AKU TIDAK PANTAS UNTUKMU

Menjelang pagi, Shanum terbangun dari tidurnya. Dia menatap sekeliling ruangan yang serba putih. Dia ingat dia berada dirumah sakit sejak tadi malam.

Bukankah semalam dia tertidur ditempat duduknya dengan kepala tertangkup di tempat Devan berbaring. lalu siapa yang telah memindahkannya ke atas sofa ??

"Sudah bangun...!" Suara bariton Devan terdengar dari arah kamar mandi.

"Ya...sudah merasa lebih baik, kak!" tanya Shanum.

"Masih terasa gatal dan panas, kau membuat wajah tampanku jadi hilang!" racau Devan narsis. Pria itu berdiri didepan cermin, sambil meraba wajahnya yang masih bengkak dan merah.

"Aku minta maaf, kak ! " ujar Shanum bangkit dari duduknya. kemudian masuk kekamar mandi untuk mencuci wajahnya. Shanum menarik nafas lega, berada dalam jarak yang begitu dekat dengan Devan membuat nafasnya terasa sesak.

Aroma maskulin yang tertinggal dikamar mandi membuat otak Shanum traveling kemana-mana.

Baru kali ini dia begitu dekat dengan seorang pria, apalagi berada dalam satu ruangan yang sama.

Shanum menelan salivanya, saat membayangkan berada didalam pelukan seorang Devan Agya Mahendra. Nyaman dan menghangatkan. Dengan cepat Shanum menepiskan pikirannya, dan segera keluar dari kamar mandi .

Devan sedang diperiksa oleh seorang dokter wanita. Dokter itu bertubuh ramping dan sexy, rambut panjangnya tergerai dengan indah, hingga menyentuh pinggangnya. Devan sedang berbicara dengan dokter wanita itu, mereka tampak akrab, sesekali mereka tertawa bersama. Pemandangan itu cukup membuat hati Shanum nelangsa. Kepercayaan dirinya tiba-tiba hilang begitu saja.

"Ehh Mm...!" Shanum mendehem, saat mendekat dan kembali duduk disofa, pura-pura tidak melihat adegan mesra antara Devan dan dokter wanita itu.

"Siapa dia, Van ?" dokter wanita itu menoleh kearah Shanum, dengan tatapan tidak suka.

"Dia Shanum,...calon istriku !" ucap Devan percaya diri.

"Oh...hai Shanum ! kenalkan aku dokter Farah, Devan mantan kekasihku, waktu kami masih SMA," dokter Farah mendekati Shanum dan mengulurkan tangannya. Shanum menerima uluran tangan wanita itu sambil tersenyum manis.

"Hai, kak Farah, aku Shanum ..senang berkenalan dengan anda!" ucap Shanum sopan.

"Hati-hati Lo, ...Devan ini banyak penggemarnya !" canda dokter Farah, membuat Shanum tersenyum kecut.

"Farah, kapan aku bisa keluar dari rumah sakit ini, aku bosan berada disini!" keluh Devan.

"Kalau bengkaknya sudah hilang, kamu bisa pulang, "

"Baiklah...!"

"Aku keluar dulu ya, masih ada pasien yang harus ku periksa, Shanum, nanti kalau sudah dirumah, tolong jaga makannya ya!" pesan dokter Farah.

"Baik, dok!" ucap Shanum menganggukkan kepalanya.

Suasana dalam ruangan itu hening seketika, Shanum memandang kearah Devan yang duduk disisi ranjang rumah sakit. Dia tampak serius menggulirkan layar ponselnya dan mengetik sesuatu disana.

"Kak,...aku pulang dulu ya ! mau ganti pakaian, trus ke cafe...!" ucap Shanum dengan suara pelan.

Devan menghentikan kegiatannya, menatap Shanum intens.

"Tidak usah pulang, sebentar lagi, Daniel datang membawakan pakaian dan makanan untukmu, aku sudah menghubungi bibi Raya, kau libur dulu beberapa hari ini."

"Aku tidak mau libur, kak...! Kalau aku libur, aku tidak bisa mengumpulkan uang untuk bayar tagihan listrik dan air!" ungkap Shanum jujur.

"Memangnya bayar tagihannya berapa?" tanya Devan.

"Seratus Lima puluh ribu,...!"

Devan mengirim pesan ada Daniel, untuk mengantar uang tunai untuknya dirumah sakit.

Tak lama, Daniel datang membawa pakaian dan makanan untuk Shanum.

"Kenapa lama sekali, sih !" gerutu Devan pada Daniel setelah Shanum masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Itu bos, aku bingung milih pakaian dalam untuk Shanum, modelnya apa ? maklum aku kan masih jomblo bos, tidak pernah melihat ukuran dalam wanita !" sahut Daniel sambil nyengir.

"Makanya cari pacar, biar paham !" sahut Devan sambil memukul kepala Daniel dengan kertas.

"Memangnya, aku sama kayak bos, bisa Gonta ganti pacar, kayak ganti baju!"

"Itu namanya, seleksi dulu..."

"Ya, seleksi mah seleksi bos, kalau ujung-ujungnya, bos menikahnya sama pilihan nyonya Sonia, lalu Shanum mau diapain ?" sosor Daniel.

Devan terdiam sejenak, ...Daniel benar, Mama Sonia, sudah menjodohkan Devan dengan Vania, putri sahabatnya. Wanita itu pasti tidak akan merestui, jika Devan menikah dengan wanita selain Vania.

"Niel, kalau aku menikah dengan Shanum disini, jangan kasih tahu mama, ya !" pinta Devan.

"Bos serius, mau nikah sama Shanum, ... Shanum itu gadis yang polos, bos !"

"Aku serius, Daniel...! Aku bosan dengan wanita-wanita cantik yang penuh kepalsuan, mereka hanya menginginkan uangku saja.

"Kalau bos hanya mempermainkan Shanum, lebih baik buat aku saja, bos !"

"Enak saja.. !" Devan menoyor kepala Asisten setianya itu.

Shanum mematut diri di cermin , pakaian yang dibelikan Daniel sangat pas dengan ukuran tubuhnya, pakaian itu lebih mahal dari pakaian yang biasa dia beli. Sebuah gaun bermotif Floral, mode kerah Sabrina dan panjang sedikit dibawah lutut.

Shanum tersenyum memandang penampilannya yang sedikit berbeda. Shanum menyisir rambut panjangnya dan mengikatnya ekor kuda. kemudian dia keluar dari kamar mandi. Devan dan Daniel serentak menoleh ke arah Shanum. Devan memandang gadis itu tanpa berkedip.

"Daniel ... kau boleh pergi, selesaikan tugas ku di kantor secepat nya !" perintah sang bos.

"Oke bos, ...dimengerti ! " Daniel tersenyum ke arah Devan, bos nya seperti nya tidak ingin diganggu saat berduaan dengan Shanum. Secepat kilat, Daniel pergi meninggalkan kedua insan berlainan jenis itu.

"Cantik...!" puji Devan, saat Shanum mendekat kearahnya.

Shanum tersenyum dan duduk disamping Devan. Pria itu meraih tangannya, dan memberikan sebuah kecupan manis dipunggung tangan gadis manis itu.

"Kak,maaf sebelumnya, apa kakak tidak akan menyesal menjadikanku seorang istri ?" tanya Shanum.

"Kenapa aku harus menyesal ?" Devan balik bertanya.

"Kakak, belum tahu tentang aku, aku hanya seorang gadis yatim piatu, tidak punya saudara, dan aku hanya tamatan SMP ...kurasa aku tidak pantas untukmu, kak !" ucap Shanum merasa rendah diri.

"Bagiku semua itu tidak penting, Shanum...! banyak wanita yang ingin mendekatiku, tapi tidak ada yang sepertimu, .... mereka mendekat hanya karena uangku, tidak ada yang tulus." ungkap Devan.

"Bagaimana dengan orang tua kakak ?"

"Aku bisa mengatasinya, jangan khawatir tentang itu !"

"Apakah kakak mencintaiku...?" sebuah pertanyaan yang belum sanggup Devan jawab.

Devan diam sejenak, dia menyukai Shanum, saat pertama kali melihatnya di cafe bibi Raya. Devan ingin memilikinya. Dia tidak mengerti apakah itu cinta atau hanya sekedar obsesi.

"Aku sedang berusaha meyakinkan hatiku, kalau aku bisa mencintaimu, semua butuh proses Shanum , yang penting kau percaya padaku!" tutur Devan.

"Aku akan berusaha, kak !" Devan memeluk tubuh ramping Shanum kedalam dekapannya. Gadis itu tidak menolak, Shanum menyandarkan tubuhnya didada bidang pria itu. Menghirup aroma maskulin dari wangi parfum yang pria itu pakai. Yang tentu saja harganya tidak murah, aromanya harum dan menenangkan.

Shanum tersentak saat merasakan hangatnya nafas pria itu diwajahnya. Sebuah ciuman lembut mendarat dibibirnya yang merah tanpa polesan.

Jantungnya seolah-olah hendak meloncat keluar, pasti wajahnya bersemu merah saat ini.

Dia tidak bisa berkata-kata, selain menikmati ciuman manis yang baru pertama kali Shanum rasakan.

Devan tersenyum, saat tidak ada penolakan dari gadis itu. Dia membelai rambut panjang itu lembut , dan memberikan sebuah kecupan lama dikening Shanum.

Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!