG, JAUHKAN DIA DARIKU!" jerit Shanum histeris. Bayi mungil itu terus menangis, bahkan bertambah kencang.

"Sepertinya bayi anda haus, nyonya. Dia harus segera diberi ASI!" tekan si perawat lagi.

"SUDAH KUBILANG, AKU TIDAK MAU SUSTER, BERI SAJA DIA SUSU FORMULA, JAUHKAN DIA DARIKU SUSTER, KUMOHON!" ratap Shanum egois.

Dengan perasaan kesal, perawat itu keluar dari tempat Shanum dirawat, tanpa bicara sepatah katapun. Perawat bernama Laura, membawa bayi mungil itu keruangan Dokter Hana, dokter kandungan yang membantu proses kelahiran putri Shanum.

"Dokter Hana, Nyonya Shanum tidak mau menyusui bayinya," adu Laura sambil berusaha menenangkan bayi mungil itu dengan memberinya susu formula dengan botol susu.

"Sepertinya dia mengalami Postpartum depression," ujar dokter Hana.

"Apa itu, dok? Apakah sama dengan baby blues Syndrom? tanya Laura.

"Ya, bedanya Postpartum depression lebih parah dari baby blues, jika tidak ditangani dengan baik. Shanum mengalami suasana hati yang buruk, karena rumah tangganya sudah diambang kehancuran, dia tertekan secara mental," terang dokter Hana.

"Kasihan nyonya Shanum ya, dok!" sela Laura.

"Iya, jadi untuk sekarang, tolong rawat dulu bayinya, Laura! Aku akan bicara dengan Shanum sebentar," Dokter Hana bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan kerjanya, menuju ruang perawatan Shanum.

Baby blues Syndrom adalah sebuah gangguan suasana hati pada seorang wanita yang baru melahirkan, rasa takut, cemas akibat perubahan hormon pada wanita yang baru melahirkan. Gangguan bisa om berlangsung 2 hingga 3 minggu. Sedangkan Postpartum depression adalah gangguan suasana hati setelah melahirkan, yang diakibatkan oleh rasa cemas, takut dan tekanan perasaan, serta berlangsung dalam waktu yang lama. Bisa berbahaya bagi ibu dan juga bayi bayinya, jika tidak ditangani dengan baik. (sumber. Google.Alo Dokter).

Perlahan dokter Hana membuka pintu ruangan tempat Shanum dirawat. Wanita cantik berusia 30 tahun itu, tampak berbaring lemah di ranjang kecil rumah sakit. Matanya tampak sembab, karena terlalu sering mengeluarkan air mata kesedihan.

"Shanum, sudah merasa lebih baik, sayang?" tanya dokter Hana lembut.

Shanum menoleh ke arah dokter Hana, dan menggeleng lemah. Matanya kembali berkaca-kaca.

"Aku tidak baik-baik saja, dok! Aku kacau, sakit hati dan stres, itu yang membuatku merasa lemah," racau Shanum.

"Bayimu cantik, matanya indah seperti matamu, kau tidak ingin melihatnya?" bujuk dokter Hana.

"Aku tidak mau, dokter," tolak Shanum dengan nada lirih.

"Kenapa?"

Shanum menengadahkan wajahnya menahan air mata yang hendak tumpah.

"Walau bagaimanapun dia tetap putrimu. Kau harus memberinya kehidupan yang layak, putrimu membutuhkan cinta dan kasih sayangmu," tegas dokter Hana.

"Dokter, bagaimana aku bisa memberikannya kebahagiaan, sedangkan aku sendiri tidak bahagia, suamiku tidak menginginkan anak perempuan. Dia akan menceraikan aku , jika aku tidak bisa memberinya anak laki-laki." ratap Shanum.

Dada Shanum terasa sesak, kedua bahunya berguncang hebat, saat air mata tak lagi mampu untuk dibendung. Tangisan itu begitu memilukan. Dokter Hana memeluknya erat.

Wanita berusia 50 tahun itu, faham apa yang terjadi pada diri Shanum. Dokter Hana adalah satu-satunya tempat Shanum menceritakan kesedihan, setiap kali berkunjung memeriksakan kehamilannya.

Dokter Hana merasa iba melihat Shanum. Wanita malang itu, selalu datang ke rumah sakit seorang diri, untuk memeriksakan kehamilannya dan juga untuk melahirkan bayinya. Tak ada suami yang mendampingi, bahkan tidak ada seorangpun dari keluarga suaminya yang datang menjenguk, untuk sekedar melihat bayinya.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya dokter Hana.

"Aku tidak tahu, dokter! aku harap kau mau mencarikan orang tua adopsi untuk bayi itu," pinta Shanum egois.

"Jangan berfikir untuk membuang bayimu, Shanum! Dia tidak berdosa, kalian hanya korban keegoisan keluarga suamimu," nasehat dokter Hana.

"Mungkin dia akan lebih bahagia, jika berada di lingkungan yang mencintainya, dok! Sementara aku tidak tahu, akan kemana setelah nanti ayahnya menceraikan ku," keluh Shanum

"Baiklah...! kalau itu keinginanmu, aku akan mencarikan orang tua angkat untuk putrimu!" kata dokter Hana pada akhirnya, setelah tidak mampu meluluhkan hati Shanum.

"Maafkan aku, dokter Hana, bukannya aku tidak mampu merawat bayi itu. Tapi, suamiku tidak menginginkannya, lagi pula aku akan bercerai dengan suamiku," Shanum mengusap air mata yang membasahi pipinya.

"Apakah suamimu sudah mengakui kalau dia menikah lagi?" tanya dokter Hana, sambil mengerutkan dahinya.

Shanum menggeleng. Dia menatap nanar keluar jendela, wajahnya terlihat sedih, saat melihat beberapa pasangan suami istri, yang tampak bahagia menanti kelahiran buah hati mereka.

"Dia tidak bicara padaku, dokter! hanya saja dia sering tidak pulang kerumah, mamanya bilang, Devan keluar kota untuk urusan pekerjaan."

dokter Hana menarik nafas panjang.

"Istirahatlah, Shanum! aku akan mengurus surat adopsi untuk anakmu, tapi aku masih berharap kau mau berubah pikiran," ujar Dokter Hana sebelum keluar dari ruangan perawatan Shanum.

Shanum merebahkan tubuhnya di kasur. Tubuhnya masih terasa lemah dan tak berdaya. Tekadnya sudah bulat, untuk meninggalkan bayinya dirumah sakit.

"Maafkan Bunda, nak! Bunda hanya tidak ingin kamu menderita berada dirumah itu. Bunda yakin, kau akan lebih berbahagia bersama orang tua yang akan mengadopsi mu. Maafkan Bunda, Bunda sayang padamu!" Isak Shanum lirih

Shanum sudah memiliki tiga orang anak perempuan sebelumnya. Putri pertamanya bernama Jasmine Agya Mahendra, kemudian si kembar Sheira dan Sheina. Namun, sang ibu mertua Nyonya Sonia Mahendra, tidak mengijinkan Shanum merawat putrinya dengan alasan Shanum hanyalah perempuan kampung yang tidak tahu apa-apa, dan tidak mempunyai pendidikan yang tinggi, karena Shanum hanyalah tamatan Sekolah Menengah Pertama di desanya.

Shanum mencoba memejamkan matanya sejenak, untuk menghilangkan rasa sakit, kecewa dan amarah. Satu persatu, Shanum mengingat putri -putrinya,

"Jasmine....! maafkan Bunda sayang, walau pun Bunda tidak ikut merawat mu, tapi Bunda menyayangi mu. Maafkan Bunda! karena Bunda telah memisahkan kamu dari saudara mu, " batin Shanum.

"Shera, ,,, Sheina. Bunda kangen kalian...! Bunda ingin mengajak kalian pergi bersama Bunda, tapi Bunda takut, kalian akan hidup susah jika bersama Bunda. Bunda sayang kalian semua, nak!" bibir Shanum bergetar hebat. Hingga akhirnya, wanita malang itu terlelap dalam tidurnya, setelah melalui hari yang begitu melelahkan. Berjuang antara hidup dan mati, demi anak yang tidak diinginkan.

Bersambung

Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!