Cinta Bersemi Kembali

Cinta Bersemi Kembali

Kesempatan

"Sttt a...aku dimana?" gumam seorang pria ketika baru membuka matanya sembari menatap sekelilingnya dengan bingung.

Ceklek

"Tuan sudah bangun? Sebaiknya Tuan minum dulu," ujar seorang pria lain yang baru memasuki sebuah kamar dengan nuansa gelap terlihat dari catnya yang serba hitam. Pria itu mengambilkan air untuk Tuannya lalu membantu Tuannya minum.

Pria yang duduk di atas tempat tidur itu mengernyitkan dahinya bingung menatap pria di depannya.

"Evan, saya dimana ini? Bukannya seharusnya saya ada di rumah sakit? Apa saya selamat?" tanya pria itu bingung.

Pria yang bernama Evan itu ikut mengernyitkan dahinya bingung, tapi setelahnya ia paham.

"Iya Tuan, tentu saja Tuan selamat. Tuan tadi sudah di periksa dokter katanya Tuan hanya kecapean jadi tidak ada masalah. Kita saat ini ada di apartemen Tuan," jawab Evan.

"Ha? Kecapean? Bukannya saya kecelakaan?" tanya pria bernama Arvandi Jafin Kendrick atau biasa di sapa Arvan dengan raut wajah bingungnya.

"Ha? Kecelakaan? Maksud Tuan? Tuan tadikan pingsan di ruang kantor bukannya di luar apalagi kecelakaan?" ujar Evan yang saat ini ikut bingung dengan maksud Tuannya.

Arvan terdiam mendengar ucapan dari tangan kanan sekaligus asistennya itu.

Arvan pun mulai mengasah otaknya berpikir apa yang terjadi saat ini dengan dirinya.

'Bukankah aku sudah meninggal? Lalu apa ini?' gumam Arvan dalam hatinya bingung dengan yang saat ini tengah dialaminya. Setelah lama berpikir mengenai kejadian aneh menurutnya ini, Arvan pun kembali membuka suaranya.

"Evan saat ini tahun berapa?" tanya Arvan dengan raut wajah tegangnya.

"Tahun 2023 Tuan?" jawab Evan dengan raut wajah bingungnya.

Arvan membulatkan matanya kaget dengan jawaban yang diberikan asistennya itu.

"Bulan?" tanya Arvan kembali.

"Bulan 6 Tuan," jawab Evan lagi masih dengan raut wajah bingungnya.

'Tidak mungkin kan Tuan Arvan amnesia?" batin Evan bertanya-tanya sekaligus khawatir jika Tuannya tiba-tiba amnesia.

Lagi dan lagi Arvan terkejut mendengar jawaban itu.

'Berarti saat ini dua bulan setelah pernikahan aku dengan Ayla?' batin Arvan kaget.

"Kamu bisa keluar sekarang!" usir Arvan melirik Evan sebentar lalu melihat kasur kembali, tetapi pikirannya sudah tidak berada di tempat saat ini.

"Tapi, Tuan yakin kan baik-baik saja? Tuan tidak amnesia kan?" tanya Evan dengan suara pelan serta khawatirnya.

"Hmm," jawaban singkat dari Arvan yang pikirannya sudah berkelana entah kemana.

"Baik Tuan, kalau ada yang Tuan butuhkan bisa memanggil saya. Kalau begitu saya permisi Tuan," pamit Evan. Setelah melihat anggukan kepala Arvan Evan pun keluar dari kamar yang ditempati Arvan itu.

"Apa aku mengulang waktu? Apakah Tuhan memberikan kepada pendosa ini kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahanku di masa lalu?" gumam Arvan dengan matanya berkaca-kaca baru kali ini seumur hidupnya Arvan sesedih serta terharu seperti saat ini di rasakannya.

Arvan mengingat kesalahan besar yang dilakukannya di masal lalu hingga membuatnya sangat menyesal bahkan, menghukum dirinya sendiri di masa lalu.

"Kamu sudah tanda tangani surat perceraian kita? Aku harap secepatnya kamu tanda tangani berkas itu. Kamu tenang saja saya akan memberikan kompensasi besar yang cukup untuk kamu hidup seumur hidupmu itu!" tegas seorang pria memandang wanita yang nampak sederhana di hadapannya itu dengan raut wajah datarnya.

Mata wanita itu menampakkan kesedihan yang mendalam di rasakannya karena ini sudah kesekian kalinya pria di depannya yang tepatnya adalah suaminya menanyakan hal sama sesuatu yang membuat hatinya terasa sangat sesak.

Wanita itu pun menghela nafas panjang.

"Baiklah, Ayla akan tanda tangan surat cerai itu. Tapi, Ayla tidak butuh uang dari Mas, Mas tidak perlu memberikan Ayla uang. Ayla akan menafkahi diri Ayla sendiri," jawab Ayla menatap pria di depannya dengan mata berkaca-kaca tetapi di tutupi dengan senyum indah yang masih saja terpatri di wajah cantiknya.

Senyum dengan mata berkaca-kaca itu membuat pria yang mengajukan pertanyaan siapa lagi kalau bukan Arvan tertegun melihatnya. Hal itu membuat Arvan terdiam beberapa detik.

"Baguslah kalau kamu mau. Kalau sudah tanda tangan kamu bisa serahkan berkas tersebut ke Evan," ujar Arvan pedas sembari berdiri dari duduknya.

"Mas mau kemana?" tanya Ayla dengan suara lembutnya, walaupun saat ini hatinya hancur berkeping-keping rasanya.

"Apartemen," jawab Arvan singkat dan berlalu dari tempat itu tanpa mengucapkan kata perpisahan ataupun menoleh kembali ke arah sosok perempuan yang masih menjadi istrinya saat ini.

Beberapa hari telah berlalu tidak terasa hari persidangan yang dijadwalkan untuk meresmikan perceraian kedua insan Arvan dan Ayla pun tiba. Arvan sejak tadi bahkan, sudah uring-uringan di ruang kantornya.

"Tuan kenapa?" tanya Evan dengan helaan nafas panjangnya melihat Tuannya itu uring-uringan sejak tadi. Bahkan, saat rapat tadi semua pegawai yang ada di jadikan tempat meluapkan emosinya, tadi pun tidak sengaja ada pegawai yang jatuh tepat di depannya sudah membuatnya emosi tidak jelas.

"Saya kenapa?" Bukannya menjawab Arvan malah bertanya balik dengan raut wajah datarnya seperti biasa.

Evan menggelengkan kepalanya pelan.

"Saya sedari tadi melihat Tuan uring-uringan bahkan, memarahi pegawai yang tidak salah sama sekali. Jadi, saya pikir Tuan ada masalah?"

"Ck mereka pantas dimarahi karena mereka salah!" ketus Arvan.

"Kamu-"

"Ah baik saya paham Tuan, mereka memang pantas di marahi!" sela Evan cepat sebelum itu dijadikan tempat pelampiasan amarah Tuannya itu.

Arvan menatap tajam Evan yang memotong ucapannya.

"Kalau tidak ada yang Tuan butuhkan, saya permisi dulu Tuan masih banyak yang haru saya kerjakan," pamit Evan dengan hormat.

Baru saja Evan berbalik sudah dihentikan oleh Arvan.

"Tunggu, jam berapa sidangnya?" tanya Arvan kesekian kalinya.

"Jam 4 Tuan," jawab Evan dengan helaan nafasnya.

'Kalau suka ya tinggal bilang suka kali Tuan. Tapi, ini malah ceraiin istri padahal suka ckck!' batin Evan dengan gelengan kepalanya pelan melihat tingkah Tuannya yang Evan sudah pastikan uring-uringan karena Tuannya sudah hampir resmi bercerai dengan istrinya.

"Kamu bisa pergi sekarang!" usir Arvan.

"Baik kalau begitu saya permisi Tuan."

Beberapa jam kemudian, persidangan pun akan berlangsung. Tapi, karena Arvan yang terus saja entah kenapa uring-uringan ia memilih untuk keluar sejenak mencari udara segar katanya.

Di luar Arvan melihat kafe tepat di depan bangunan tempat dirinya akan meresmikan perceraiannya itu. Karena merasa haus sedari tadi perasaannya juga resah pun akhirnya memilih untuk ke kafe itu.

Arvan pun mulai menyeberangi jalan. Akan tetapi, karena tidak fokus sebab pikirannya sudah kemana-mana sejak tadi Arvan tidak menyadari ada mobil yang melaju kencang ke arahnya.

"Astaga awas nak!!"

"Tampan awas!!"

"Mas awas!!"

Pekik semua orang yang melihat Arvan. Arvan mematung kaget mendengar pekikan itu lalu melihat kesampingnya kaget ternyata mobil itu sudah sangat dekat kearahnya ia sepertinya sudah tidak bisa lagi selamat saat ini.

BRUUKKK.

Terpopuler

Comments

Ibuk'e Denia

Ibuk'e Denia

aq mampir thor

2023-11-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!