Siang itu cuaca dikota Bandung sangat panas dan teriak. Shanum tidak berani untuk keluar dari cafe tempat dia bekerja. Dia duduk dimeja kasir sambil mengipas-ngipas tubuhnya dengan sebuah potongan kardus.
"Num, persediaan es batu masih ada nggak!" tanya Bibi Raya sambil membawa beberapa buah Mangga dari dalam kulkas.
"Masih Bi, bibi mau bikin jus?" Shanum mengambil sebungkus es batu dari dalam freezer .
"Itu, buat pekerja proyek pembangunan hotel seberang, mereka mau pesan jus mangga !" sahut bibi Raya sambil menunjuk ke seberang jalan persis didepan cafe.
"Oh, untuk berapa orang, bi?"
"Sepuluh orang!"
"Biar Shanum yang bikin ya bi, Shanum bisa kok!" kataku sambil mengupas mangga-mangga itu.
"Ya udah, kalau begitu bibi yang siapkan cemilannya," ujar bibi Raya mengambil kotak dan memasukkan aneka macam kue kering dan basah pesanan para pekerja proyek diseberang Cafe.
Shanum dengan cekatan menyelesaikan pekerjaannya. Buah mangga yang sudah di blender itu dimasukkan kedalam gelas-gelas plastik dan diberi penutup.
"Udah bi...!" seru Shanum.
"Biar bibi yang antar,...kamu bereskan yang kotor saja!"
'Oke, Bi!" Shanum membereskan peralatan yang kotor setelah membuat jus mangga barusan.
Tak lama berselang bibi Raya kembali dengan wajah yang berseri.
"Num, mulai besok, seluruh pekerja proyek hotel itu pesan makanan pada kita, untuk sarapan pagi dan makan siang,"ujar bi Raya dengan senyum riang.
"Alhamdulilah, ya bi! emangnya, berapa banyak Bi?"
"Untuk besok hanya 10 orang, tapi Minggu depan, kata mandornya, akan datang 10 orang pekerja lagi," terang bi Raya.
"Wah, kita bakal sibuk, Bi!" seru Shanum.
"Iya, bibi akan cari karyawan buat bantu-bantu kita buat cuci piring dan buat ngantar makanan,"
"Boleh juga bi, biar kita tidak keteteran melayani pelanggan," ujar Shanum.
"Benar, jadi tidak akan ada pelanggan yang kecewa, karena kurang pelayanan dari kita," Shanum menggangguk
Setelah Cafe Bi Raya menambah 2 orang karyawannya, cafe jadi semakin ramai pengunjung, ditambah dengan pekerja proyek dan juga para mandor yang bertugas mengawasi pekerjaan di hotel.
Shanum baru saja beristirahat dikamar belakang cafe, setelah menunaikan sholat Zuhur.
"Kamu sudah makan, Num!" tanya Bi Raya dari depan pintu kamar.
"Sebentar lagi, bi!"
"Makanlah, Sarah dan Doni sudah selesai makan!" ujar Bibi Raya menyebut nama 2 karyawan baru cafe itu.
"Ya, Bi!"
Shanum keluar dari kamar tempat dia beristirahat. Pandangannya mengarah ke pintu cafe, saat tiga orang pria masuk kedalam, dan duduk dikursi yang telah tersedia. Ketiga Pria itu, bertubuh besar dan tinggi, mereka mengenakan jas lengkap dengan dasinya. Sepertinya mereka orang-orang yang datang dari kota.
"Kak Shanum, ada tamu tuh, kakak saja yang nanyain pesanan ya, aku gugup!" kata Sarah menyerahkan kertas dan pena pada Shanum.
"Baiklah!" Shanum mengambil kertas dan pena dari tangan Sarah. Kemudian menghampiri ketiga pria yang baru saja masuk kedalam cafe.
"Selamat siang, Pak! Ada yang mau dipesan, silahkan dilihat menunya!" kata Shanum ramah.
"Kami mau pesan, 2 porsi Nasi sama Ayam Goreng, 1 porsi Nasi sama Soto daging. Minumnya Jus Jeruk 1, Es teh manis 2," pesan seorang pria yang bertubuh sedikit lebih pendek dari 2 orang yang lainnya.
Shanum mencatat pesanan itu dengan teliti.
"Baik pak, silahkan ditunggu!" Shanum berbalik meninggalkan meja itu dan pergi kedapur untuk membuat pesanan pelanggannya.
"Ada tamu, Num?" tanya bibi Raya keluar dari kamarnya setelah beristirahat.
"Iya, Bi!" sahut Shanum
"Biar Bibi yang siapkan, kamu makan saja dulu!"ujar bibi Raya. Aku mengangguk, kemudian segera menyantap makan siangku.
Doni sudah mengantar makanan itu kemeja tamu, Shanum tampak mencuri pandang ke salah satu dari ketiga tamunya. Seorang pria berjas hitam, dengan kemeja putih didalamnya, namun dia tidak memakai dasi seperti 2 temannya. Kulit wajahnya putih bersih, memiliki rahang yang tegas dengan jambang tipis di dagunya.
"liatin apa, neng?" suara bibi Raya membuyarkan lamunan Shanum.
"Bibi...!" Shanum tersipu malu, karena ketahuan mengintip tamu yang sedang menyantap makanan di cafenya.
"Mmmh, sukanya sama cowok yang berjas tanpa dasi itu ya !" goda bibi Raya.
"Bibi, aku jadi malu!" Raya menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
Jujur, Shanum terpesona melihat ketampanan pria itu. Jauh dari pemuda-pemuda yang ada dilingkungan tempat tinggalnya.
Doni sudah membereskan meja saat, ketiga pria itu meminta untuk mengosongkan meja. Bibi Raya menghampiri tamunya dan bicara dengan serius.
"Jadi, Tuan-tuan ini dari Jakarta...!"ucap Bibi Raya.
"Iya Bu ! Saya pengawas pembangunan Hotel yang ada diseberang itu, Saya Andre dan ini Tuan Devan, dia pemilik hotel SkyBlue yang sedang dibangun dan ini Daniel asistennya Tuan Devan,"tutur salah seorang pria itu. Bibi Raya menyalami mereka satu persatu.
" Kalau begitu, silahkan duduk dulu....semoga nyaman duduk disini !" Sahut bibi Raya ramah.
" Bu Raya, nanti semua tagihan makanan para pekerja Tuan Devan yang bayar, Bu Raya catat saja dulu apa yang mereka minta !" ujar sang asisten yang bernama Daniel.
" Baiklah...trimakasih sudah menjadi relasi kami " ucap bibi Raya tersenyum lebar.
...----------------...
Semakin hari Cafe Bi Raya semakin rame, membuat Bibi Raya kewalahan dan menambah lagi seorang karyawan di cafenya. Shanum dan bibi Raya memasak semua masakan, dibantu Sarah dan Doni.
Setelah itu, Shanum bisa sedikit santai duduk dimeja kasir. Siang itu pria pemilik hotel SkyBlue itu, kembali lagi ke Cafe, tapi dia sendirian. Shanum bergegas berdiri mengambil buku dan pena, kemudian menghampiri pria yang menjadi buah pikirannya sejak semalam.
"Selamat siang, Pak...eh Tuan, mau pesan apa ?" tanya Shanum sedikit gugup.
Pria itu menoleh kearah Shanum, kemudian memindai tubuh Shanum dari kaki hingga kepala, membuat Shanum merasa risih.
"Mmmh...kalau kamu sukanya apa?" pria itu balas bertanya.
"Maksud anda ?" ujar Shanum bingung.
"Saya ingin memesan makanan yang kamu sukai di cafe ini !" katanya lagi.
"Kalau saya suka semuanya, Tuan! Tapi yang paling saya suka Nasi Goreng Special pake Seafood!"
"Ya udah saya pesan yang itu saja !" pinta pria itu sambil tersenyum pada Shanum."
"Baiklah ....! minumnya?" tanya Shanum lagi.
"Apa saja ! kebetulan saya bukan tipe orang yang pemilih dalam memilih makanan dan minuman."
"Tapi, anda tidak mempunyai riwayat alergi kan, Tuan?"
"Sebelumnya tidak!" jawabnya yakin.
Shanum tersenyum manis, kemudian segera meninggalkan pria itu, yang masih menatapnya dengan tatapan tak terbaca.
Pria bernama Devan itu, kemudian sibuk dengan laptop di mejanya, setelah tubuh Shanum menghilang dari pandangannya.
"Tuan Devan pesan apa, Num ?" tanya Bi Raya yang tiba-tiba sudah berada di belakangku.
"Nasi Goreng Special Seafood, bi !"
"Apakah kau sudah menanyakan, apa dia alergi udang atau tidak !"
"Sudah Bi, katanya tidak !"
"Kalau begitu, baiklah...masak yang enak, biar dia suka sama masakanmu, siapa tahu dia mau menjadikanmu istrinya, karena kamu pintar masak " goda Bibi Raya, yang membuat wajahku bersemu merah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments