Membeli Waktu

Karena penasaran dan seolah terhipnotis, Dante pergi ke sebuah rumah yang ditunjukkan oleh pria bertubuh gempal tadi. Setibanya dia di rumah itu, beberapa wanita dengan pakaian terbuka menyambut kedatangannya dan menuntunnya untuk masuk ke dalam.

Seorang wanita yang tak kalah cantik mendatanginya dan memperhatikan Dante dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Tamu dari Kota Besar rupanya, huh? Sedang berlibur? Pusing? Mual? Lemas? Tidak bisa berkibar? Atau sekedar mencari hiburan?"

Pertanyaan aneh yang ditanyakan oleh wanita cantik itu, membuat Dante tertegun. Pria itu tidak tahu apa maksud pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan wanita itu kepadanya.

Seperti memiliki kontak batin, wanita itu dapat menebak kalau Dante tidak paham dengan pertanyaan yang diberikan olehnya. "Apa tujuanmu datang ke sini?"

"Oh, aku mencari Angel," jawab Dante tanpa basa basi.

Wanita itu tersenyum dengan wajah puas. "Ah, bodoh sekali aku! Seharusnya aku bisa menebak apa yang dicari oleh para tuan muda dari Kota Besar. Selalu Angel,"

"Oh, kami tidak sengaja bertemu dan aku hanya ingin mengobrol bersamanya. Seorang pria yang ketemui di dekat pasar tadi mengatakan kalau aku ingin bertemu Angel, maka aku harus datang ke rumah ini," kata Dante. Entah apa yang terjadi padanya hingga dia begitu ingin bertemu dengan seorang gadis bernama Angel itu.

"Hohoho! Alasan yang cukup bagus. Kau dapat di pukul delapan malam ini. Apa kau bersedia membayar dengan harga ini?" tanya wanita cantik dengan riasan tebal itu.

Dante segera merogoh kantungnya dan mengeluarkan dompet kulit ularnya, lalu dia memberikan sejumlah uang kepada wanita itu.

"Oke, pukul delapan malam! Jangan telat!" tukas si wanita itu lagi sambil mengecup pipi Dante dan lipstik merahnya tertinggal di pipi pria parlente itu.

Setelah keluar dari rumah penyamun itu, Dante bingung apa yang harus dia lakukan lagi hingga pukul delapan nanti. Bukankah biasanya para wanita ini baru akan 'bekerja' di malam hari? Tak mau memikirkan hal itu, Dante pun mencari sebuah kedai minuman yang ada di desa itu.

Tak lama, dia sudah menemukannya. "Vodka," kata Dante pada pramubar tersebut. Setelah mendapatkan satu botol vodka beserta gelas slokinya, Dante mencari tempat di pojokan, dia tidak ingin berbaur. Karena bukan itu yang dia inginkan. Bahkan setelah dia sadar, dia menyesali kenapa dia membayar mahal untuk seorang wanita yang katanya Angel itu. "Bodoh sekali!"

Setelah menenggak gelasnya, Dante memutuskan untuk kembali ke kota. Persetan dengan uang yang sudah dia gelontorkan kepada wanita yang berada di rumah penyamun itu.

Namun baru saja Dante hendak keluar, lagi-lagi dia bertabrakan dengan sosok gadis yang sudah membuatnya penasaran. "Maaf,"

"Oh, maafkan aku. Seharusnya aku yang meminta maaf. Aku tidak melihat jalanku karena aku sedang lelah," kata gadis itu.

Dante melihat warna kemerahan di sudut mata gadis itu, belum lagi pergelangan tangan mungilnya, seperti ada bekas guratan tali yang mengekangnya. Secara reflek, Dante mengangkat tangan itu. "Kenapa tanganmu?"

Gadis itu segera menarik tangannya dan menyembunyikan tangan itu ke belakang gaunnya. "Bukan urusanmu. Silahkan lanjutkan aktivitas Anda,"

"Aku sudah membayarmu untuk pukul delapan nanti dan aku tidak suka kalau kau terluka seperti ini! Ikut aku! Kita ke dokter!" kata Dante yang lagi-lagi menangkap pergelangan tangan gadis cantik itu.

"Apa urusanmu! Kau hanya membayarku sekali, tapi bukan berarti kau bertanggung jawab atas hidupku! Lepaskan tanganku karena aku masih harus bekerja!" tukas gadis itu lagi.

Namun tenaga Dante lebih kuat, dia menyeret gadis mungil itu kembali ke rumah penyamun dan menyerahkan kepada wanita penjaga rumah itu seikat uang. "Aku akan bawa dia sampai malam!"

"Hei, Tuan! Madam Sienna tidak akan mengizinkan kau membawa Angel sebelum jamnya," kata wanita penjaga yang bernama Madam Sienna itu.

"Aku membayarmu lebih! Ini dua kali lipat! Lagi pula, aku tidak mau melihat wajahnya yang seperti itu! Apa kau punya asuransi untuk semua pekerjamu? Apa kau akan bertanggung jawab jika wajahnya menjadi jelek atau berubah? Tidak, 'kan? Sebelum kau kulaporkan ke pihak berwajib atas eksploitasi berlebihan terhadap tenaga kerjamu, terima saja uang itu, dan biarkan aku membawa pekerjamu! Paham?" ancam Dante dengan wajah serius. Dia membawa Angel dalam genggaman tangannya dan memaksa gadis itu untuk masuk ke dalam mobilnya.

Di sepanjang perjalanan, Dante lagi-lagi merutuki kebodohannya. Berkali-kali, dia memukul kemudi mobil sambil memijat pelipisnya. "Aarrgghhh! Apa lagi yang kau lakukan kali ini, Dante Bodoh!"

Sementara itu, Angel tidak berani menatap Dante. Pekerjaannya sebagai seorang wanita bayaran yang setiap harinya bertemu dengan ribuan sikap laki-laki, mengajarkan Angel untuk diam tepat pada waktunya.

Setibanya mereka di rumah sakit yang berada di kota, Dante membawa Angel ke tempat kenalannnya. "Tolong obati luka-lukanya!"

"Hohoho, siapa ini, Dante?" kata temannya itu sambil menyiapkan sekotak peralatan untuk luka luar dan dengan lembut, pria itu mulai membersihkan luka di wajah serta pergelangan tangan Angel. "Apa yang terjadi padamu, Gadis Cantik?"

"Untuk kali ini, jangan banyak tanya! Kerjakan saja, Frank!" pinta Dante memohon.

Frank mengangkat kedua tangannya. "Oke, kuharap istrimu tau kalau kau membawa seorang gadis bersamamu,"

"Persetan dengan wanita sialan itu! Aku akan bercerai, cepat atau lambat, Frank!" kata Dante, tiba-tiba saja suaranya berubah menjadi kering dan dingin.

Angel melirik Dante dari sudut matanya. Sudah bukan kejutan kalau pria yang tidur bersamanya memiliki seorang istri. Setelah selesai, Dante mengajak Angel makan di rumahnya. Dia tidak peduli istrinya ada atau tidak, justru dia akan bersyukur kalau istrinya melihat dia datang bersama seorang gadis muda yang cantik seperti Angel ini.

"Ini rumahmu?" tanya Angel.

Dante mengangguk. "Kita akan makan, setelah itu aku akan menuntut hakku karena aku telah membayarmu mahal, Gadis Muda!"

Angel menelan salivanya kasar. Gadis itu tampak takut dengan Dante. Wajah pria itu galak dan bicaranya tegas, berbeda dengan pria-pria di desa yang dia temui atau pria lain yang sama-sama dari kota juga.

Namun, Angel memberanikan diri untuk menyebutkan peraturan dan prinsip yang dia terapkan selama dia bekerja. "Baik kalau begitu, aku akan membacakan peraturanku. Kau boleh melakukan apa saja kepadaku, tapi kita tidak bicara dan kita tidak berciuman,"

"Ciuman?" tanya Dante.

Angel kembali mengangguk. "Ya. Ciuman itu akan melibatkan perasaan. Kau tidak mau berhubungan denganku selama lebih dari satu malam, bukan? Jadi, tidak ada ciuman,"

"Bagaimana dengan bicara?" tanya Dante lagi.

"Sama saja. Dengan kau berbicara selagi aku melayanimu, apa bedanya dengan suami istri! Kita tidak memiliki hubungan apa pun dan kau tidak berharap untuk memiliki hubungan denganku, 'kan? Jadi, dua peraturan itu tidak bisa kau langgar!" tegas Angel lagi.

Dante mencoba memahami dunia barunya itu, tidak ada niat dihatinya untuk memakai Angel atau siapa pun namanya itu. Dia hanya butuh teman bicara, tidak lebih. "Aku akan membeli waktu bicaramu kalau begitu! Aku tidak butuh tubuhmu! Berikan padaku nomor Madam Sienna-mu itu!"

"Heh? Apa? Bagaimana?" tanya Angel terkejut.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Spyro

Spyro

Sini deh ama aku aja. Aku jabanin ngoceh ampe pagi. Mau 7hr ngoceh pun sanggup 🤣

2023-06-07

1

Spyro

Spyro

Tidak bisa berkibar 😂😂 oh bahasa baru nih.. oke noted!! 😅

2023-06-07

1

Bianca

Bianca

tidak bisa berkibar hahaha
otak ku Traveloka kemana-mana

2023-06-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!