Sebuah Pagutan

Saat itu juga, Dante menghubungi Madam Sienna dan karena tampaknya Madam Sienna sudah mulai kewalahan menerima pembayaran dari presiden direktur yang super kaya itu, akhirnya dia mengizinkan Dante untuk membeli waktu Angel selama sisa hari itu.

"La-, lalu, apa yang akan kau lakukan dengan waktuku?" tanya Angel takut-takut. Jelas saja dia takut, Madam Sienna yang tak pernah tunduk kepada siapapun, kini tunduk kepada Dante Morgan. Uang Dante, lebih tepatnya. Mengerikan sekali! Begitu pikir Angel.

"Duduklah! Temani aku bekerja. Siapa namamu?" tanya Dante sambul membuka laptopnya dan mulai memasukan data dari ponsel ke dalam laptopnya. "Hai Sirion, hubungkan aku dengan Theo!"

Tiba-tiba saja dari ruangan itu bergema suara seorang wanita yang berkarakter dan memiliki kharisma tersendiri di telinga Angel. "Baik, Tuan Morgan. Bagaimana kabar Anda hari ini? Theo sudah terhubung,"

Tak lama, suara seorang pria terdengar dan Dante memintanya untuk mengambil alih seluruh tugasnya hari itu. "Theo, satu lagi! Jangan ganggu aku seharian ini! Aku ingin istirahat!"

"Baik, Tuan," jawab Theo patuh.

Setelah selesai berbicara dengan pria bernama Theo, Dante mengakhiri panggilannya dan dia kembali sibuk dengan sesuatu yang ada di laptopnya.

Angel mulai menjalankan tugasnya. Dia membelai tulang selangka Dante dan mengecup ceruk leher pria itu. Namun dengan sigap, Dante menarik tangan Angel dan memintanya untuk duduk di kursi yang ada di depannya.

Kedua netra mereka saling bertumpu dalam keheningan. Angel memberanikan diri untuk kembali menyentuh Dante, tetapi lagi-lagi Dante menepis sentuhan dari gadis berambut cokelat tersebut.

"Aku tidak suka kau menyentuhku," ucap Dante.

"Lalu?" tanya Angel takut.

Dante mengangkat tubuh mungil Angel ke atas meja setelah dia menyingkirkan laptopnya. "Biar aku yang menyentuhmu. Katakan sekali lagi kepadaku, apa laranganmu?"

"Tidak ada percakapan dan tidak ada ciuman," jawab Angel.

Dante tersenyum puas, padahal Angel belum sekali pun memulainya. "Baiklah,"

Dante pun memulai permainannya. Ternyata sulit sekali untuk tidak memulai dengan sebuah pagutan. Beberapa kali, Dante kelepasan melarikan bibirnya ke benda kenyal kemerahan milik Angel yang seolah-olah memanggilnya, minta disentuh. Namun berkali-kali juga, Angel mengalihkan wajahnya dari serbuan bibir Dante.

Sudah dua tahun, Dante tidak menyentuh seorang wanita, termasuk Evelyn, istrinya. Begitu Angel berada di depannya, dia bingung harus memulai darimana. Sekujur ceruk leher Angel kini membekas tanda merah hasil karya Dante. Pria malang itu tampak tidak tau lagi, apa yang harus dia lakukan pada seonggok tubuh indah yang berbaring di atas meja.

"Aku tidak bisa!" kata Dante akhirnya.

Angel beranjak dari posisi berbaringnya. "Apa yang terjadi padamu? Kuakui, itu permainan paling membosankan yang pernah aku rasakan,"

Dante mengangkat bahunya dan membenamkan wajah pada telapak tangannya. "Aku tidak tau apa yang terjadi denganku, tapi, ...."

Ucapannya terhenti, saat Angel duduk di atas pangkuannya dan perlahan membuka kancing kemejanya. "Bisakah kau hanya melihatku saja? Pikirkan saja tentang aku. Kau boleh melihat wajahku, tubuhku, setelah itu nikmati setiap sentuhan yang akan kuberikan,"

Seperti seorang anak kecil yang baru saja dibujuk rayu, Dante mematuhi segala ucapan Angel. Dia kini memusatkan perhatiannya pada gadis cantik dengan gaun lusuh tersebut. Namun walaupun lusuh, Angel sanggup mengalihkan perhatian pria manapun yang memandangnya. Tubuhnya tercetak dengan sangat indah di gaun itu, belum lagi bongkahan padat menggemaskan yang menyembul dari balik gaun lusuh itu, yang mengundang tangan-tangan nakal untuk menyentuhnya.

Dante pun mulai dikenyangkan dengan pemandangan itu, manakala Angel melucuti gaun lusuhnya selapis demi selapis hingga hanya menyisakan pakaian dalam tipis yang menggoda iman kaum Adam.

"Kita lihat, apakah aku sudah berhasil mengalihkan duniamu, Tuan Morgan?" bisik Angel dan dia kembali duduk di pangkuan Dante.

Mendengar namanya dipanggil dengan sebegitu lembutnya, membuat Dante menggigit bibir bawahnya. Ya, cara gadis itu berhasil!

Sesuatu di balik celana Dante seolah-olah menggeliat saat Angel mulai menjilati dada bidang Dante seperti es krim. Dante mencengkeram arm rest kursi makan kencang-kencang. Angel mengulum senyumnya dan dia semakin melarikan ciumannya ke bawah, hingga dia menemukan apa yang menjadi pusat permainannya siang itu.

Perlahan, Angel membuka kancing celana Dante dan dia kecewa. Gadis itu memberengutkan bibirnya sambil berkacak pinggang. "Kau belum fokus sepenuhnya padaku, Tuan Morgan,"

"Sudah! Adik kecilku itu sudah bereaksi," protes Dante.

"Apa hanya sebesar ini?" tanya Angel sambil mengacungkan jari kelingkingnya pada Dante.

"Sialan! Tentu saja tidak!" kata Dante dengan wajah memerah.

Suara tawa Angel pecah begitu saja saat melihat perubahan ekspresi di wajah Dante. "Hahaha, baiklah. Pertahankan itu, aku akan membuat sisa harimu tak dapat tergantikan,"

Begitu tangan Angel menyentuh senjata tumpul milik Dante, suara dessahan mulai bergema di seluruh ruangan makan itu. Tak hanya tangan, Angel pun mengulum junior Dante seakan menikmati sebuah popsicle yang menyegarkan.

Dante semakin mencengkeram pinggiran kursi makan erat-erat. Setelah puas bermain, Angel kembali duduk dipangkuan Dante dan dia mulai bergerak menghujamkan batang kejantanan pria kaya raya itu dan mengukung pria itu di bawah kuasanya.

Setiap pergerakan yang dipompakan oleh Angel, sanggup menggelorakan gelombang gairah yang semakin besar untuk Dante. Sehingga pada akhirnya, Dante mulai memanas dan mencapai puncaknya bersamaan dengan gadis cantik itu.

Setelah puas bermain, Dante mengajak Angel untuk berpergian menjelajah kota. Pria itu membelikan satu lusin gaun mewah untuk Angel. "Ganti pakaianmu dengan yang bagus! Itu buang saja!"

Tak lama, mereka keluar dari toko pakaian tersebut dengan menenteng beberapa tas belanjaan. Dante juga mengajak Angel untuk perawatan wajah. Menurut Dante, wajah Angel cantik tetapi kumal dan dekil.

Tanpa terasa, petang meninggalkan mereka dan waktu yang sudah dibeli oleh Dante hampir habis. Dante pun mulai sering melirik ke arah jam tangannya. "Aku akan memulangkanku setelah kau makan bersamaku,"

Mereka masuk ke dalam sebuah restoran mewah dan Dante memilihkan menu untuk Angel. "Katakan kepadaku, siapa namamu?"

Angel tersenyum dan menyesap minumannya. "Aku tidak akan membuka ranah pribadiku. Maafkan aku, Tuan Morgan,"

"Hanya sebatas nama?" tanya Dante membalas senyuman Angel.

Gadis itu pun mengangguk. Wajahnya yang cantik kini semakin bersinar di bawah lampu temaram restoran. Gaun merahnya membuat Angel semakin bercahaya. "Tanyakan aku yang lain. Tapi tidak tentang aku,"

"Saat ini, aku hanya tertarik pada namamu," kata Dante mulai memotong-motong daging steaknya.

"Apalah arti sebuah nama, Tuan. Tidak pernah ada yang tertarik pada namaku. Mereka hanya tertarik pada wajah dan tubuhku," jawab Angel suaranya terdengar muram.

Dante menatap gadis itu. Perbedaan usia di antara mereka mungkin terpaut cukup jauh. Angel seperti seorang anak gadis dan dia ayahnya, kira-kira seperti itulah. Namun ada sesuatu yang menarik perhatian Dante dan membuat pria itu ingin bersamanya.

Begitu pula dengan Angel, sikap Dante yang lembut dan manis, serta memanjakan dirinya, membuat Angel tak ingin kembali malam itu.

"Angel, bolehkah aku mengembalikanmu besok pagi? Aku akan membayar uang ekstra kepada Madam Sienna," kata Dante dan dia bersiap mengambil ponsel yang dia letakkan di atas meja makan.

Baru saja dia hendak menghubungi Madam Sienna, seorang wanita bertubuh sintal mendatangi mereka. "Dad? Apa yang kau lakukan di sini?"

Sontak saja, Angel berdiri dan membungkukkan badannya ke arah wanita itu. Dante segera mengambil posisi di samping Angel dan merangkul pinggang gadis itu. "Hai, Ev. Kenalkan, ini kekasih baruku. Aku mengajukan perceraian kita pagi ini dan akan segera di proses,"

Evelyn menggelengkan kepalanya. "No! No! No, Dad! Kau tidak bisa melakukan ini kepadaku! Aku tidak mau bercerai darimu,"

"Ya, aku bisa," kata Dante singkat.

Tatapan mata Evelyn beralih kepada Angel dan Dante bergantian. "Dia tidak mungkin kekasihmu, Dad! Tidak mungkin!"

Tanpa aba-aba, tanpa persiapan, Dante mengambil alih bibir merah Angel dan memagutnya dengan panas. Kemudian, dia tersenyum menatap Evelyn. "Dia kekasihku, Ev,"

Evelyn menampar wajah Angel. "Kau! Wanita Brengsek yang hanya bisa menghancurkan rumah tangga orang lain! Wanita Jallang!" Setelah berkata demikian, Evelyn pergi sambil menangis tersedu-sedu.

"Kau baik-baik saja? Maafkan aku, dia istr-, ... Angel?" Dante melihat gadis yang tampak shock tersebut.

"Kau mematahkan perjanjiannya, Tuan Morgan! Permisi!" Angel pun pergi meninggalkan Dante yang terus memanggil-manggil namanya.

"Angel! Angel! Jangan pergi!" tukas Dante.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Nenieedesu

Nenieedesu

sudah aq like dan favoritkan kak

2023-06-22

0

Spyro

Spyro

Pria dewasa lebi mnggoda drpda brondong 😎

2023-06-07

2

~Ķímhwä~

~Ķímhwä~

Nah kan.... Kejar Dad, kejarrr

2023-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!