Dengan langkah lebarnya Zico menyusuri lobby bandara Soekarno-Hatta setalah berjam-jam lamanya ia mengudara diatas awan. Tentunya ketergesa-gesaan Zico memiliki alasan agar dirinya segara melakukan pencarian perempuan pujaan hatinya. Ia sudah tak kuasa menunggu hari esok untuk memulai pencariannya. Ia tak bisa menunda lagi. Rasa rindunya sudah tak bisa ia bendung kembali. Besar harapan Zico, di hari ini juga ia bisa menemukan keberadaan perempuan itu. Beruntung waktu masih menunjukkan pukul 10 pagi yang artinya ia memiliki waktu cukup banyak sebelum matahari terbenam yang akan menyusahkan proses pencariannya.
Keluarnya Zico dari lobby bandara langsung disambut oleh beberapa anak buahnya yang menjemput dirinya. Tanpa diminta pun para anak buahnya dengan sigap membawa barang bawaan Zico dan menggiring tubuh bosnya ke mobil yang sudah mereka siapkan.
"Kalian langsung kembali ke tugas kalian masing-masing. Jangan ada yang mengikuti saya. Dan ingat jika salah satu dari kalian menemukan Nona, segara hubungi saya. Paham!" Dengan tegas Zico berucap dengan menghadap kearah beberapa anak buahnya yang berjajar rapi di hadapannya.
"Siap, laksanakan tuan!" balas mereka semua dengan kompak. Zico membalas ucapan dari mereka hanya dengan anggukkan kepala saja lalu setelahnya ia bergegas masuk kedalam mobil yang berada tepat di belakang tubuhnya tadi.
Setelah Zico masuk kedalam mobil, ia berucap, "Jalankan mobilnya ke Fresh Flower Store!"
"Baik tuan," balas sang sopir sebelum dirinya menjalankan mobilnya ke tempat yang sudah di ucapkan oleh Zico tadi.
Didalam perjalanan menuju ke toko bunga itu, otak Zico terus berputar mencari hal apa yang harus ia lakukan nanti jika ia benar-benar bertemu dengan perempuan pujaannya. Apakah ia langsung memeluknya saja? Atau justru pakai basa-basi terlebih dahulu?
Saat Zico bergulat dengan pikirannya, tak terasa mobil yang ia tumpangi telah sampai di tempat tujuan.
"Kita sudah sampai tuan," ucap sang sopir menyadarkan Zico dari lamunannya.
Zico mengerjabkan matanya, lalu ia menatap kearah luar jendela mobil. Dan benar saja apa yang dikatakan oleh sopirnya tadi, jika ia sudah sampai di toko bunga waktu dirinya bertemu pertama kali dengan gadis pujaannya.
Tak mau membuang-buang waktu lagi, Zico bergegas keluar dari dalam mobilnya.
Tatapan matanya menatap kearah toko bunga tersebut dengan sesekali menghela nafas guna menghalau rasa gugup yang tiba-tiba melanda dirinya.
"Huftt tenang Jio. Dia pasti ada disana. Kamu akan segara bertemu dengannya. Huftt," gumam Zico. Jujur saja selain rasa gugup, ia juga merasa khawatir jika keinginannya yang untuk bertemu dengan gadisnya harus urung lagi untuk hari ini.
Setelah dirasa debaran di jantungnya sedikit mereda, Zico melangkahkan kakinya memasuki toko bunga tersebut. Tentunya kedatangannya langsung disambut ramah oleh dua perempuan di toko tersebut. Namun sayangnya dari dua perempuan itu tak ada gadis yang tengah ia cari.
"Selamat pagi tuan. Mau cari bunga apa?" tanya salah satu perempuan tersebut membuat Zico yang sedari tadi mengedarkan pandangannya tentunya untuk mencari keberadaan gadisnya harus beralih kearah perempuan yang sudah berada dihadapannya.
Zico menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sepertinya ia harus memesan buket bunga sebelum ia bertanya-tanya kepada karyawan toko bunga itu.
"Buatkan saya buket bunga lili dan buket bunga mawar ya mbak," ujar Zico dengan senyum sekilas.
"Baik tuan. Akan saya buatkan sekarang juga. Tuan boleh menunggunya di kursi tunggu," ujar karyawan tersebut sembari menunggunya kursi yang berada di toko tersebut.
"Baiklah. Nanti saya akan menunggunya disana. Tapi sebelumnya, apa disini masih bisa memetik bunga sendiri langsung dari ladangnya? Saya ingin pergi ke sana hanya untuk sekedar melihat-lihat tapi jika ada bunga yang menarik perhatian saya, saya akan membelinya nanti," ujar Zico. Padahal ada tujuan terselubung didalam permintaannya itu. Jika gadisnya tidak ada di dalam toko bunga ini, kemungkinan dia ada di ladang bunga bukan, seperti 5 tahun yang lalu? Jadi Zico akan mencoba mencarinya disana.
"Oh ladang bunga ya. Tentu saja masih bisa. Mari saya antar tuan ke sana. Tapi untuk dua buket yang tuan sebutkan tadi, jadi di pesan kan?" Zico menganggukkan kepalanya dengan senyum tipis di bibirnya.
"Baiklah kalau begitu mari tuan, ikut saya."
Karyawan perempuan itu dan Zico melangkahkan kakinya menuju ke belakang toko bunga tersebut. Saat pintu di hadapan keduanya terbuka lebar, pemandangan yang menyejukkan mata langsung terpampang jelas di depan sana.
"Silahkan masuk tuan. Mau saya pandu atau tuan mau sendiri?" tanya karyawan tersebut.
"Tidak perlu, saya sendiri saja. Terimakasih," ujar Zico.
"Baik tuan. Kalau begitu saya kembali bekerja. Jika tuan membutuhkan bantuan, panggil saja saya atau teman saya. Mari tuan." Zico hanya menganggukkan kepalanya sebagai balasan dari ucapan karyawan tersebut. Dan setelah dia pergi, Zico langsung masuk kedalam ladang bunga. Banyak sekali jenis bunga disana, namun bunga-bunga itu seakan-akan tak menarik dimata Zico, pasalnya matanya sedari tadi asik menatap ke seluruh ladang bunga tersebut. Memang ada 3 orang disana, yang merupakan sepanjang kekasih dan satu orang lainnya seorang perempuan. Tapi satu perempuan itu bukan juga perempuan yang ia cari. Sehingga Zico memilih untuk berkeliling terlebih dahulu, melanjutkan pencariannya di ladang bunga tersebut.
Setelah 15 menit telah berlalu, pencarian Zico tak membuahkan hasil sama sekali. Ternyata di ladang itu tak ada orang lagi selain tiga orang tadi ditambah dirinya sendiri.
"Kenapa dia tidak ada disini? Padahal sangat jelas 5 tahun yang lalu aku melihat dia di ladang ini. Walaupun dia saat itu memakai dress cantik tapi dia memakai topi khas karyawan sini yang bisa aku artikan jika dia merupakan salah satu karyawan toko bunga ini. Tapi kenapa sekarang dia tidak ada? Apa jangan-jangan dia kerja di sift yang lain? Ahhh bisa jadi. Tapi untuk memastikan sebaiknya aku harus bertanya ke karyawan di depan sana," ujar Zico lalu setelahnya ia bergegas menuju ke dalam toko bunga kembali.
"Tuan sudah kembali. Kebetulan sekali, buket yang tuan pesan juga sudah jadi," ujar karyawan tadi yang di balas senyum tipis oleh Zico dengan tangan yang mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya lalu ia serahkan kearah karyawan yang menunggu di balik meja kasir.
Saat proses pembayaran, lebih baik Zico menggunakan waktunya untuk mulai bertanya saja.
"Ehemmm. Maaf sebelumnya, saya mau bertanya ke kalian berdua," ucap Zico yang berhasil membuat kedua karyawan tersebut saling pandang satu sama lain sebelum karyawan yang berada di balik meja kasih menjawab, "Bertanya tentang apa ya tuan?"
"Jadi begini. Saya saat ini tengah mencari seseorang. Saya tidak tau pastinya apa dia memang bekerja disini atau tidak. Tapi dulu saya melihat dia pakai topi yang sama dengan yang kalian pakai. Orang yang saya cari ini seorang perempuan, rambutnya hitam panjang dan lurus sepunggung, kulitnya putih bersih, memiliki tinggi sekitar 160an, hidungnya mancung dan memiliki lesung pipi di kedua pipinya. Apa kalian tau dengan orang yang ciri-cirinya saya sebutkan tadi?" tanya Zico dengan tatapan penuh harap kepada dua karyawan yang saat ini tengah menatap satu sama lain, seolah-olah tengah berkomunikasi lewat tatapan mata mereka sebelum tatapan keduanya berpindah kearah Zico lalu dengan serempak keduanya menggelengkan kepalanya.
"Maaf tuan, diantara kita berdua tidak ada yang tau dengan orang yang tuan cari. Dan setahu saya tidak ada karyawan yang memiliki ciri-ciri seperti yang tuan sebutkan tadi. Atau mungkin itu karyawan lama kali ya, karena kita berdua baru bekerja sekitar 3 tahun yang lalu," jawab salah satu dari keduanya. Tentu saja jawaban itu bukan merupakan jawaban yang diinginkan Zico.
"Berarti kalian tidak tau ya?" Keduanya menggelengkan kepalanya. Zico hanya bisa menghela nafas panjang kemudian ia mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum satu hal membuat dirinya yang hampir kecewa urung.
"Kalau begitu saya boleh bertemu dengan pemilik toko bunga ini?" pinta Zico. Mungkin pemilik toko tau tentang gadis itu.
"Maaf tuan, untuk saat ini pak bos kita tidak bisa di temui karena tengah berada di luar negeri. Atau begini saja saya kasih nomor kontaknya saja, nanti tuan yang menghubunginya sendiri." Zico dengan cepat menganggukkan kepalanya lalu setelahnya ia menyerahkan ponselnya kepada karyawan tersebut agar segara mengisi nomor telepon pemilik toko bunga tersebut.
"Ini tuan," ucap karyawan itu sembari menyodorkan ponsel Zico ke sang pemilik.
"Terimakasih ya. Ya sudah kalau begitu saya pergi dulu. Dan kalau salah satu dari kalian ada yang melihat seseorang dengan ciri-ciri yang saya sebutkan tadi, kalian bisa menghubungi saya. Ini kartu nama saya." Zico menyerahkan dua kartu namanya kepada dia karyawan tadi. Tentunya langsung di terima oleh mereka.
"Baik tuan. Nanti jika kita melihatnya akan kita hubungi tuan," ujarnya yang diangguki oleh Zico.
"Terimakasih atas bantuan kalian. Saya pergi," pamit Zico untuk yang terakhir kalinya sebelum dirinya benar-benar pergi dari toko bunga tersebut setelah melihat anggukkan kepala oleh dua karyawan tersebut guna untuk membalas ucapannya tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Entin Fatkurina
semoga babang zico segera ketemu dengan pujaan hati nya.
2023-06-11
2
Hany
apa yg di cari Zico itu wanita yg dulu pernah tertabrak oleh Zico dan melarikan diri dari rumah sakit thoor 🤔
2023-06-10
1
Radya Arynda
semangaaaat , , , , , jio, , semogah cepet dapat petunjuuuuk....si caaantik semangaaat up nya💪💪💪💪💪
2023-06-08
2