NovelToon NovelToon

My Angel Wife

Bab 1

Seorang laki-laki dengan balutan jas berdiri didepan dinding kaca perusahaan miliknya dengan sepuntung rokok yang terselip disela-sela jarinya. Tatapnya terus tertuju ke jalan raya yang berada dibawah gedung pencakar langit itu. Namun kenyataannya, laki-laki tersebut bukan tengah menikmati hiruk pikuk kota Moskow, Rusia didepannya, melainkan ia tengah melamun dengan isi pikirannya yang terus menguasai dirinya selama bertahun-tahun. Pikiran yang selalu tertuju ke satu orang yang sampai saat ini belum ia ketahui keberadaannya.

Dering ponsel yang terdengar nyaring berhasil menyadarkan laki-laki itu dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya kearah sumber suara yang berada tepat diatas meja kerjanya. Dengan tanpa minat, ia berjalan mendekati meja kerjanya dengan sesekali menghisap putung rokoknya.

Matanya seketika berbinar saat melihat nama yang tertera dilayar ponselnya. Nama sang anak buah yang sengaja ia beri pekerjaan khusus untuknya. Dengan cepat pria itu mematikan putung rokoknya, kemudian ia meraih ponselnya dengan harapan anak buahnya menelepon dirinya dengan membawa kabar baik yang selama ini ia tunggu.

"Bagaimana? Apakah kamu sudah menemukannya?" Tanpa basa-basi terlebih dahulu laki-laki itu langsung mengatakan hal yang ingin ia katakan.

📞 : "Maaf tuan. Saya dan yang lain masih belum bisa menemukan keberadaan Nona." Ucapan dari seorang laki-laki di sebrang sana tentunya menjadi hal yang paling mengecewakan bagi Zico. Laki-laki yang terus berusahalah mencari perempuan yang sudah mencuri hatinya sejak pertama kali mereka bertemu.

Segala upaya sudah Zico lakukan hanya untuk mencari keberadaan perempuan itu. Namun sayangnya upaya-upayanya tak membuahkan hasil sama sekali.

Jika ditanya Zico frustasi? Tentu saja. Bagaimana tidak, walaupun dirinya bisa dibilang orang hebat yang bisa dengan mudahnya mencari semua informasi mengenai musuhnya, kali ini ia sama sekali tak bisa menemukan sedikitpun informasi mengenai perempuannya bahkan namanya saja Zico sampai sekarang belum mengetahuinya, perempuan itu benar-benar sangat hebat bagi Zico. Dan mungkin ini lah penyebab utama usaha Zico tidak kunjung membuahkan hasil sama sekali karena selain Zico tak tau namanya, ia juga tidak memiliki foto dari perempuan itu yang tentunya para anak buahnya juga tak memilikinya. Mereka hanya diberitahu ciri-cirinya oleh Zico saja. Dan jika dibandingkan Zico, sebenarnya anak buah Zico lebih frustasi darinya.

Zico kini tampak menghela nafas kasar, harus dengan cara apa lagi ia akan mencari perempuan pujaannya itu.

"Ya sudah kalau begitu lanjutkan pencarian kalian. Kasih tau saya jika salah satu dari kalian menemukan perempuan yang ciri-cirinya sama dengan yang saya sebutkan dulu," ujar Zico masih mewanti-wanti anak buahnya tersebut.

📞 : "Baik tuan, laksanakan."

Jawaban dari laki-laki di sebrang sana menjadi akhir dari percakapan mereka.

Zico melempar kasar ponselnya diatas meja kerjanya sembari ia mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Ia menyandarkan tubuhnya dengan kedua tangan yang menutupi wajah tampannya. Ingin rasanya Zico menangis saat ini juga karena harus memendam rindu yang tak kunjung temu. Namun sayangnya, Zico harus menjaga imagenya sehingga niatnya tadi ia urungkan.

Saat Zico tengah meratapi nasibnya, suara ketukan pintu mengalihkan atesinya.

Tanpa semangat sedikitpun Zico berteriak, "Masuk!"

Tak berselang lama seorang laki-laki yang merupakan sahabat Zico yang merangkap sebagai sekertarisnya masuk kedalam ruangan tersebut.

Baru masuk saja, sekertaris yang memiliki nama Kris itu tau jika sang bos tengah tak bersemangat sedikitpun. Dan ia sangat hafal betul pemicu utama bosnya seperti ini jika bukan...

"Apa masih memikirkan perempuan 5 tahun yang lalu itu?" tanya Kris kala dirinya sudah duduk berhadapan dengan Zico. Kris tau tentang perempuan yang saat ini masih dalam pencarian karena Zico sering curhat kepadanya.

Zico tak menjawab pertanyaan dari Kris tadi karena tanpa menjawab pun ia sangat yakin jika sang sahabat sudah tau jawabannya. Ia memilih untuk menarik berkas dokumen yang dibawa oleh Kris tadi untuk ia periksa dan ia tanda tangani.

Sedangkan Kris, ia menghela nafas panjang lalu ia berkata, "Bos, mau sampai kapan kamu menunggu dia?"

Zico menghentikan gerakan tangannya lalu melirik kearah Kris.

"Saya tidak menunggu dia tapi saya sedang berusaha mencarinya," jawab Zico sembari menggerakkan tangannya kembali.

"Berusaha mencari? Maksud kamu anak buah kamu yang mencari dia? Percuma. Mereka tidak bisa menemukannya. Bagaimana bisa menemukan dia, sedangkan mereka saja tidak tau namanya dan wajahnya seperti apa. Hanya kamu beritahu ciri-cirinya saja. Dan ciri-ciri itu bisa berubah seiringnya waktu yang akan semakin mempersulit mereka untuk menemukan dia," ujar Kris yang juga ikut pusing dengan masalah percintaan Zico ini. Belum mulai saja sudah serumit ini, terus bagaimana nanti saat Zico dan perempuan itu bertemu?

Zico yang sudah kesal pun membanting penanya dengan kasar dengan tatapan tajam tertuju kearah Kris.

"Terus maksud kamu, saya harus menghentikan semua anak buah saya untuk mencari dia, begitu? Tidak akan!" ucap Zico yang sudah memiliki tekad bulat. Mau sampai puluhan tahun pun ia akan tetap mencari pujaan hatinya.

"Tapi pikirkan anak buah kamu juga. Mereka disana juga akan frustasi jika dituntut untuk menemukan seseorang yang mereka saja tidak tau identitasnya. Manusia di dunia ini tidak hanya satu atau dua orang saja yang dengan mudahnya bisa kita cari walaupun tanpa menggunakan indentitas sedikitpun. Tapi di bumi ini ada ribuan manusia yang mungkin memiliki ciri-ciri sama dengan yang kamu sebutkan untuk anak buah kamu," balas Kris penuh dengan penekanan.

Zico tampak mengusap wajahnya dengan kasar untuk meredakan emosinya yang tadi sempat terpancing ucapan Kris yang menyuruhnya menghentikan pencariannya.

"Terus saya harus bagaimana, Kris? Saya tidak tau nama dia, saya tidak tau alamat rumah dia, dan saya juga tidak memiliki foto dia. Saya tidak tahu apapun tentang dia, Kris. Saya hanya tau ciri-cirinya saja dan wajah dia hanya saya saja yang tau. Wajah dia terekam jelas di pikiran saya, Kris. Saya tidak bisa memfotokopi wajah dia melalui otak saya untuk menyebarkan foto dia ke semua orang di dunia ini yang ingin membantu saya. Saya tidak bisa, Kris. Saya harus bagaimana?" Ujar Zico sembari menunjuk kepalanya sendiri, seakan-akan ia menunjukan kepada Kris jika wajah pujaan hatinya selalu tersimpan didalam memorinya.

"Saya sebenarnya juga lelah, tapi saya tidak mau menyerah begitu saja, Kris. Dia cinta pertama saya, Kris. Saya tidak bisa melupakannya begitu saja," sambung Zico.

Kris yang melihat wajah penuh keterputus asaan di wajah Zico, ia merasa iba. Hingga satu ide muncul di otak pintarnya.

"Saya punya ide." Zico mengerutkan keningnya.

"Begini, jika kamu benar-benar tidak mau menyerah, maka satu-satunya jalan agar usahamu segera membuahkan hasil, kamu harus turun langsung sendiri untuk mencari perempuan itu karena hanya kamu yang tau wajah dia. Jadi otomatis lebih mudah ketemu jika kamu sendiri yang mencari," tutur Kris melontarkan idenya.

Zico yang mendengar hal tersebut pun dengan tiba-tiba kedua tangannya menggebrak meja dengan sangat kuat sehingga membuat Kris terkejut bukan main. Ingin sekali Kris protes kepada Zico, namun sayangnya hal tersebut ia urungkan saat suara Zico lebih dulu terdengar.

"Kenapa ide kamu baru muncul sekarang? Tapi tidak apa-apa. Saya ucapkan terimakasih atas idemu itu. Dan saya akan segara kembali ke Indonesia. Urusan kantor disini saya serahkan ke kamu sekarang," ujarnya yang dari dulu tak memiliki pikiran sama dengan ide yang Kris ucapkan tadi. Maklum saja dia beberapa tahun yang lalu disibukkan dengan kegiatan kampusnya, urusan kantor dan proses penyembuhan mentalnya. Jadi ia tak sempat berpikir seperti itu.

Setelah mengucapakan perkataannya tadi, tanpa aba-aba, Zico melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam ruang kerjanya meninggalkan Kris yang tengah berteriak, "Heyyy! Bukan sekarang juga kamu kembali ke negara kamu! Kembali! Kamu masih memiliki jadwal meeting hari ini! Zico!"

Teriakan demi teriakan dari Kris tadi tak dihiraukan sedikitpun oleh Zico. Laki-laki itu terus berjalan sampai keluar ruang kerjanya. Tentu saja Kris mengejar, namun sayangnya Zico dengan sengaja mengunci dirinya dari luar.

"Sialan!" umpat Kris yang sudah jelas gagal menghentikan Zico agar tak pergi dari kantornya sendiri. Jadi mau tak mau, Kris hanya bisa pasrah saja. Dan daripada dirinya menghabiskan tenaganya hanya untuk berteriak mencoba menghentikan Zico, lebih baik dirinya mencari kunci cadangan dari ruang kerja Zico itu dan segara mencari alasan yang akan ia berikan kepada klien dari perusahaan tersebut nantinya.

Bab 2

"Kak Jio beneran mau ke Indonesia dan tidak akan kembali lagi kesini?" Sedari kemarin seorang gadis terus bertanya dengan pertanyaan yang sama kepadanya setelah dirinya kemarin malam berbicara kepada keluarga yang sudah merawatnya selama 5 tahun belakangan ini tentang kepulangan mendadak dirinya, tentunya tanpa memberikan alasan yang sebenarnya kepada mereka. Dan sudah sangat jelas jika pertanyaan dari gadis itu akan mendapatkan jawaban yang sama dari Zico.

"Mau sampai berapa kali lagi kamu bertanya dengan pertanyaan yang sama, Sea?" ucap Zico. Jujur saja ia cukup jengah dengan pertanyaan yang terus di ulang itu.

Gadis tersebut yang memiliki nama Cheasea merupakan putri dari pemilik rumah yang ia tinggali selama 5 tahun belakangan dan merupakan Kakak kandung dari Mommy Della, kini ia tengah mengerucutkan bibirnya. Terlihat jelas jika gadis itu tak rela berpisah dengan Zico entah dari gelagatnya yang selalu mengekori Zico sejak tadi pagi maupun dari tatapan matanya yang berkaca-kaca.

Zico yang sudah selesai berkemas karena kebetulan siang nanti ia akan terbang ke negara tercinta, ia kini berdiri dari posisi duduknya kemudian ia memutar tubuhnya menatap kearah Cheasea.

Zico yang melihat kerucutan di bibir gadis yang lebih muda darinya itu, ia menghela nafas. Lalu ia segera mengikis jarak antara dirinya dengan Cheasea.

"Sea, Kakak memang akan kembali ke Indonesia. Tapi tidak menutup kemungkinan Kakak akan kesini lagi. Kamu tau sendiri kan kalau Kakak juga ada perusahaan disini yang kapan saja Kakak akan kembali untuk melihat perkembangan perusahaan Kakak yang tentunya saat itu terjadi Kakak akan main kesini untuk menemui kamu, Mommy Jea sama Daddy Max. Toh kamu juga bisa menghubungi Kakak lewat telepon atau video call. Jadi kamu tenang saja, kita masih bisa saling berkomunikasi kok walaupun tidak saling tatap muka secara langsung," ujar Zico mencoba memberikan pengertian kepada gadis tersebut diakhiri dengan ia mengusap lembut kepala Cheasea tak lupa senyum pun juga ia perlihatkan.

"Lewat telepon atau video call tidak seseru bertemu langsung," ucap Cheasea sangat lirih. Tapi tetap saja suara dari gadis tersebut masih bisa didengar oleh Zico.

Namun saat Zico ingin menimpali ucapan dari Cheasea, ucapan gadis itu kembali terdengar, mengurungkan niat Zico sebelumnya.

"Atau begini saja, Sea ikut Kakak ke Indonesia. Untuk masalah kuliah, Sea kan bisa pindah disana. Di Indonesia juga banyak kok kampus yang bagus dan mungkin lebih bagus dari kampus Sea yang sekarang." Zico menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak bisa Sea," ujar Zico.

"Kenapa tidak bisa?"

"Daddy Max dan Mommy Jea tidak akan mengizinkan kamu. Dan ingat Sea, Biaya masuk ke kampus kamu tidaklah murah. Jadi jangan membuang uang orangtuamu walaupun mereka kaya. Tetaplah disini. Selesaikan kuliah kamu disini jangan membuat Daddy sama Mommy kecewa sama kamu. Nurut sama orangtua itu lebih penting daripada nurutin ego kamu sendiri. Lagian kalau kamu benar-benar rindu sama Kakak, kamu bisa pergi ke Indonesia kalau kamu tengah libur kuliah. Bagaimana? Kamu setuju kan, Sea?" ucap Zico panjang lebar agar gadis itu mengerti dengan penjelasannya kali ini agar ia tak mengulang pertanyaannya untuk yang kesekian kalinya lagi.

"Tapi Kak---"

"Tidak ada tapi-tapian lagi, Sea. Jangan jadi anak nakal, Kakak tidak suka," tutur Zico dengan wajah yang sengaja ia datarkan dengan kedua tangan yang terlipat didepan dadanya.

Sedangkan Cheasea, masih dalam bibir yang maju beberapa senti kedepan ia langsung menubruk tubuh Zico, memeluk laki-laki itu dengan sangat efat. Cheasea ingin sekali memenangkan egonya sendiri. Namun sayangnya ia harus menekan egonya itu agar laki-laki yang berada di dalam pelukannya tak kecewa kepadanya.

Pelukan dari Cheasea itu tentunya mendapat balasan dari Zico dengan tangan yang masih bergerak di kepala Cheasea, memberikan elusan disana.

"Jadi Sea mau kan tetap disini dan tidak membantah perkataan Daddy sama Mommy?" Dengan berat hati Cheasea menganggukkan kepalanya, tanda ia setuju dengan permintaan Zico.

"Tapi kalau ada libur kampus, Sea akan tetap datang kesana untuk menemui Kakak," ujar Cheasea kekeuh.

"Oke. Kakak tidak akan melarang kalau masalah yang satu itu. Ya sudah kalau begitu, kamu siap-siap sana gih. Kamu mau kan ikut mengantar Kakak ke bandara?" Zico mengendorkan pelukan mereka, memberikan jarak antara tubuhnya dengan tubuh gadis 3 tahun lebih muda darinya itu.

Cheasea tentu saja menganggukkan kepalanya. Hari ini merupakan perpisahan dirinya dengan Zico, mana mungkin ia melewatkan waktu-waktu terakhir mereka itu.

"Ya sudah kalau kamu mau mengantar Kakak, siap-siap buruan sana karena kurang dari 2 jam lagi Kakak mau berangkat," tutur Zico yang sudah melepaskan pelukannya.

"Ck, iya-iya. Ini Sea juga mau siap-siap. Tungguin Sea, jangan ditinggal," ujar Cheasea dengan pelototan dimatanya, tanda jika ia tengah mengancam Zico.

Sedangkan Zico, ia menganggukkan kepalanya untuk menimpali ucapan dari Cheasea tadi.

Anggukan dari Zico membuat bibir Cheasea yang sedari tadi mengerucut, kini terangkat membentuk sebuah senyuman. Sampai tiba-tiba Cheasea berjinjit lalu mencondongkan tubuhnya di wajah Zico. Zico tentu saja terkejut atas aksi Cheasea itu sehingga dengan cepat tangannya bergerak dan ia daratkan di wajah Cheasea sehingga mengurungkan niat Cheasea yang ia yakini ingin mencium dirinya.

Zico mendorong kecil wajah Cheasea yang masih berada di tangannya itu hingga tubuh Cheasea tidak berjinjit lagi, barulah Zico mendorong pelan punggung Cheasea, menggiring tubuh gadis tersebut hingga berhasil keluar dari kamarnya tanpa mempedulikan wajah masam Cheasea.

Dan sebelum Zico menutup pintu kamarnya, ia berkata, "Waktu kamu akan terbuang sia-sia kalau masih di kamar Kakak terus dan jika kamu tidak siap-siap dari sekarang akan Kakak tinggal nanti."

Cheasea yang sudah menghadap kearah Zico sejak dirinya benar-benar keluar dari kamar laki-laki itu, mulutnya sudah terbuka, siap untuk melontarkan protesannya. Bukan protes atas ancaman dari Zico yang akan meninggalkan dirinya jika ia kelamaan bersiap. Tapi ia akan protes kenapa laki-laki yang sudah tinggal satu atap dengannya selama 5 tahun itu tak mau dirinya cium. Namun sayangnya niatannya untuk protes ke Zico urung kala tiba-tiba pintu di depannya sudah di tutup oleh Zico. Hingga membuat Cheasea menggeram kesal.

"Arkhhh menyebalkan! Kenapa sulit sekali sih untuk bisa mencium Kak Zico? Akhhh menyebalkan menyebalkan menyebalkan," ujar Cheasea sembari menghentakkan kakinya sebelum dirinya pergi dari depan pintu kamar Zico dengan perasaan kesal bercampur kecewa. Kecewa karena niatannya untuk mencium Zico gagal untuk kesekian kalinya sekaligus ia juga kecewa kenapa Zico tidak sadar-sadar juga tentang perasaan Cheasea kepadanya? Apa perhatian Cheasea selama ini kurang sehingga Zico tak sadar-sadar juga? Atau usaha Cheasea yang kurang? Ahhh entahlah Cheasea tidak tau.

Bab 3

Mata Cheasea sedari tadi sudah basah dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya. Sebenarnya tak hanya Cheasea saja yang merasa sedih, Mommy Jea pun tak kalah sedihnya dari Cheasea.

"Kamu hati-hati ya disana. Kabarin Mommy terus. Kalau ada apa-apa langsung lapor Mommy," ujar Mommy Jea yang berada di dekapan Zico dengan suara bergetar khas orang yang tengah menangis. Zico memang bukan darah dagingnya, dia orang asing yang tiba-tiba masuk kedalam keluarganya dengan kelainan mental yang cukup berbahaya. Namun entah kenapa hatinya justru tergerak saat melihat wajah frustasi Zico untuk pertama kalinya, sehingga dirinya bukan malah membenci Zico yang hampir membunuh keluarga adik iparnya, ia justru menerima Zico dan sampai menganggap dia sebagai putranya sendiri. Jadi tak heran jika keluarga Max sangat sedih berpisah dengan Zico.

Zico melepaskan pelukannya, memandang wajah perempuan paruh baya di depannya itu dengan kedua tangan yang ia genggam di tangan perempuan tersebut.

"Mommy, tanpa Mommy minta pun Jio akan terus menghubungi Mommy. Jadi Mommy jangan khawatir. Jangan nangis lagi," ucap Zico dengan menghapus air mata perempuan paruh baya tersebut.

"Tapi---" Saat Mommy Jea ingin berkata kembali, suara Daddy Max tiba-tiba saja menyela percakapan mereka.

"Jangan seperti anak kecil. Jio hanya akan pergi ke Indonesia saja bukan ke Kutub Utara. Kita sewaktu-waktu juga bisa ke Indonesia untuk mengunjungi Jio." Suara Daddy Max tentunya mendapat cebikkan dari bibir Mommy Jea. Sedangkan Zico, ia terkekeh melihat interaksi sepasang suami-istri yang justru seperti Tom and Jerry itu.

"Apa yang dikatakan Daddy benar Mom. Mommy bisa mengunjungi Jio kapan saja. Jadi jangan khawatir kalau kita tidak bisa bertemu kembali," ujar Zico kembali memeluk tubuh Mommy Jea.

Daddy Max yang melihat hal tersebut pun ia memutar bola matanya malas. Lalu setelahnya ia melepaskan pelukan keduanya secara paksa sampai oelikan keduanya terpisah.

Mommy Jea melotot tak terima. Namun sayangnya saat ia ingin melontarkan kata-kata protesannya, bibirnya sudah lebih dulu di bungkam oleh Daddy Max.

"Jio, mending kamu segara masuk sana. 20 menit lagi pesawat akan take off. Kalau kamu masih disini yang ada kamu akan ketinggalan pesawat. Buat Mommy kamu yang satu ini, biar Daddy yang urus," ujar Daddy Max, berusaha agar ia tak kalah dengan Mommy Jea yang memberontak.

Zico terkekeh kecil sembari menganggukkan kepalanya.

"Baiklah kalau begitu Jio berangkat dulu Dad." Jio menyodorkan tangannya dihadapan tubuh Mommy Jea yang dibelakang tubuh perempuan paruh baya itu terdapat Daddy Max yang masih setia membekap mulut serta mengunci pergerakan Mommy Jea.

Tentunya sodoran tangan dari Zico di balas oleh Daddy Max yang langsung di cium oleh Zico. Dan setelahnya, ia mendekatkan wajahnya di samping pipi Mommy Jea, menyematkan sebuah kecupan disana karena bersalaman tak memungkinkan untuk mereka lakukan.

"Jio berangkat Mom," ujar Zico setelah menjauhkan wajahnya. Kemudian setelah berpamitan kedua orangtua tadi, Zico menoleh kesamping, terdapat Cheasea disana. Zico hanya tersenyum kepada gadis tersebut dengan tangan yang kini bergerak untuk mengacak rambut Cheasea saat gadis itu bersiap ingin memeluknya sehingga niatan dari gadis tersebut urung di lakukan.

"Jadi anak yang penurut. Jangan nakal. Kakak pergi." Itu merupakan ucapan terakhir Zico sebelum dirinya benar-benar pergi dari hadapan ketiga orang yang sudah menemani dirinya selama 5 tahun belakangan ini.

Zico melambaikan tangannya sekali sebelum ia benar-benar tak terlihat dari pandangan ke tiga orang tersebut.

Disaat Zico sudah tak terlihat lagi, barulah Daddy Max melepaskan bungkaman tangannya dari mulut Mommy Jea.

Mommy Jea yang sudah terbebas pun ia menatap penuh permusuhan kepada suaminya sebelum dirinya memutar tubuhnya kemudian melangkah kakinya pergi dari sana.

Daddy Max hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu tatapan matanya kini berpindah kearah sang putri yang masih menangis sesenggukan.

Tangan Daddy Max bergerak, merangkul bahu sang putri.

"Kita pulang sekarang," ucap Daddy Max tanpa memberikan kata-kata penenang kepada Cheasea karena ia tau jika dirinya melakukan hal tersebut maka tangis sang putri akan semakin menjadi. Jadi lebih baik ia diam saja dan membiarkan Cheasea menangis sampai lelah dan akan diam sendiri nantinya.

Disisi lain, setelah 10 menit telah berlalu, Zico sudah masuk kedalam pesawat yang akan mengantar dirinya ke negara tercintanya. Senyuman pun tak pernah luntur dari bibirnya saat baru masuk kedalam pesawat tersebut.

Dengan tatapan mata yang kini mengarah ke jendela pesawat, Zico bergumam, "Kita akan segara bertemu sweetie girl. Aku berjanji akan menemukan keberadaan kamu secepatnya."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!