My Wife The Farming (Transmigrasi)
Kepala Fu Lichen sangat sakit, tetapi segera, perutnya merasakan mual yang sangat tidak nyaman, dan tiba-tiba dia membuka matanya, seolah olah baru bangun tidur.
"Muntah..."
Setelah makanan dimuntahkan dari perutnya, dia merasa jauh lebih nyaman.
Tapi rasanya, masih sangat buruk, seolah nyawanya sudah di ujung tanduk.
Tapi dimana ini?
Fu Lichen curiga bahwa dia sedang bermimpi, dia baru saja pulang dari kerja, bagaimana dia bisa..
.
Ngomong-ngomong dia baru saja tertabrak truk. Tetapi yang saat ini dia rasakan hanyalah rasa mual, tapi tidak ada kelainan lain, padahal dia baru saja tertarik truk yang besar.
Sebelum dia berfikir jernih, tiba-tiba terdengar suara kasar yang memanggilnya.
"Astaga, kereta ku! Fu Lichen apa yang kamu lakukan? bagaimana bisa! Bagaimana bisa kau muntah di kereta ku, aku sudah berbaik hati menggunakan kereta ku agar kamu bisa menemani Fu Langmu yang akan melahirkan, tetapi malah…"
"Hah…" helaan nafas lelaki itu.
Berbalik melihat pria yang memanggilnya, pria itu termasuk tinggi dengan wajah galak tapi tubuh lumayan kekar.
Fu lichen sangat bingung, siapa pria ini, dan kenapa dia di kereta ini, bukannya dia sekarang seharusnya di rumah sakit?
"Dasar bajingan, Fu langmu sedang berjuang melahirkan, tetapi kamu.. tetapi kamu hanya bisa menghabiskan uang untuk berjudi, mabuk-mabukan dasar laki-laki tidak berguna"
Pria itu memandang Fu Lichen dengan rasa iba.
Fu lang?
Fu lang siapa?
Sepertinya Fu Lichen salah dengar, berpegang tangan saja tidak pernah apalagi… dia perjaka, perjaka murni! Dan bagaimana bisa dia punya anak?!
Tapi Fu Lichen dengan cepat menenangkan emosinya yang saat ini tidak stabil.
Sebagai seorang manager di sebuah perusahaan yang terbilang cukup besar dia seharusnya bisa mengontrol emosinya. Apalagi manager yang mempunyai posisi yang cukup tinggi untuk dihormati orang lain, lucukan kalau seorang manager bahkan tidak bisa menguasai emosinya?
Fu Lichen terdiam beberapa waktu, serasa sudah cukup menenangkan diri. Tiba-tiba kepalanya seakan mau pecah, karena tiba-tiba datang ingatan seseorang muncul dikepalanya sekarang.
Singkatnya.
Pemilik aslinya bernama sama dengan dirinya, dia seorang yatim piatu, ditinggal orang tuanya ketika umur 10 tahun. Orang tuanya terbilang cukup kaya didesa tersebut, jadi Fu Lichen termasuk anak yang beruntung bisa membaca buku dan disekolahkan orang tuanya.
Namun naas, kejadian buruk terjadi karena orang tua Fu Lichen keluar untuk pergi ke kota, diperjalanan mereka dirampok preman, dan akhirnya mereka meninggal dunia.
Fu Lichen yang saat itu mengetahui hal tersebut sangat kaget, akhirnya berlarut-larut terpuruk dengan keadaan mulai berjudi, dan menghambur-hamburkan uang yang ditinggalkan orang tuanya.
Beruntung Fu Lichen sudah tidak ada kerabat disekitar jadi tidak ada yang merebut harta keluarganya.
Sekitar berumur 16 tahun, Fu Lichen bertemu seorang peramal yang mengatakan jika dia tidak menikah maka ia akan mengalami nasib sial.
Fu Lichen yang mendengar itu pun langsung kepasar budak membeli seorang wanita dan langsung menikahinya.
Namun wanita yang dinikahinya sangat dibenci Fu Lichen karena menganggap wanita itu hanya seorang budak yang tidak pantas dengannya. Perlakuan kasar pun dilakukan Fu Lichen terhadap istrinya itu. Akhirnya setelah beberapa bulan kemudian, istrinya pun hamil, tapi Fu Lichen makin bersikap kasar kepadanya.
Jadi, Fu Lichen semakin jarang pulang kerumah dan sering ke rumah bordil, Fu lichen melihat seorang wanita akhirnya dan jatuh cinta, namun gadis itu adalah gadis teratas kalau sekarang disebut primadona. Jadi, Fu Lichen hanya bisa melihat dari jauh, setelah itu Fu Lichen pulang kerumah, namun naas nya sekarang dia digantikan Fu Lichen yang sekarang.
.
Sambil mencerna ingatan tersebut, Fu Lichen menanyakan pertanyaan yang diduga bernama Fu Dahu.
"Kakak Dahu sudah berapa Fu Lang akan melahirkan?"
"Sudah satu setengah jam" Fu Dahu menjawab dengan tergesa -gesa.
Fu Lichen pun menghela nafas lega, pasalnya walaupun ia tidak mengambil jurusan kedokteran, tapi ia mengerti sedikit tentang ilmu kedokteran.
Perjalanan pun berjalan dengan lancar walaupun jalanan agak bergelombang, wajar saja karena zaman ini belum ada yang namanya aspal.
Sesampainya di rumah yang terbilang cukup lusuh.. ahem!Cukup bagus untuk ditinggali manusia, teriakan kesakitan seorang wanita di dalam kamar yang dikunci serta suara beberapa wanita yang mungkin menemaninya.
Fu Lichen pun melangkah kearah dapur untuk membuat makanan untuk istrinya itu agar saat melahirkan bisa mempunyai tenaga.
Fu lichen melihat dapur yang lumayan bersih, dia melangkah melihat kendi yang mungkin berisi beras, namun saat membukanya ia menemukan didalamnya kosong bahkan tanpa ada satu beras pun.
Fu Lichen pun mengingat ingat apakah ada uang dirumahnya saat ini. Memang ada tapi itu bukan uang, melainkan gelang peninggalan orang tuanya, yang akan diberikan kepadanya menantunya kelak.
Fu Lichen pun membuang ide itu untuk menjualnya karena itu adalah satu-satunya peninggalan orang tua pemilik asli.
Fu Lichen pun mengutuk Fu Lichen (dulu) karena bodoh telah menghambur-hamburkan uang, tanpa bersyukur ataupun belajar dengan baik, malah menjadi bajingan yang melakukan kekerasan terhadap istrinya itu.
Fu Lichen pun mulai memikirkan bagaimana dia akan mendapatkan makanan, akhirnya Fu Lichen mendatangi rumah tetangga yang menurutnya lumayan kaya, yang setidaknya bisa makan daging sekali dua kali dalam setahun.
Kalian harus tau orang desa walaupun hanya bisa makan daging sekali dua kali sudah dianggap cukup mampu, pasalnya setiap penduduk desa makan sehari harinya hanya bisa makan bekatul saja.
Hanya makan daging pada saat tahun baru.
Uang disini dibedakan menjadi tiga yaitu, tembaga, perak dan emas, nilai seratus tembaga bernilai satu perak, seratus perak bernilai sama dengan satu tael emas. Artinya uang tersebut satu banding seratus.
Sesampainya dirumah, tetangganya Fu Lichen melihat banyak orang berkumpul didepan rumah tersebut, orang-orang itu sedang bermain catur.
Fu Lichen pun menyapa salah satu nya yang diduga pemilik rumah.
"Saudara Daheng.."
Orang-orang termasuk Daheng pun tersentak mendengar suara Fu Lichen, pasalnya orang ini terkenal bajingan tidak bermoral di desa.
"Ada apa?" tanya Daheng dengan nada yang lumayan keras.
"Bisakah meminjamkan saya seekor ayam tua dan beras 1kg? nanti saya akan membantu anda memenangkan permainan"
Wu Daheng pun berfikir keras menerima tawaran itu, akhirnya pun ia meminjamkannya karena sifat Fu Lichen saat ini yang menurutnya sopan, dan juga karena dia ingin memenangkan permainan itu.
Karena sedari tadi kalah terus menerus, toh juga tidak rugi karena ia tidak minta melainkan hanya meminjam.
Bukan cuma alasan itu, tetapi juga karena menurutnya Fu Lichen seorang sarjana, walaupun cuma sebentar.
Akhirnya Fu Lichen duduk dengan lawannya yang seorang lelaki paruh baya sekitar umur 50-an dan selang beberapa menit berlangsung Fu Lichen berhasil memenangkan permainan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
"Sang Petapa"
Next Next Next
2024-06-04
1
Whats Shapt
kebanyakan minum XomiX jdi muntah² ckckckk
2023-08-14
1
Whats Shapt
mampir
2023-08-14
0