Selimut Cinta Tuan Presdir
"Dad, kenapa, sih, kau ngga romantis kayak dulu lagi? Apa yang salah denganku? Wajahku sudah kesuntik memakai DNA salmon, supaya aku tampak awet muda, dada dan bagian belakangku, sudah kutambahkan dengan silikon! Apa lagi yang kurang, Dad? Coba lihat aku dan letakkan tablet bodohmu itu!" tukas seorang wanita berpakaian ketat berwarna merah yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang seperti gitar dengan jelas. Dia mengambil tablet bersimbol apel yang tergigit setengahnya itu dan membuangnya begitu saja ke sofa panjang yang ada di kamar mereka.
Tubuh wanita itu padat dan sempurna. Rambut ikal gantung dengan poni menjuntai, serta wajah yang sulit ditandingi kecantikannya membuat kaum adam, tidak akan sanggup mengalihkan pandangan mereka dari wanita itu.
Hanya ada satu laki-laki yang tidak pernah menatapnya, Dante Morgan. Seorang presiden direktur sukses dari perusahaan terkemuka di seluruh negeri. Hidupnya yang dipenuhi dengan harta dan kemewahan, tak membuat Dante merasa bahagia.
Pria itu pun seolah-olah tak pernah menganggap sang istri berada di dekatnya. Apa pun yang dilakukan oleh istrinya, dia tidak akan ambil pusing. Berapa pun uang yang diminta oleh pasangan hidupnya, dia akan selalu memberikannya. Bahkan terkadang, dia melebihkan jumlah nominalnya.
Bukan tanpa alasan Dante berbuat demikian, dua tahun yang lalu, Dante yang baru saja kembali dari tugas dinas ke luar negeri menemukan sang istri sedang bergulat bersama seorang pria di ranjang yang mereka biasa pakai.
Dante yang sangat mempercayai istrinya itu, tak habis pikir mengapa sang istri tega berbuat demikian dan mengkhianatinya. Dante tak pernah lupa bagaimana erangan, dessahan, serta gerakan istrinya untuk pria itu.
Keesokan harinya, tanpa sepengetahuan sang istri, Dante membongkar kamar itu dan menjadikannya kamar pelayan serta memindahkan kamarnya pribadi di lantai atas. Dia juga meminta connecting room. Istrinya akan berbeda kamar dengannya. Setiap kali istrinya bertanya, Dante hanya mengatakan bosan dengan desain yang lama.
Sejak saat itu pula, Dante tidak pernah lagi peduli apa yang dilakukan oleh istrinya itu. Seperti pagi ini, sang istri meminta Dante untuk memperhatikannya dan dia duduk begitu saja dipangkuan Dante.
"Dad! Lihat aku! Sudah lama kau tidak menyentuhku seperti ini, Dad! Apa yang salah denganku?" tanya istri Dante sambil memainkan jari jemarinya yang cantik di sepanjang leher suaminya itu.
Dante menangkap tangan istrinya dengan kasar. "Ev, hentikanlah! Aku tidak suka!"
Wanita bernama Evelyn itu pun beranjak dari pangkuan Dante dengan wajah kesal. "Dua tahun, Dad! Dua tahun kau tidak menggubrisku! Bahkan kau tidak mengajakku berbicara atau sekedar memanggil namaku! Setelah dua tahun, akhirnya kau memanggilku lagi! Apa yang terjadi denganmu, Dad? Apa kau punya wanita lain? Kau punya simpanan? Begitu!"
Mendengar rentetan pertanyaan dari istrinya, kemarahan Dante pun memuncak. "Siapa yang memiliki seseorang? Kau atau aku? Berpikirlah mengapa aku berubah? Buka ingatanmu dan ingat apa yang telah kau lakukan? Aku memindahkan kamar kita dan kau menerima alasanku begitu saja selama dua tahun! Apa kau tidak pernah berpikir apa yang salah dengan itu?"
"Mana aku tau apa salahku, Dad! Kau tinggal katakan apa salahku, aku akan meminta maaf kepadamu!" ujar Evelyn tak kalah panas.
Dante mendengus. "Huh! Mudah sekali kata maaf terucap dari mulutmu! Baik, akan kukatakan kepadamu! Aku tidak pernah memanggil namamu karena sudah ada orang lain yang memanggilmu dengan sebutan Ev dengan mesra dan orang itu bercinta denganmu di atas ranjang kita! Di dalam kamar kita! Ranjang yang biasa kita pakai untuk melakukan segalanya dan kau pakai ranjang itu untuk bercinta dengan pria lain! Sialan!"
"Apa uang yang kuberikan padamu kurang, sampai kau harus bercinta dengannya di ranjang kita, Ev?" tanya Dante lagi. Hilang sudah kesabaran yang selama ini dia tahan. "Sejak saat itu, cintaku untukmu sudah musnah, Ev! Yang tersisa hanyalah rasa jijik dan muak setiap kali aku melihatmu!"
Evelyn terdiam, dia berusaha mengingat siapa pria yang dimaksud oleh suaminya tersebut. Wanita itu terkesiap, saat dia akhirnya tau siapa pria itu. "Dad, itu, ...."
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi! Ini terakhir kalinya aku menyebut namamu!" tukas Dante sambil mengacungkan jari telunjuknya ke wajah Evelyn.
Pria yang masih dikuasai kemarahan itu, mengambil outernya dan keluar dari rumah dengan membanting pintu, tanpa menunggu penjelasan dari Evelyn tentang kejadian dua tahun lalu.
Mobil yang dikendarai Dante terus berjalan tak tentu arah. Dia mengutuk dirinya sendiri karena ternyata, dia masih menyayangi Evelyn dengan sepenuh hati dan rasa cemburu masih menggelayutinya hingga saat ini.
Hari masih siang, Dante semakin bingung ingin melampiaskan kemarahannya ke mana. Maka dia pun mengarahkan kendaraan mewahnya ke luar kota dan tak lupa, dia mematikan ponselnya. Hari ini, dia tidak ingin terganggu oleh apa pun dan siapa pun.
Dante dan Evelyn sudah menikah selama 5 tahun dan belum dikaruniai seorang anak sampai akhirnya mereka memutuskan untuk child free atau tidak memiliki anak.
Aktivitas Evelyn yang sering disibukkan dengan klub sosialitanya, membuat wanita itu enggan terbebani dan terkekang dengan kehadiran seorang anak. Begitu pula dengan Dante, pekerjaannya terkadang menyita waktunya sehingga dia tidak yakin apakah dia bisa menjadi seorang ayah yang baik dan selalu hadir untuk anaknya nanti.
Ketika dia memutuskan untuk membenci Evelyn, dia bersyukur karena mereka belum memiliki seorang anak. Apa yang akan terjadi pada anaknya nanti ketika melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat seperti tadi?
Tanpa terasa, Dante tiba di sebuah kota kecil yang cukup padat. Bunyi klakson mobil, motor, sepeda, dan moda transportasi lainnya seolah berlomba untuk meraih juara satu sebagai suara ternyaring di jalanan itu.
Dante mengendarai mobilnya perlahan-lahan, hingga dia sampai di gang sempit dan ramai. Dia pun memutuskan untuk menepikan kendaraannya dan melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki.
Dia melihat banyak anak-anak berlarian dan bermain. Salah seorang gadis kecil menabrak dirinya dan terjatuh. Gadis kecil itu menangis. Dante bersimpuh dan mengusap luka gadis kecil itu. "Hei, kenapa kau yang menangis? Harusnya kau yang minta maaf kepadaku, 'kan, Gadis Kecil? Coba kulihat lukamu,"
Dante menggendong anak itu dan mendudukkannya di atas sebuah gerobak. "Ini hanya lecet dan akan sembuh. Aku tidak tau bagaimana mengobatinya selain kubawa kau ke rumah sakit. Tapi, aku akan mencoba cara ini. Biasanya ini berhasil, paling tidak itulah yang kulihat di drama menyedihkan di tv,"
Kemudian Dante meniup luka di kedua telapak tangan gadis itu dan mengecupnya. "Bagaimana? Apakah sudah sembuh?"
Gadis kecil itu tampak malu-malu dan mengangguk. Namun, tiba-tiba tangan gadis kecil itu ditarik begitu saja oleh seorang perempuan muda yang sangat cantik. Dante memperhatikan perempuan muda yang kini menempelkan plester ke telapak tangan gadis kecil tersebut, wajahnya benar-benar masih alami, belum terkena suntik ini itu seperti Evelyn.
"Nah, sekarang kau sudah sembuh, Anak Nakal! Sana main lagi, tapi perhatikan jalanmu!" suaranya riang dan menenangkan.
Dante terus memperhatikan wanita cantik yang berdiri memandanginya itu.
"Hei, kau tersesat, Tuan?" tanya perempuan itu.
"Ah, ti-, tidak! A- aku, ... Baiklah, ya, aku tersesat. Kalau boleh tau di mana aku?" tanya Dante.
Perempuan itu menunjuk papan jalan. "Sepertinya kau berasal dari kota besar, kau bisa keluar dan jalan melalui pasar dan setelah itu, kau bisa kembali. Mudah, bukan? Nah, semoga berhasil!"
Perempuan itu melengos pergi dan membiarkan rambut panjang hitamnya bergerak-gerak ke sana kemari dinikmati Dante. Dante benar-benar tak berkedip dibuatnya, dia seperti tersihir oleh kecantikan wanita muda itu.
Seseorang menepuk lengan Dante dan mengejutkannya. "Apa-apaan kau!"
"Angel. Itu nama wanita cantik tadi," kata pria berbadan gempal yang menepuk lengan Dante tadi.
Dante melihat ke arah pria itu, lalu netranya mencari si gadis cantik yang bernama Angel itu. Wajah Dante terlihat kecewa saat Angel tidak terlihat lagi.
"Di mana rumahnya?" tanya Dante.
Pria gempal itu menyeringai. "Dia tinggal bersama Madam Sienna, Tuan. Kau harus mengantri untuk bertemu dengannya. Bayarannya pun mahal,"
Dante mengerutkan keningnya. "Bayaran? Kenapa harus bayar untuk bertemu dengannya?"
"Kau benar-benar tersesat rupanya. Angel itu seorang perempuan bayaran, Tuan," kata si pria gempal itu terkekeh dan dia melanjutkan perjalanannya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Tata_Sweet (❁´◡`❁)
tinggalin jejak dulu kk
2023-06-15
0
Spyro
Kenapa gak pisah aja? Apa ada alasan lain? Penasaran.....
2023-06-07
0
Spyro
Oh gitu. Dsar women.Idup udah enak malah slengki.
2023-06-07
1