Kepala Fu Lichen sangat sakit, tetapi segera, perutnya merasakan mual yang sangat tidak nyaman, dan tiba-tiba dia membuka matanya, seolah olah baru bangun tidur.
"Muntah..."
Setelah makanan dimuntahkan dari perutnya, dia merasa jauh lebih nyaman.
Tapi rasanya, masih sangat buruk, seolah nyawanya sudah di ujung tanduk.
Tapi dimana ini?
Fu Lichen curiga bahwa dia sedang bermimpi, dia baru saja pulang dari kerja, bagaimana dia bisa..
.
Ngomong-ngomong dia baru saja tertabrak truk. Tetapi yang saat ini dia rasakan hanyalah rasa mual, tapi tidak ada kelainan lain, padahal dia baru saja tertarik truk yang besar.
Sebelum dia berfikir jernih, tiba-tiba terdengar suara kasar yang memanggilnya.
"Astaga, kereta ku! Fu Lichen apa yang kamu lakukan? bagaimana bisa! Bagaimana bisa kau muntah di kereta ku, aku sudah berbaik hati menggunakan kereta ku agar kamu bisa menemani Fu Langmu yang akan melahirkan, tetapi malah…"
"Hah…" helaan nafas lelaki itu.
Berbalik melihat pria yang memanggilnya, pria itu termasuk tinggi dengan wajah galak tapi tubuh lumayan kekar.
Fu lichen sangat bingung, siapa pria ini, dan kenapa dia di kereta ini, bukannya dia sekarang seharusnya di rumah sakit?
"Dasar bajingan, Fu langmu sedang berjuang melahirkan, tetapi kamu.. tetapi kamu hanya bisa menghabiskan uang untuk berjudi, mabuk-mabukan dasar laki-laki tidak berguna"
Pria itu memandang Fu Lichen dengan rasa iba.
Fu lang?
Fu lang siapa?
Sepertinya Fu Lichen salah dengar, berpegang tangan saja tidak pernah apalagi… dia perjaka, perjaka murni! Dan bagaimana bisa dia punya anak?!
Tapi Fu Lichen dengan cepat menenangkan emosinya yang saat ini tidak stabil.
Sebagai seorang manager di sebuah perusahaan yang terbilang cukup besar dia seharusnya bisa mengontrol emosinya. Apalagi manager yang mempunyai posisi yang cukup tinggi untuk dihormati orang lain, lucukan kalau seorang manager bahkan tidak bisa menguasai emosinya?
Fu Lichen terdiam beberapa waktu, serasa sudah cukup menenangkan diri. Tiba-tiba kepalanya seakan mau pecah, karena tiba-tiba datang ingatan seseorang muncul dikepalanya sekarang.
Singkatnya.
Pemilik aslinya bernama sama dengan dirinya, dia seorang yatim piatu, ditinggal orang tuanya ketika umur 10 tahun. Orang tuanya terbilang cukup kaya didesa tersebut, jadi Fu Lichen termasuk anak yang beruntung bisa membaca buku dan disekolahkan orang tuanya.
Namun naas, kejadian buruk terjadi karena orang tua Fu Lichen keluar untuk pergi ke kota, diperjalanan mereka dirampok preman, dan akhirnya mereka meninggal dunia.
Fu Lichen yang saat itu mengetahui hal tersebut sangat kaget, akhirnya berlarut-larut terpuruk dengan keadaan mulai berjudi, dan menghambur-hamburkan uang yang ditinggalkan orang tuanya.
Beruntung Fu Lichen sudah tidak ada kerabat disekitar jadi tidak ada yang merebut harta keluarganya.
Sekitar berumur 16 tahun, Fu Lichen bertemu seorang peramal yang mengatakan jika dia tidak menikah maka ia akan mengalami nasib sial.
Fu Lichen yang mendengar itu pun langsung kepasar budak membeli seorang wanita dan langsung menikahinya.
Namun wanita yang dinikahinya sangat dibenci Fu Lichen karena menganggap wanita itu hanya seorang budak yang tidak pantas dengannya. Perlakuan kasar pun dilakukan Fu Lichen terhadap istrinya itu. Akhirnya setelah beberapa bulan kemudian, istrinya pun hamil, tapi Fu Lichen makin bersikap kasar kepadanya.
Jadi, Fu Lichen semakin jarang pulang kerumah dan sering ke rumah bordil, Fu lichen melihat seorang wanita akhirnya dan jatuh cinta, namun gadis itu adalah gadis teratas kalau sekarang disebut primadona. Jadi, Fu Lichen hanya bisa melihat dari jauh, setelah itu Fu Lichen pulang kerumah, namun naas nya sekarang dia digantikan Fu Lichen yang sekarang.
.
Sambil mencerna ingatan tersebut, Fu Lichen menanyakan pertanyaan yang diduga bernama Fu Dahu.
"Kakak Dahu sudah berapa Fu Lang akan melahirkan?"
"Sudah satu setengah jam" Fu Dahu menjawab dengan tergesa -gesa.
Fu Lichen pun menghela nafas lega, pasalnya walaupun ia tidak mengambil jurusan kedokteran, tapi ia mengerti sedikit tentang ilmu kedokteran.
Perjalanan pun berjalan dengan lancar walaupun jalanan agak bergelombang, wajar saja karena zaman ini belum ada yang namanya aspal.
Sesampainya di rumah yang terbilang cukup lusuh.. ahem!Cukup bagus untuk ditinggali manusia, teriakan kesakitan seorang wanita di dalam kamar yang dikunci serta suara beberapa wanita yang mungkin menemaninya.
Fu Lichen pun melangkah kearah dapur untuk membuat makanan untuk istrinya itu agar saat melahirkan bisa mempunyai tenaga.
Fu lichen melihat dapur yang lumayan bersih, dia melangkah melihat kendi yang mungkin berisi beras, namun saat membukanya ia menemukan didalamnya kosong bahkan tanpa ada satu beras pun.
Fu Lichen pun mengingat ingat apakah ada uang dirumahnya saat ini. Memang ada tapi itu bukan uang, melainkan gelang peninggalan orang tuanya, yang akan diberikan kepadanya menantunya kelak.
Fu Lichen pun membuang ide itu untuk menjualnya karena itu adalah satu-satunya peninggalan orang tua pemilik asli.
Fu Lichen pun mengutuk Fu Lichen (dulu) karena bodoh telah menghambur-hamburkan uang, tanpa bersyukur ataupun belajar dengan baik, malah menjadi bajingan yang melakukan kekerasan terhadap istrinya itu.
Fu Lichen pun mulai memikirkan bagaimana dia akan mendapatkan makanan, akhirnya Fu Lichen mendatangi rumah tetangga yang menurutnya lumayan kaya, yang setidaknya bisa makan daging sekali dua kali dalam setahun.
Kalian harus tau orang desa walaupun hanya bisa makan daging sekali dua kali sudah dianggap cukup mampu, pasalnya setiap penduduk desa makan sehari harinya hanya bisa makan bekatul saja.
Hanya makan daging pada saat tahun baru.
Uang disini dibedakan menjadi tiga yaitu, tembaga, perak dan emas, nilai seratus tembaga bernilai satu perak, seratus perak bernilai sama dengan satu tael emas. Artinya uang tersebut satu banding seratus.
Sesampainya dirumah, tetangganya Fu Lichen melihat banyak orang berkumpul didepan rumah tersebut, orang-orang itu sedang bermain catur.
Fu Lichen pun menyapa salah satu nya yang diduga pemilik rumah.
"Saudara Daheng.."
Orang-orang termasuk Daheng pun tersentak mendengar suara Fu Lichen, pasalnya orang ini terkenal bajingan tidak bermoral di desa.
"Ada apa?" tanya Daheng dengan nada yang lumayan keras.
"Bisakah meminjamkan saya seekor ayam tua dan beras 1kg? nanti saya akan membantu anda memenangkan permainan"
Wu Daheng pun berfikir keras menerima tawaran itu, akhirnya pun ia meminjamkannya karena sifat Fu Lichen saat ini yang menurutnya sopan, dan juga karena dia ingin memenangkan permainan itu.
Karena sedari tadi kalah terus menerus, toh juga tidak rugi karena ia tidak minta melainkan hanya meminjam.
Bukan cuma alasan itu, tetapi juga karena menurutnya Fu Lichen seorang sarjana, walaupun cuma sebentar.
Akhirnya Fu Lichen duduk dengan lawannya yang seorang lelaki paruh baya sekitar umur 50-an dan selang beberapa menit berlangsung Fu Lichen berhasil memenangkan permainan itu.
Setelah itu terdengar sorak-sorakan keras dari orang-orang, namun Fu Lichen hanya menanggapi dengan wajah datar dan tenang, tanpa mengubah sikapnya.
Nyatanya Fu Lichen menanggapi hal tersebut dengan wajah tenang karena ia sudah terbiasa dan Fu Lichen juga mempunyai sifat yang relatif tenang dan dingin.
Setelah mendapatkan ayam dan beras Fu Lichen pun langsung pulang, tetapi ada yang mencegah dia agar dia bisa terus bermain catur.
"Tidak"
Tolak Fu Lichen dengan cepat, pasalnya Fu Langnya akan segera melahirkan. Orang-orang yang mendengarnya pun langsung mengangguk dan memaklumi karena istrinya akan sedang melahirkan.
Tanpa berkata-kata lagi Fu Lichen langsung bergegas segera pergi dari situ.
Tidak tau saja, sekarang dia sedang dijadikan bahan bincangan orang orang di rumah Wu Daheng. Bahan gosipnya yaitu, Fu Lichen sifatnya berubah menjadi lebih baik, dan tidak seperti dulu, yang dijuluki orang yang tidak bermoral.
.
Sesampainya dirumah, Fu Lichen langsung menuju kedapur untuk membuat sup ayam dan bubur, Fu Lichen pun langsung menyalakan api, tapi karena tidak terbiasa akhirnya agak lama menghidupkan apinya.
Setelah menyalakan api, Fu Lichen langsung menyembelih ayam dan langsung memotongnya. Jangan salah mengira, walaupun Fu Lichen seorang pria, nyatanya dia sangat pandai memasak dan masakannya pun tidak kalah dengan koki bintang lima.
Karena dulunya ia yang juga seorang yatim piatu ia harus selalu mandiri. Keadaan tersebut pun berlangsung hingga dia sukses dan jadi seorang manager di sebuah perusahaan ternama.
Dikarenakan ia tahu, kalau dia memakan makanan cepat saji pastinya makanan itu tidak sehat. Jadi Fu Lichen jarang makan makanan cepat saji terkecuali ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Fu Lichen melanjutkan memasak, ia mencari bumbu apa saja yang ada di dapur ini. Dan ternyata hanya terdapat garam saja.
Lichen pun tidak kaget lagi, karena ia sudah menebak kalau hanya ada garam, karena ia tahu kalau di jaman ini orang belum terlalu mengenal bumbu-bumbu lain yang menambah cita rasa pada makanan dan belum pernah menikmati makanan yang memanjakan lidah.
Memikirkan hal tersebut, Fu Lichen pun mendapat ide pertamanya yaitu membuka kios kecil-kecilan menjual sebuah makanan.
Tapi itu hanya permikirannya saja saat ini.
Pasalnya buka kios juga butuh modal, dari mana modalnya, uang saja hanya tinggal beberapa.
Jadi, Fu Lichen memasak bubur ayam dan sup ayam sambil menghitung berapa hartanya saat ini yang mungkin tersisa.
Pertama dia mempunyai 2 mu tanah kering, yang sebelumnya ditamami istrinya karena fu lichen (dulu) sangat malas.
Rumah bobrok ini, dan tidak ada barang berharga lainnya.
" hah…" helaan nafas Fu Lichen meratapi nasibnya yang malang, tapi itu tidak langsung terlalu lama ia langsung menyemangati diri sendiri.
Fu Lichen pun sudah selesai memasak ia langsung menuangkannya di mangkuk, karena takut sup dan bubur itu akan cepat dingin, Fu Lichen pun membawa nya dengan tangannya sendiri.
Akibatnya tangannya pun melepuh akibat panas.
Lichen mengetuk pintu kamar.
"Tok tok tok" bunyi pintu terdengar ditengah sunyinya ruangan tersebut.
"Saya Fu Lichen, saya ingin mebawakan sup untuk dimakan"
Seketika ruangan itu pun sunyi mendengar suaranya. Orang-orang didalam pun membatin pasti Fu Lichen sudah gila.
Selang beberapa waktu pun keluar seorang wanita yang diduga teman Fu Langnya.
"Kasih dia sup ini biar dia bisa mempunyai energi untuk melahirkan"
Wanita itu pun membeku melihat Fu Lichen yang membawakan makanan. Dia pun menerima makanan itu dengan terburu-buru dan langsung menutup pintunya.
Melihat hal itu pun Fu Lichen tidak memperdulikannya, ia langsung bergegas mencari kamar mandi, karena dia merasa sangat lengket disekujur tubuhnya akibat berlarian kesana-kemari.
Fu Lichen pun mencari pakaian ganti, tapi yang dilihatnya hanya dua pakaian yang sudah usang, tanpa memperdulikan hal tersebut, dia pun langsung mandi.
Selesai mandi Lichen pun merasa segar kambali walaupun tadi sudah susah payah menggunakan pakaian karena pakaiannya yang berlapis lapis, lalu ia mencuci baju yang sudah kotor menggunakan saponin karena belum ada sabun di zaman ini.
Fu Lichen pun kembali kedapur karena sedari tadi perutnya keroncongan karena belum makan apapun, ia mengambil sup yang dirasa cukup untuk mengganjal perutnya.
Dia mulai merenung kembali memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya, tidak mungkin melakukan perceraian karena itu dianggap tabu.
Jika seorang wanita diceraikan suaminya maka ia dianggap sebagai bintang sial oleh orang orang desa, dan juga negara melarang keras perceraian.
Karena kurangnya jumlah penduduk akibat dari perang yang terus menerus terjadi.
Maka hanya ada satu pilihan yaitu menerimanya, toh dia juga tidak pernah menjalin hubungan dengan siapun jadi anggap saja dia beruntung, tidak usah susah payah cari istri eh tau taunya dapat istri sama anak lagi.
Dulu ia mengira dirinya suka laki-laki alias gay, tapi ia menentang hal tersebut karena ia tidak pernah bereaksi terhadap wanita mau pun laki laki.
Jadi, ia akan sebaik mungkin merawat wanita yang saat ini menjadi istrinya sekaligus anaknya itu.
.
Didalam ruangan, terdapat seorang wanita yang sedang berbaring, dengan bagian bawah ditutupi kain, dan juga dengan perut membuncit.
Dia bernama Su Lingyu istri dari Fu Lichen.
Salah satunya temannya berseru.
"Astaga! Lihat Xiao Yu Lao Gong mu membawakanmu sup ayam dan bubur ayam, dia sangat baik padamu" dengan nada iri.
"Benar Su Lingyu kamu sangat beruntung, lihatlah ada ayamnya, sangat jarang orang desa makan daging, aku sangat iri terhadapmu" lanjut teman yang lain.
Su Lingyu pun hanya bisa memakan supnya dan tersenyum pahit.
"Apa mungkin Fu Lichen begitu baik hari ini karena aku akan melahirkan? Pasti itu benar" batin Su Lingyu dan juga berharap anaknya laki-laki.
Di zaman ini status anak perempuan tergolong rendah, bahkan jual beli anak perempuan pun sudah terbiasa, dan itu tidak tabu lagi, mungkin perempuan tergolong rendah karena tenaga mereka tidak sekuat pria.
Karena itu Su Lingyu sangat sangat berharap dan berdoa agar anaknya bisa keluar laki-laki dan bukannya perempuan. Ia takut jika itu perempuan maka Fu Lichen akan menjualnya.
Tapi kalaupun memang anaknya yang memang keluar perempuan pasti ia akan membesarkannya dengan baik.
Sebenarnya Su Lingyu seakan mau menyerah akan hidup nya tapi bagaimana dengan anaknya nanti?
Su Lingyu pun memejamkan mata dan air mata menetes keluar...
*Tenang saja Su Lingyu pasti dia akan baik padamu ko, kan dia bukan Fu Lchen yang dulu.
Su Lingyu sangat berharap semoga Fu Lichen akan baik padanya selamanya, mencintainya walaupun itu hanya mimpi sematanya.
Tapi, ia tak akan pernah menyerah karena dia masih punya anak yang masih membutuhkannya walaupun tanpa Fu Lichen dia pasti bisa hidup dengan baiknya dengan anaknya.
Pasti.
Keadaan Fu Lichen saat ini sedang berdiri di depan pintu kamar, bolak-balik kesana-kemari khawatir jika terjadi apa dengan istri dan anaknya.
"Kenapa lama sekali?"
Tebakannya pun benar, selang beberapa waktu kemudian terdengar suara teriakan kesakitan yang akan sedang melahirkan.
Hati Lu Lichen pun tegang, ia pun hanya bisa mondar-mandir dikarenakan teriakan seorang wanita yang sangat menyayat hati.
Fu Lichen pun bingung karena ia jarang menunjukkan ekspresi panik dan tegang, karena ia sangat jarang memunculkan emosi lainnya kecuali tenang.
Tapi Fu Lichen langsung menepis pikiran itu dan berfikir pasti itu karna istri dari pemilik tubuh asli fikirnya.
Teriakan istrinya pun semakin kencang. Terbukalah pintu kamar tersebut dan muncul seorang wanita yang mengambil makanan tadi.
" Itu.. Xiao Yu.. Huhh.. Fu Lichen bersiaplah mungkin Xiao Yu.. dia ...."
Tanpa menunggu kata-kata dari wanita itu, dia pun langsung bergegas lari kedalam ruangan dan langsung di halangi oleh wanita itu tapi karena fu lichen seorang pria, wanita itu yang diketahui bernama Wu Ling pun tidak bisa menghentikannya.
Fu Lichen pun langsung melihat seorang wanita yang terbaring di tempat tidur yang dibasahi keringat dan darah merah membasahi kain.
Akhirnya ia mengusir para wanita itu terkecuali satu orang yang di tanyai Fu Lichen apakah dia pernah membantu orang melahirkan.
Wanita yang tinggal di kamar awalnya tidak setuju ,tapi karena fu lichen bersikeras masuk mau tak mau akhirnya ia pun memilih mengalah dan mengizinkannya.
Fu Lichen duduk disamping tempat tidur dan memangku kepala Su Linyu, sambil mengelap dahi Su Lingyu yang basah kuyup oleh keringat.
"Apa aku akan mati?" lirih Su Lingyu dengan air mata mengenang disudut matanya.
Fu Lichen yang mendengar itupun merasa sangat kasihan pada anak itu, pasalnya di usianya yang sekarang pasti ia sedang bermain dengan anak seusianya.
Pergi ke bioskop, nongkrong dikafe, lihat konser K-Pop, bukannya terbaring berusaha melahirkan bayinya, tapi apalah daya bagi Fu Lichen karena itu sudah tradisi di zaman ini.
Pada saat perempuan yang berusia 14 tahun pasti sudah menikah, kalau sampai mencapai 18 tahun orang orang akan mengatainya, menggosipinya bahkan ada yang membullynya.
"Tidak, dengan aku di sini kamu tidak akan terjadi apa" jawab Fu Lichen sambil tersenyum menenangkan, terus mengusap keringat yang mengucur di dahinya itu.
Su Lingyu yang mendengar itupun menghela nafas lega.
"Tarik nafas, buang, ayo ikuti kataku" kata Fu Lichen mengarahkan.
Su Lingyu pun mengikuti akhirnya pun lumayan mereda rasa sakitnya, wanita yang membantu melahirkan kan pun langsung berkata.
"Ayo Xiao Yu dorong"
Sambil menghela nafas panjang Su Lingyu pun langsung mendorong dengan sekuat tenaga agar bayinya cepat keluar dan Fu Lichen yang melihat itu pun hanya bisa menggenggam erat tangan Su Lingyu.
Selang beberapa menit akhirnya kepala bayi pun keluar, wanita yang bantu melahirkan pun langsung memberi semangat untuk langsung mengeluarkan bayinya.
"Oek oek oek" terdengar suara bayi yang baru lahir.
Setelah bayi lahir pun Su Lingyu pingsan.
"Ada apa dengan dia?" tanya Fu Lichen dengan nada penuh khawatir.
"Tidak apa-apa dia kelelahan akibat melahirkan, sebentar lagi pasti dia akan bangun, selamat bayinya perempuan" ucap wanita itu sambil menyerahkan bayinya.
Fu Lichen pun dengan hati-hati memegang mahluk mungil itu, karena takut akan menghancurkannya.
Fu Lichen yang melihat bayi itu pun diliputi dengan rasa bahagia, walaupun bayinya ahem agak terlihat seperti pantat monyet.
Wanita itu pun melihat Su Lingyu dengan ekspresi kasian seolah-olah itu adalah bencana bagi Su Lingyu.
Karena siapa yang tidak tau kalau perempuan disini tidak.. hahh sudahlah.
Berbeda dengan Fu Lichen yang tidak akan beda-bedakan mau itu laki-laki atau perempuan yang penting dia anaknya.
"Terima kasih sudah membatu melahirkan Fu Lang" ucap Fu Lichen.
"Tidak masalah, Xiao Yu juga temanku pasti aku akan datang membantu juga" katanya sambil mengucapkan selamat tinggal untuk pulang.
.
Beberapa menit kemudian.
Su Lingyu pun bangun, berusaha untuk duduk, tapi karena ia baru melahirkan bagian bawah nya sangat sakit sama seperti saat melahirkan.
"Hati-hati berbaring dulu" kata Fu Lichen sambil membantunya berbaring perlahan.
"Dimana anak ku?" tanya Su Lingyu ke Fu Lichen, tanpa menyadari bahwa anaknya saat ini sedang berbaring di sampingnya.
Fu Lichen pun mengambil anak itu dan langsung berkata.
"Selamat dia perempuan, sangat cantik persis sepertimu"
Bak disambar petir, Su Lingyu semakin sedih karna itu adalah anak perempuan, tapi melihat Fu Lichen yang terlihat tenang, akhirnya Su Lingyu melepas batu yang mengganjal di hatinya dan mulai tenang.
Tapi .. apa kata Fu Lichen tadi cantik seperti dirinya bukannya seharusnya lebih mirip dengan Fu Lichen, karena kebanyakan anak yang baru lahir akan menyamai ayah nya.
"Fu Lichen bolehkah aku melihatnya dari dekat?" tanya Su Lingyu.
"Tentu" kata Fu Lichen meletakkan dengan hati-hati di sebelah ibunya.
"Anak ibu ..." batin Su Lingyu sambil mengelus pipinya.
Su Lingyu pun bertanya kepada Fu Lichen.
"Fu Lichen, apakah… kamu tidak keberatan?"
"Keberatan apa?" tanya balik Fu Lichen.
"Karena dia perempuan" cicit Su Lingyu sambil menggigit bibir bawahnya.
Fu Lichen pun hanya bisa menghela nafas dengan perasaan tertekan.
"Tidak, aku tidak keberatan, mau perempuan atau laki laki aku tidak peduli yang penting ini anakku, darah dagingku" ucap Fu Lichen bersungguh-sungguh.
"Benarkah?"
"Ya"
Mendengar jawaban dari Fu Lichen, Su Lingyu pun langsung tertidur kembali karena rasa kantuk yang sedang melandanya.
.
Saat ini Fu Lichen terbangun ditengah malam karena terdengar suara anaknya sedang menangis, ia pun langsung menenangkannya agar tidak menangis.
"Pasti lapar ya?"
Fu Lichen pun langsung membuat bubur karena didapur hanya ada beras, mau di kasih sup ayam pasti tidak bisa karena itu akan terlalu kuat rasanya untuk seorang bayi yang baru lahir. Sebenarnya Fu Lichen mau memberi makan anaknya dengan asi, terapi tidak tega melihat Su Lingyu masih terbaring kelelahan.
Fu Lichen masam karena tidak bisa memberi makan enak anaknya itu, tapi ia dengan cepat berpikir cepat atau lambat ia pasti akan memberi makan anaknya hingga gemuk.
Fu Lichen pun dengan cekatan memberi makan anaknya sendok demi sendok sampai selesai.
Ia pun langsung menggendong sambil berjalan mengitari ruangan sebentar agar si kecil bisa mencerna makanan yang baru saja dia makan.
Dirasa cukup ia pun mulai menidurkan nya kembali, sambil menepuk nepuk pantat sikecil agar cepat tertidur, selang beberapa menit pun ia langsung tertidur dengan pulasnya.
"Selamat malam anak ayah, semoga mimpi indah" sambil mencium pipi anaknya.
"Dan juga selamat malam" sambil memandangi wajah istrinya itu.
Samar-samar Su Lingyu mendengar suara tetapi karena terlalu kelelahan ia pun langsung kembali tertidur nyenyak.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!