Mistake
Katanya, sebelum kita terlahir ke dunia, roh kita sudah ditunjukkan, kehidupan seperti apa yang akan kita jalani nantinya. Jika roh kita menyetujui, maka kita akan terlahir. Namun jika tidak, kita tidak akan terlahir.
Benarkah begitu?
Jika itu benar, berarti roh ku benar-benar bodoh. Sudah tahu kehidupan yang akan di jalani nya berantakan. Mengapa memaksa untuk terlahir?
Terkadang hal itu sering ku renungkan. Seperti saat ini.
Aku berjalan menyisiri pantai. Ya, pantai selalu menjadi tempat terfavorit saat hatiku terasa gundah.
Hembusan angin serta teriknya matahari membuatku menyipitkan mata. Berulang kali aku menyiah rambut pendekku yang berantakan karena ulah angin.
Suara deburan ombak seolah menyatu dengan apa yang sedang ku pikirkan, cocok menjadi background musik nya.
Aku menghentikan langkahku, tepat di bawah pohon cemara laut yang cukup rindang. Aku duduk di bawahnya sambil menatap ombak yang datang dan pergi.
Saat ombak pergi, pasir kembali mengering seolah tidak pernah dijajah oleh air. Sepertinya aku harus berguru pada pasir pantai..
Perlahan aku mulai memejamkan mata, merasakan setiap hembusan angin yang menerpa wajahku. Dan tanpa ku sadari, aku mulai menerawang masa lalu.
Flashback, 4 tahun yang lalu.
"Yah, Luna minta uang untuk biaya pendaftaran kuliah Luna," ujar ku setelah kembali dari sekolah.
Suroyo, Ayahku yang saat itu sedang membaca koran hanya melirikku sekilas, tanpa menjawab. Aku masih berdiri di sana menanti jawabannya.
Mungkin Ayah merasa terganggu dengan hal itu. Beliau mengibaskan korannya setelah membalik halamannya.
"Kamu ini menambah beban saja! hutang ibu kamu yang di warung saja belum lunas.." ucap Ayah ketus.
"Istri Ayah bukan berarti itu ibu aku.." aku asal menjawab. Tapi memang benar, karena dia bukan ibu kandung ku.
plak!
Ayah melempar korannya ke atas meja. Kemudian menatap ku tajam. Mungkin saat itu Ayah berpikir kalau aku akan merasa takut. Tapi tidak, aku melawan tatapannya. Hingga beliau sendiri yang memutus kontak mata denganku.
"Haiss~" Ayah memalingkan wajahnya menghindari tatapan ku.
Aku menyembunyikan senyum tipis ku karena merasa sudah menang darinya. Namun ternyata tidak, aku kalah. Aku terlalu sombong dengan hal sepele itu.
"Ayah sudah menyiapkan calon suami untuk mu. Kamu menikah dengannya dan minta semua yang kamu inginkan darinya."
deg!
Senyum ku mulai memudar.
Apakah benar yang ada dihadapan ku saat ini adalah Ayah kandung ku? Apakah beliau berniat untuk menjual ku demi melepas tanggung jawabnya?
Alasanku tetap bertahan di rumah yang terasa seperti neraka ini adalah, karena aku tidak ingin melepaskan Ayahku dari tanggung jawabnya atas diriku.
Beliau seorang pejudi, pemabuk. Ayahku bukan orang yang baik. Ibu telah meninggal saat usiaku 8 tahun. Belum seratus hari kepergian Ibu, Ayah menikah lagi dengan seorang janda beranak dua.
Jika Ayah bisa menghidupi seorang janda beranak dua, maka Ayah juga harus bisa menghidupi anak kandungnya sendiri. Bukankah begitu? Karena aku berpikir seperti itu.
"Dia bos tambang batu bara, orang kaya raya. Hidupmu akan makmur jika menikah dengannya.." lanjut Ayah selama aku terhenyak dengan pikiran ku sendiri.
"Tidak!"
"Luna masih 19 tahun! masa depan Luna masih panjang. Meskipun Luna menyayangi Ibu, tapi Luna tidak mau bernasib sama seperti Ibu. Menikahi pria yang salah!" aku mulai berteriak tak sopan kepada Ayah.
Pantas jika hal itu membuat Ayah sangat geram. Ayah meraih koran yang di letakkan nya di meja jadi. Lalu melemparnya ke wajahku.
"Kalau begitu hidupi dirimu sendiri! pergi cari uang kuliah mu sendiri dan pergi dari sini!" bentak Ayah yang membuatku semakin yakin, kalau pernikahan itu hanya untuk keuntungannya sendiri.
"Baiklah, hari ini juga aku pergi!"
Aku langsung berbalik pergi. Saat itu aku benar-benar sudah bertekad untuk pergi dari rumah. Namun ucapan terakhir Ayah membuat ku menghentikan langkahku. Tubuhku gemetar tak karuan, air mata yang ku tahan sedari tadi pun mulai tumpah tak tertahankan.
"Pernikahan mu sudah didaftarkan, dia sudah menyiapkan segalanya. Minggu depan kamu sudah harus bersiap."
Aku berlari ke kamar dan menangis sejadi-jadinya. Ayah sudah sangat keterlaluan. Aku tidak ingin menikah, terlebih dengan orang yang tidak ku kenal, bahkan tidak ku cintai.
Namun apalah daya ku. Aku terjebak dalam neraka ini. Selama seminggu sebelum pernikahan itu di laksanakan, Ayah mengurungku. Tidak ada celah bagiku untuk kabur.
Hingga hari itu tiba.
Aku hanya diam seperti boneka barbie, membiarkan mereka memainkan tubuh ku sesukanya. Mendandani dan memakaikan ku gaun. Aku seperti raga tanpa nyawa, diam tak berdaya.
Gaun mewah dan gedung megah ini cukup membuktikan kekayaan pria yang sama sekali tidak ku tahu bagaimana rupanya.
"Pengantin wanita nya sudah siap.." ujar wanita yang mendandani ku.
Beberapa saat kemudian, Ayah masuk ke ruangan ini. Ayah menghampiriku layaknya seorang Ayah yang bertanggung jawab. Omong kosong!
"Putri Ayah sangat cantik.."
Aku tidak menoleh, hanya menatapnya tajam lewat kaca besar di hadapanku. Mata kami bertemu dalam pantulan kaca itu.
"Ayo kita mulai pertunjukannya.." ucapan Ayah membuatku sangat geram. Aku mencengkeram erat gaunku.
"Oh.. putri Ayah yang cantik. Jangan membuat gaun mu kusut. Gaun itu seharga rumah Ayah," ucap Ayah sambil menepuk punggung ku.
"Pak Suryo, sudah waktunya.." ujar seorang wanita yang baru saja masuk itu.
Ayah menarik lenganku untuk berdiri di belakang pintu besar itu. Aku penasaran, apa yang akan terjadi selanjutnya setelah pintu itu di buka.
Ternyata cukup mengejutkan..
Para tamu undangan, orang-orang asing itu, mereka bertepuk tangan setelah pintu ini terbuka. Aku tidak mengenal mereka. Satupun tidak.
"Kirana.." lirih ku.
Hanya satu wajah yang ku kenal. Kirana, sahabat ku. Dia menatapku penuh prihatin. Senyum terpaksa terlihat sangat jelas di wajahnya. Aku mengalihkan pandanganku tak kuasa melihatnya. Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya saat ini.
Ku lirik Ayah yang menggamit tanganku dengan lembut. Ekspresi bahagia bercampur kesedihan yang dibuat-buat itu membuatku sangat muak.
"Ayah tidak cocok berlaku seperti seorang Ayah yang sangat menyayangi putrinya," lirihku dengan ketus.
"Kamu tau berapa upah untuk mengantarmu ke altar pernikahan ini? 1 miliyar.. Surya sudah berjanji pada Ayah, akan memberikan banyak uang!" bisik Ayah.
Refleks aku menarik tanganku dari gamitan Ayah. Namun dengan sergap Ayah menarik kembali tangan ku dan menggamitnya lebih kuat lagi.
"Jangan membuat onar! atau kamu ingin makam Ibu mu hancur?" ancam Ayah.
Sebisa mungkin aku menahan air mataku.
Aku adalah pusat perhatiannya. Semua mata tertuju padaku. Bisa saja aku berbuat nekad. Hanya dengan berpura-pura mengamuk, orang-orang pasti akan ketakutan dan pastinya pernikahan ini akan hancur.
Tapi rasa takut akan ancaman Ayah tidak dapat ku hindari. Banyak hal gila yang telah dilakukan Ayah, termasuk pernikahan ini. Tidak kecil kemungkinan Ayah juga akan melakukan apa yang baru saja diucapkan nya.
Pria di depan sana. Ayah bilang namanya Surya. 37 tahun, dimana artinya pria itu 18 tahun lebih tua dariku.
Memang ku akui kalau Surya adalah pria yang tampan dan gagah. Wajahnya tak termakan oleh usia. Dia terlihat lebih muda dari usianya.
"Saya serahkan putri saya pada anda.." ucap Ayah seraya memindahkan tanganku pada genggaman Surya. Surya menyambut tangan ku dengan lembut dan hangat.
"Cantik.." bisik Surya itu membuatku bergidik ngeri. Merinding.
Dan...
Selesai. Sumpah pernikahan telah kami ucapkan. Aku tidak mau mengakuinya, tapi aku juga tidak bisa memungkirinya. Bahwa kami telah sah menjadi suami istri.
Aku memejamkan mata, membuat air mata yang telah ku pertahankan tumpah. Namun sesuatu yang terasa hangat menyentuh pipiku, mengusap air mataku.
"Jangan menangis.."
Surya mendekat kan wajah nya. Jika saat itu aku tidak memalingkan wajah, mungkin bibir itu akan menyentuh bibir ku.
Aku yakin itu pasti sangat memalukan, apalagi di hadapan banyak orang. Dapat ku lihat beberapa tamu undangan sedang berbisik sambil menyaksikan kami.
Namun di luar dugaan pria itu malah tersenyum. Dan sayangnya kali ini aku kecolongan. Dia mengecup kening ku. "Kamu sah menjadi milik ku.." bisik nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Ciee
bullshit🤨
2023-06-08
2
putri cempon
Iya, aku juga pernah denger...
2023-06-07
2