My Angel Wife
Seorang laki-laki dengan balutan jas berdiri didepan dinding kaca perusahaan miliknya dengan sepuntung rokok yang terselip disela-sela jarinya. Tatapnya terus tertuju ke jalan raya yang berada dibawah gedung pencakar langit itu. Namun kenyataannya, laki-laki tersebut bukan tengah menikmati hiruk pikuk kota Moskow, Rusia didepannya, melainkan ia tengah melamun dengan isi pikirannya yang terus menguasai dirinya selama bertahun-tahun. Pikiran yang selalu tertuju ke satu orang yang sampai saat ini belum ia ketahui keberadaannya.
Dering ponsel yang terdengar nyaring berhasil menyadarkan laki-laki itu dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya kearah sumber suara yang berada tepat diatas meja kerjanya. Dengan tanpa minat, ia berjalan mendekati meja kerjanya dengan sesekali menghisap putung rokoknya.
Matanya seketika berbinar saat melihat nama yang tertera dilayar ponselnya. Nama sang anak buah yang sengaja ia beri pekerjaan khusus untuknya. Dengan cepat pria itu mematikan putung rokoknya, kemudian ia meraih ponselnya dengan harapan anak buahnya menelepon dirinya dengan membawa kabar baik yang selama ini ia tunggu.
"Bagaimana? Apakah kamu sudah menemukannya?" Tanpa basa-basi terlebih dahulu laki-laki itu langsung mengatakan hal yang ingin ia katakan.
📞 : "Maaf tuan. Saya dan yang lain masih belum bisa menemukan keberadaan Nona." Ucapan dari seorang laki-laki di sebrang sana tentunya menjadi hal yang paling mengecewakan bagi Zico. Laki-laki yang terus berusahalah mencari perempuan yang sudah mencuri hatinya sejak pertama kali mereka bertemu.
Segala upaya sudah Zico lakukan hanya untuk mencari keberadaan perempuan itu. Namun sayangnya upaya-upayanya tak membuahkan hasil sama sekali.
Jika ditanya Zico frustasi? Tentu saja. Bagaimana tidak, walaupun dirinya bisa dibilang orang hebat yang bisa dengan mudahnya mencari semua informasi mengenai musuhnya, kali ini ia sama sekali tak bisa menemukan sedikitpun informasi mengenai perempuannya bahkan namanya saja Zico sampai sekarang belum mengetahuinya, perempuan itu benar-benar sangat hebat bagi Zico. Dan mungkin ini lah penyebab utama usaha Zico tidak kunjung membuahkan hasil sama sekali karena selain Zico tak tau namanya, ia juga tidak memiliki foto dari perempuan itu yang tentunya para anak buahnya juga tak memilikinya. Mereka hanya diberitahu ciri-cirinya oleh Zico saja. Dan jika dibandingkan Zico, sebenarnya anak buah Zico lebih frustasi darinya.
Zico kini tampak menghela nafas kasar, harus dengan cara apa lagi ia akan mencari perempuan pujaannya itu.
"Ya sudah kalau begitu lanjutkan pencarian kalian. Kasih tau saya jika salah satu dari kalian menemukan perempuan yang ciri-cirinya sama dengan yang saya sebutkan dulu," ujar Zico masih mewanti-wanti anak buahnya tersebut.
📞 : "Baik tuan, laksanakan."
Jawaban dari laki-laki di sebrang sana menjadi akhir dari percakapan mereka.
Zico melempar kasar ponselnya diatas meja kerjanya sembari ia mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Ia menyandarkan tubuhnya dengan kedua tangan yang menutupi wajah tampannya. Ingin rasanya Zico menangis saat ini juga karena harus memendam rindu yang tak kunjung temu. Namun sayangnya, Zico harus menjaga imagenya sehingga niatnya tadi ia urungkan.
Saat Zico tengah meratapi nasibnya, suara ketukan pintu mengalihkan atesinya.
Tanpa semangat sedikitpun Zico berteriak, "Masuk!"
Tak berselang lama seorang laki-laki yang merupakan sahabat Zico yang merangkap sebagai sekertarisnya masuk kedalam ruangan tersebut.
Baru masuk saja, sekertaris yang memiliki nama Kris itu tau jika sang bos tengah tak bersemangat sedikitpun. Dan ia sangat hafal betul pemicu utama bosnya seperti ini jika bukan...
"Apa masih memikirkan perempuan 5 tahun yang lalu itu?" tanya Kris kala dirinya sudah duduk berhadapan dengan Zico. Kris tau tentang perempuan yang saat ini masih dalam pencarian karena Zico sering curhat kepadanya.
Zico tak menjawab pertanyaan dari Kris tadi karena tanpa menjawab pun ia sangat yakin jika sang sahabat sudah tau jawabannya. Ia memilih untuk menarik berkas dokumen yang dibawa oleh Kris tadi untuk ia periksa dan ia tanda tangani.
Sedangkan Kris, ia menghela nafas panjang lalu ia berkata, "Bos, mau sampai kapan kamu menunggu dia?"
Zico menghentikan gerakan tangannya lalu melirik kearah Kris.
"Saya tidak menunggu dia tapi saya sedang berusaha mencarinya," jawab Zico sembari menggerakkan tangannya kembali.
"Berusaha mencari? Maksud kamu anak buah kamu yang mencari dia? Percuma. Mereka tidak bisa menemukannya. Bagaimana bisa menemukan dia, sedangkan mereka saja tidak tau namanya dan wajahnya seperti apa. Hanya kamu beritahu ciri-cirinya saja. Dan ciri-ciri itu bisa berubah seiringnya waktu yang akan semakin mempersulit mereka untuk menemukan dia," ujar Kris yang juga ikut pusing dengan masalah percintaan Zico ini. Belum mulai saja sudah serumit ini, terus bagaimana nanti saat Zico dan perempuan itu bertemu?
Zico yang sudah kesal pun membanting penanya dengan kasar dengan tatapan tajam tertuju kearah Kris.
"Terus maksud kamu, saya harus menghentikan semua anak buah saya untuk mencari dia, begitu? Tidak akan!" ucap Zico yang sudah memiliki tekad bulat. Mau sampai puluhan tahun pun ia akan tetap mencari pujaan hatinya.
"Tapi pikirkan anak buah kamu juga. Mereka disana juga akan frustasi jika dituntut untuk menemukan seseorang yang mereka saja tidak tau identitasnya. Manusia di dunia ini tidak hanya satu atau dua orang saja yang dengan mudahnya bisa kita cari walaupun tanpa menggunakan indentitas sedikitpun. Tapi di bumi ini ada ribuan manusia yang mungkin memiliki ciri-ciri sama dengan yang kamu sebutkan untuk anak buah kamu," balas Kris penuh dengan penekanan.
Zico tampak mengusap wajahnya dengan kasar untuk meredakan emosinya yang tadi sempat terpancing ucapan Kris yang menyuruhnya menghentikan pencariannya.
"Terus saya harus bagaimana, Kris? Saya tidak tau nama dia, saya tidak tau alamat rumah dia, dan saya juga tidak memiliki foto dia. Saya tidak tahu apapun tentang dia, Kris. Saya hanya tau ciri-cirinya saja dan wajah dia hanya saya saja yang tau. Wajah dia terekam jelas di pikiran saya, Kris. Saya tidak bisa memfotokopi wajah dia melalui otak saya untuk menyebarkan foto dia ke semua orang di dunia ini yang ingin membantu saya. Saya tidak bisa, Kris. Saya harus bagaimana?" Ujar Zico sembari menunjuk kepalanya sendiri, seakan-akan ia menunjukan kepada Kris jika wajah pujaan hatinya selalu tersimpan didalam memorinya.
"Saya sebenarnya juga lelah, tapi saya tidak mau menyerah begitu saja, Kris. Dia cinta pertama saya, Kris. Saya tidak bisa melupakannya begitu saja," sambung Zico.
Kris yang melihat wajah penuh keterputus asaan di wajah Zico, ia merasa iba. Hingga satu ide muncul di otak pintarnya.
"Saya punya ide." Zico mengerutkan keningnya.
"Begini, jika kamu benar-benar tidak mau menyerah, maka satu-satunya jalan agar usahamu segera membuahkan hasil, kamu harus turun langsung sendiri untuk mencari perempuan itu karena hanya kamu yang tau wajah dia. Jadi otomatis lebih mudah ketemu jika kamu sendiri yang mencari," tutur Kris melontarkan idenya.
Zico yang mendengar hal tersebut pun dengan tiba-tiba kedua tangannya menggebrak meja dengan sangat kuat sehingga membuat Kris terkejut bukan main. Ingin sekali Kris protes kepada Zico, namun sayangnya hal tersebut ia urungkan saat suara Zico lebih dulu terdengar.
"Kenapa ide kamu baru muncul sekarang? Tapi tidak apa-apa. Saya ucapkan terimakasih atas idemu itu. Dan saya akan segara kembali ke Indonesia. Urusan kantor disini saya serahkan ke kamu sekarang," ujarnya yang dari dulu tak memiliki pikiran sama dengan ide yang Kris ucapkan tadi. Maklum saja dia beberapa tahun yang lalu disibukkan dengan kegiatan kampusnya, urusan kantor dan proses penyembuhan mentalnya. Jadi ia tak sempat berpikir seperti itu.
Setelah mengucapakan perkataannya tadi, tanpa aba-aba, Zico melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam ruang kerjanya meninggalkan Kris yang tengah berteriak, "Heyyy! Bukan sekarang juga kamu kembali ke negara kamu! Kembali! Kamu masih memiliki jadwal meeting hari ini! Zico!"
Teriakan demi teriakan dari Kris tadi tak dihiraukan sedikitpun oleh Zico. Laki-laki itu terus berjalan sampai keluar ruang kerjanya. Tentu saja Kris mengejar, namun sayangnya Zico dengan sengaja mengunci dirinya dari luar.
"Sialan!" umpat Kris yang sudah jelas gagal menghentikan Zico agar tak pergi dari kantornya sendiri. Jadi mau tak mau, Kris hanya bisa pasrah saja. Dan daripada dirinya menghabiskan tenaganya hanya untuk berteriak mencoba menghentikan Zico, lebih baik dirinya mencari kunci cadangan dari ruang kerja Zico itu dan segara mencari alasan yang akan ia berikan kepada klien dari perusahaan tersebut nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Hany
hadir thoor ijin nyimak 🙏😊
2023-06-08
4
Ummi Ilhamdanaini
tetap semangat...💪💪 ku tunggu karya cemerlangmu selanjutnya👍💖💖
2023-06-05
2
Indar
akhirnya kisah babang zico dimulai dan di awali dgn pusing2 nyari org tanpa identitas yg jelas dan ditunggu kelanjutannya kak 🤗🤗
2023-06-05
2