Gulungan selimut melilit tubuh ku. Dan sesuatu yang memalukan ada di balik selimut ini. Lingerie. Ya, baju kurang bahan yang mengerikan itu, aku memakainya.
"Dia pasti sengaja.." gerutu ku sambil berguling-guling.
Beberapa saat yang lalu, karena merasa sangat gugup, aku masuk begitu saja ke kamar mandi setelah sampai di kamar pengantin ini.
Gaun yang ku kenakan ku lempar begitu saja ke sudut kamar mandi. Tanpa berpikir bahwa itu akan berguna nanti.
Aku memaki diriku sendiri. Gaun yang ku lempar hampir sebagiannya telah basah. Bodohnya lagi aku lupa kalau tidak membawa sehelai pakaian pun karena terburu.
Terpaksa aku meminta tolong pada Surya. Namun siapa yang sangka pria mesum itu malah memberiku pakaian kurang bahan seperti ini.
Daripada keluar hanya dengan balutan handuk pendek, terpaksa aku memakainya.
"Argghh.. pria tua sialan itu!" aku terus mengumpat karena kesal. Tidak ada baju lain lagi. Lemarinya kosong.
Aku memejamkan mata rapat-rapat, berharap rasa kantuk akan segera menghampiriku. Tapi suara guyuran shower dari balik pintu itu tidak membiarkan ku tenang.
Jantung ku berdebar tak terkontrol. Satu yang ku takutkan, bagaimana jika tiba-tiba pintu itu terbuka dan sosok telanjang muncul dari baliknya?
"Buang pikiran kotor mu itu Luna!" aku menggelengkan kepala mengusir pikiran kotor dan mengganggu itu dari kepalaku.
klakk~
deg!
Refleks aku memejamkan mata pura-pura tidur setelah mendengar suara pintu kamar mandi terbuka.
Debaran jantungku semakin tak karuan. Semoga Surya tidak menyadarinya kalau aku pura-pura tidur. Hanya itu yang ku harapkan.
Aroma sabun tercium sangat pekat, tanda dia berdiri tak jauh dari ku. Sebisa mungkin aku berusaha untuk merilekskan mataku yang terpejam agar tidak ketahuan.
"Kenapa tidur seperti anak kelinci yang kedinginan?" bisik Surya seraya membelai rambut ku.
Geli? tentu saja. Ingin menepis juga pasti. Tapi aku harus menahannya sebentar saja.
Tangannya mulai bergerilya membelai setiap inci wajah ku. Alis, mata, hidung, pipi, dan kini berhenti di bibir. Ingin sekali ku gigit tangan yang lancang itu sampai membekas.
cup~
"Dasar pria tua mesum!!" teriakku yang langsung mendorong tubuhnya untuk menjauh. Namun tubuh kekarnya itu sama sekali tak bergerak.
Pria sialan! Apa dia ingin balas dendam karena aku memalingkan wajah di depan banyak orang tadi, saat dia ingin mencium ku? Pria tua ini tidak bisa dipercaya. Aku harus waspada, jangan sampai pria tua ini berbuat macam-macam padaku.
Ku tatap dia dengan tajam. Namun dia hanya membalas ku dengan senyuman tipis.
"Manis.." ujarnya sambil menjilat bibir bawahnya.
Kini aku dalam posisi duduk, "Mesum! pergi kamu!"
Aku sudah berancang-ancang untuk mendorongnya dengan keras hingga tubuh kekarnya itu bergeser. Namun naas, karma datang dengan begitu cepat.
Aku terjatuh dari ranjang.
"Kamu tidak apa-apa? maaf aku tidak sengaja, aku menghindar bukan bermaksud untuk melukaimu.." ujar Surya dengan khawatir.
Dia langsung bergegas turun dan menggendongku seperti seorang putri. Pria tanpa baju dan yang hanya membalut separuh tubuhnya dengan handuk itu sedang menyentuhku.
Aku terus memberontak. Namun dia tak menghiraukan, hingga aku kembali mendarat dia atas ranjang.
"Apa ada yang sakit?" tanya Surya khawatir sambil meraba kepalaku.
Aku menepis tangannya dengan kasar.
"Tidak usah pura-pura baik! aku tau kamu hanya berpura-pura! semua pria sama saja, bejat. Seperti Suroyo sialan itu!" umpat ku terang-terangan tepat di depan wajah Surya.
Dia tersenyum tipis, lalu mulai mengangkat tangannya.
Refleks aku memejamkan mataku.
Tangan yang besar itu, jika itu mendarat di wajahku rasanya pasti sangat sakit. Sama seperti tangan Ayah. Tidak, jangan pukul aku. Aku sudah bosan dengan rasa sakit itu.
Namun...
"Aku tidak akan melukaimu..kenapa kamu membuat ekspresi seperti itu?"
Dia membelai wajahku, bukan ingin memukul ku. Kerutan di keningnya sangat dalam seolah dia benar-benar peduli denganku.
Aku menepis tangannya. Aku tidak ingin dibodohi lagi. Dulu Ayah juga seperti itu, Ayah sangat lembut. Tapi kemudian hal itu tidak bertahan lama setelah Ibu meninggal. Aku tidak boleh jatuh ke jurang yang sama untuk ke dua kalinya.
"Ceritakan semuanya tentangmu, aku ingin mendengarnya," ujar Surya lembut.
Aku terdiam, seketika mataku terpaku pada sepasang bola mata yang menatap ku dengan hangat itu.
"Tidak ada yang menarik dariku," ujar ku ketus setelah memutus kontak mata dengan Surya.
Dia mendorong tubuhku pelan hingga aku terbaring. Begitupun dengannya yang mengambil tempat di samping ku. Dia berbaring miring sambil menatapku, dilengkapi dengan senyuman di wajahnya.
"Jangan tersenyum seperti itu! kamu terlihat seperti seorang ayah yang bangga terhadap putrinya. Kau tidak lupa dengan umurmu kan, Paman?" lagi-lagi ucapan pedas keluar dari mulut ku.
Dia malah tertawa kecil mendengar ucapan kasar ku itu. Dan tiba-tiba.. karena pergerakan yang terlambat ku sadari itu, aku berakhir dalam dekapannya.
"Hei! Paman gila! lepaskan aku!" aku meronta.
Surya melonggarkan dekapannya.
"Aku adalah suami sah mu. Jadi aku tidak harus meminta izin darimu untuk melakukan sesuatu bukan?"
Firasat buruk ku dapatkan setelah mendengar ucapannya. Sebelum hal buruk terjadi, aku mengambil kesempatan karena dekapannya yang sudah melonggar. Aku hendak bangkit, namun naas Surya menahan pinggang ku dengan kuat. Membuat tubuh mungil ku tidak dapat berkutik sama sekali.
"Aku tau kau takut. Aku tidak akan memaksamu, aku akan melakukannya saat kamu sudah siap. Aku akan menunggu.." ujar Surya.
"Tapi.." dia menggantung ucapan nya.
Ibu jarinya membelai lembut bibir ku, membuat tubuhku tersentak karena geli.
"Aku tidak tahan melihatnya. Izinkan aku menikmati nya. Bibir mungil ini.." lanjutnya yang membuat ku semakin berdebar tak karuan.
Mengingat umur nya yang 18 tahun lebih tua dari ku membuat ku merasa jijik. Apalagi ini pernikahan yang dipaksakan. Dan aku tidak mencintainya.
Namun saat melihat wajahnya yang tidak tampak seperti umurnya, membuat ku sedikit lega. Tapi tetap saja aku merasa geli.
"Jangan macam-macam atau aku ak~ hmmph~"
Bibirku terkunci. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Begitupun dengan tubuhku. Dia mendekap tubuhku dengan kuat.
"Hmm!" seru ku saat tiba-tiba dia membalik tubuhku.
Kini tubuhku berada di atas tubuhnya. Dari atas tubuhnya aku dapat merasakan dengan jelas debaran jantungnya.
Debaran jantung kami saling bertautan seperti suara detikan jarum jam.
Surya memperdalam ciumannya. Sebelah tangannya menahan kepala ku yang terus mencoba melepaskan diri.
Aku pasrah. Ku biarkan diriku mengikuti permainannya. Tapi aku sudah tidak kuat lagi, aku kehabisan napas.
pwahh~
Napas ku terengah-engah setelah Surya melepas ciuman nya.
"Pria tua bangka gila!" teriak ku sembari memukuli dadanya.
"Apa kau menginginkannya lagi? setiap mulut mungil ini mengeluarkan kalimat yang kurang enak di dengar, aku akan melahapnya.." ancam Surya seraya membelai bibirku.
Aku diam seribu bahasa. Aku tidak berani melawannya, aku takut dia bersungguh-sungguh dengan apa yang baru saja dia ucapkan.
Masih di atas tubuh Surya. Dia menahan pinggang ku dengan kuat. Aku memalingkan wajah karena malu. Mungkin dia menyadari hal itu, dan hal itu membuatnya terkekeh sambil mengacak-acak rambutku.
"Gadis pintar.." ucapnya yang kemudian mengecup bibir ku sekali lagi.
"Sudah malam, mari kita tidur," lanjutnya.
Sama seperti tadi, secara tiba-tiba dia membalikkan tubuh ke samping bersamaan dengan diriku yang masih ada di atasnya.
"Arghh..pria tua ini membuat ku gila!" gerutu ku merasa kesal.
"Apa kau baru saja mengutukku?" sahut Surya.
"Tidak, kau salah dengar!" jawab ku dengan cepat karena takut dia akan berbuat lebih jauh lagi.
"Hmm" gumam Surya seraya menarik tubuh ku lebih dekat lagi kedalam dekapannya.
Sedikit tidak nyaman dan asing, tapi ku akui pelukannya terasa sangat hangat. Membuat ku rindu dengan pelukan Ibu saja..
Akhir-akhir ini aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ku kira aku tidak akan bisa tidur karena berada dalam dekapan orang asing ini. Ternyata tidak. Rasa kantuk tiba-tiba menghampiri ku. Membuat ku kehilangan kewaspadaan ku. Dan terlelap..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments