Terhitung sudah dua bulan Zico berada di negara kelahirannya. Tentunya selama itu juga ia gunakan untuk mencari sosok perempuan yang sayangnya sampai detik ini tak bisa ia temukan. Perempuan itu benar-benar hilang di telan bumi, tak ada yang tau keberadaannya termasuk mantan bos perempuan itu yang merupakan pemilik toko bunga yang ia kunjungi. Awalnya pemilik toko bunga memberitahu dirinya tentang alamat perempuannya yang baru ia tau memiliki nama Evanthe Fanya Zahira. Nama yang begitu cantik menurut Zico sama seperti wajahnya. Zico saat mendapatkan informasi tentang alamat serta nama perempuan tersebut tentunya sangat bahagia bukan main, sehingga saat itu juga ia langsung pergi ke alamat yang sudah pemilik toko bunga berikan.
Namun sayang seribu sayang saat dirinya sudah sampai di rumah sederhana milik perempuannya justru informasi yang ia dapatkan dari tetangga sebelah rumah tersebut mengatakan jika pemilik rumah sudah pindah tempat. Mereka tentunya tidak tau pindahnya kemana sehingga Zico yang tadinya sudah berharap banyak, harapannya pupus seketika. Mau tak mau ia harus menelan pil pahit atas fakta yang ia dapatkan. Dan sejak saat itu Zico mencoba mengutus para anak buahnya untuk berpencar ke penjuru negara Indonesia guna mencari seorang Evanthe Fanya Zahira. Tentu kali ini mereka dibekali nama orang yang mereka cari. Walaupun tidak dengan fotonya karena Zico yang ingin meminta foto Fanya ke pemilik toko bunga, mereka tidak memilikinya. Tapi tak apa dengan tau namanya saja sudah sedikit meringankan beban anak buah Zico yang sudah pusing tujuh keliling selama 5 tahun lamanya.
Zico yang saat ini tengah berada di balkon kamarnya, terlihat tengah melamun dengan satu batang rokok yang ia biarkan di sela-sela jarinya tanpa berniat ia hisap. Jujur saja rasa keterputus asaan kini sudah menghampiri Zico. Ia tak tau lagi harus berbuat apa agar perempuan itu segara di temukan. Zico benar-benar hampir stress di buatnya.
Zico yang asik dengan lamunannya sampai-sampai tak merasakan kehadiran seseorang yang baru saja memasuki kamarnya.
Seseorang itu yang tak lain adalah Vivian kini menghela nafas panjang saat melihat punggung Zico dari balik kaca pintu balkon di kamar tersebut. Vivian berjalan, mendekati tempat Zico berada sampai ia sudah berdiri disamping Zico pun, laki-laki itu tak terganggu sekalipun.
Untuk yang kesekian kalinya Vivian menghela nafas melihat adiknya yang sangat memperhatikan menurutnya. Mata yang memerah akibat kurang tidur, kantung mata dan mata yang terlihat jelas, rambut yang mulai gondrong, kumis dan jenggot mulai bermunculan, ditambah tubuh Zico terlihat sangat kurus karena selama dua bulan ini Vivian perhatikan Zico tak makan banyak hanya sekitar 5 sampai 7 suap saja sebelum dia pergi. Tentunya ia tau kepergian Zico guna mencari perempuan pujaannya. Vivian yang tau akan hal tersebut pun ia juga ikut berusaha mencari perempuan yang membuat adiknya seperti orang gila ini. Karena untuk menghentikan Zico agar tak mencari keberadaan perempuan tersebut tak akan pernah bisa, alhasil Vivian memilih untuk membantu saja. Walaupun hasilnya sama saja, tapi setidaknya ia sudah mencoba dan berusaha.
Tangan Vivian kini bergerak, menepuk-nepuk pelan bahu Zico. Dan barulah saat itu juga Zico tersadar dari lamunannya. Laki-laki itu langsung menolehkan kepalanya kearah samping dan saat melihat Vivian lah yang datang dengan cepat ia mematikan rokoknya yang sudah habis setengah karena hembusan angin itu sebelum tatapan matanya kembali lurus kedepan.
"Sepertinya kamu butuh refreshing," celetuk Vivian sembari mendudukkan tubuhnya disamping Zico. Tiba-tiba saja ia mendapatkan sebuah ide untuk mengajak Zico jalan-jalan, siapa tau dengan melakukan hal itu pikiran Zico sedikit lebih tenang.
"Dengan Jio duduk disini, Jio sudah refreshing," jawab Zico tanpa mengalihkan pandangannya kearah Vivian.
"Ck, refreshing macam apa coba kalau cuma disini saja. Kalau refreshing tuh ya keluar rumah."
"Setiap hari juga keluar rumah," balas Zico.
"Beda. Memang benar kamu setiap hari keluar rumah tapi kan keluarnya kamu karena mau mencari perempuan itu. Tapi kalau refreshing kamu benar-benar pergi untuk menenangkan pikiran kamu yang sudah keluar asap itu," tutur Vivian.
Zico dengan seketika menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu. Jio tidak butuh itu," ucap Zico yang langsung menolak mentah-mentah ide dari Vivian tadi.
Sedangkan Vivian, ia memelototkan matanya. Bisa-bisanya adiknya itu tak membutuhkan refreshing, yang benar saja.
"Ishhh. Pokoknya harus mau, kita besok ke Dufan. Titik, tidak ada penolakan!" ujar Vivian yang tak mau mendengarkan penolakan apapun dari Zico.
Zico yang mendengar ucapan dari sang Kakak, ia melirik sekilas kearah Vivian yang ternyata tengah menutup telinganya, tanda jika ucapannya tadi sudah mutlak tak bisa Zico tolak lagi sehingga Zico kini hanya bisa menghela nafas pasrah. Namun saat dirinya ingin menganggukkan kepalanya tanda ia setuju dengan permintaan Vivian, dering ponselnya membuat ia mengurungkan niatnya. Tangannya dengan sigap menyaut ponselnya yang tergeletak diatas meja di depannya. Ia pikir telepon itu merupakan salah satu anak buahnya, namun ternyata dari sang sekertaris.
Dengan malas Zico menggeser ikon telepon berwarna hijau sembari menyandarkan tubuhnya disandaran kursi yang ia duduki.
"To the point!" ujar Zico tanpa basa-basi terlebih dahulu ketika sambungan telepon sudah terhubung.
📞 "Maaf mengganggu waktu tuan. Tapi ini masalah genting tuan. Proyek pembangunan hotel yang berada di kota Bandung mengalami masalah yang sangat kacau. Mandor dari proyek pembangunan ini ternyata telah korupsi. Uang gaji para tukang di potong sepihak oleh dia. Dan mandor itu saat ini sudah kabur. Saya sudah melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian. Tapi walaupun begitu kita secepatnya harus ke sana tuan karena para pekerja sudah mulai demo. Kita harus segera mengatasi masalah ini tuan sebelum keadaan semakin parah dan proyek kita akan gagal total," jelas sang sekertaris yang membuat Zico memijit pangkal hidungnya.
"Apa tidak bisa kamu sendiri yang turun kesana untuk mengontrol semua kekacauan disana?" tanya Zico. Ia sudah tak mood untuk keluar kota sekarang dan setelah di pikir-pikir lagi yang di ucapkan oleh Kakaknya tadi ada benarnya juga. Ia butuh refreshing.
📞 : "Maaf tidak bisa tuan. Mereka semua hanya percaya dengan tuan saat ini bukan dengan saya ataupun orang lain. Jadi hanya tuan saja yang bisa meredakan kekacauan disana," tutur sang sekretaris.
"Baiklah kalau begitu, besok pagi kita berangkat ke sana," ucap Zico pada akhirnya.
📞 : "Baik tuan. Laksanakan. Kalau begitu saya pamit dulu ya tuan."
"Hmmm, selamat siang!" Balas Zico sekaligus sebagai penutup percakapan keduanya.
Dan setelah itu Zico berdiri dari posisi duduknya. Kemudian ia menatap kearahnya Vivian.
"Maaf Kak untuk besok, Jio tidak bisa ikut Kakak refreshing karena Jio harus menyelesaikan urusan kantor," ujar Zico yang membuat Vivian hanya bisa menghela nafas panjang sebelum ia menganggukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa. Lain kali saja kita pergi berdua buat refreshing. Tapi kamu ingat jangan lupa makan, istirahat dan ibadah di manapun kamu berada. Kakak akan terus mendoakan kamu termasuk doa agar perempuan itu bisa kamu temukan lagi." Seulas senyum akhirnya kini terlihat di wajah Zico sebelum dirinya berhambur ke pelukan Vivian. Hanya ada Vivian seorang yang menjadi penyemangatnya saat ini, seseorang yang selalu mendukungnya 100% dan perempuan yang sangat-sangat menyayangi dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Cinta Rodriques
pasti authour mau mempertemukan mer dengan ka dibandung...
2024-06-08
1
Entin Fatkurina
aku jadi terharu dengan kasih sayang babang zico dan kak vivian.
2023-06-12
2
Hany
semoga pujaan hatimu ada di Bandung zico
2023-06-10
1