Permohonan Maaf

"Loh?" Ayla terkejut dengan alisnya yang tertaut bingung melihat tingkah suaminya yang tumben memeluknya tidak seperti biasa hanya acuh tak acuh kepadanya. Bukan hanya Ayla, tapi para pelayan yang berada di tempat itu pun terkejut terutama kepala pelayan karena mereka semua adalah saksi tingkah Arvan yang biasanya hanya acuh tak acuh terhadap Ayla, bahkan hanya sekedar pegangan tangan saja Arvan sudah terlihat risih.

Sementara Arvan seolah acuh melihat keterkejutan istri dan pelayannya, ia hanya sibuk memeluk melepaskan rindunya.

Setelah beberapa saat memeluk erat Ayla, Arvan pun melepaskan pelukannya lalu menatap istrinya dengan tatapan tak biasa serta senyum yang sudah terpatri di wajah tampannya.

Melihat senyum Arvan itu membuat lagi dan lagi Ayla serta para pelayan terkejut bukan main. Bagaimana mereka tidak terkejut karena baru kali ini mereka melihat Arvan tersenyum seperti itu apalagi tatapannya yang tampak tak biasa menatap Ayla. Wajah Ayla pun sudah memerah karena ditatap lembut seperti itu.

Arvan terkekeh pelan melihat raut wajah istrinya yang memerah bak kepiting rebus.

"Kamu demam sayang?" tanya Arvan menggoda istrinya dengan senyum yang masih asik terlihat di bibirnya.

Blushh

Wajah Ayla tampak tambah memerah apalagi mendengar kata sayang yang pertama kalinya di ucapkan suaminya itu kepadanya.

"Ayla nggak demam kok!" jawab Ayla dengan suara pelan serta bibirnya yang sudah mengerucut cemberut.

Bukannya risih seperti biasa, kali ini entah kenapa di mata Arvan saat ini Ayla tampak menggemaskan dengan bibir yang mengerucut membuat pipinya yang lumayan tembem itu tambah tampak tembem serta semburan merah di kedua pipinya itu membuat Ayla tampak menggemaskan di matanya.

"Kalau nggak demam terus kenapa pipi kamu merah gitu hmm? Kenapa juga tuh bibir dimajukan begitu mau di cium?" goda Arvan lagi.

Rasanya saat ini Ayla ingin menjerit karena tingkah Arvan suaminya itu yang terus menggodanya membuat pipinya lagi-lagi tambah memerah bukan hanya pipi tapi telinganya ikut memerah rasanya.

Seolah tersadar dari godaan itu, Ayla kini menatap serius suaminya.

Melihat semburan merah itu mulai hilang dari wajah istrinya serta tatapan istrinya yang kini berubah menjadi serius itu pun membuat Arvan menaikkan alisnya satu dengan raut wajah bingungnya.

"Sepertinya Mas yang demam!" ujar Ayla sembari menempelkan tangannya di dahi suaminya dengan raut wajah serius tapi tampak kekhawatiran di wajahnya.

Para pelayan yang sedari tadi menonton hanya ikut mengangguk membenarkan ucapan Nyonya mereka karena mereka juga heran Tuannya tiba-tiba berubah aneh tidak seperti biasanya.

"Loh? Kok Mas?" tanya Arvan bingung.

"Tidak panas kok," gumam Ayla dengan raut wajah bingungnya.

"Memang Mas tidak panas sayang!" kata Arvan dengan gelengan kepala kecilnya saat melihat raut wajah tidak percaya istrinya itu.

"Terus kenapa Mas berubah?" tanya Ayla dengan raut wajah bingungnya.

Arvan kini mengerti kenapa raut wajah istrinya itu berubah seperti itu. Arvan pun terkekeh pelan melihat raut wajah bingung istrinya.

"Mas berubah gimana sih? Mas memang jadi Superman, Superharo, Batman? Nggak kan!" celetuk Arvan dengan kekehannya.

Ayla tambah menatap penuh selidik suaminya.

"Mas tidak di rasuki roh orang baik dan ceria kan? Mas kan biasanya datar, kenapa sekarang berbeda dari tadi Mas senyum dan terkekeh terus?" tanya Ayla dengan raut wajah bingung dan khawatirnya.

Melihat raut wajah serta mendengar perkataan aneh istrinya itu membuat Arvan tertawa keras untuk pertama kalinya. Arvan rasanya tidak bisa menahan tawanya, ia sangat merasa geli mendengar ucapan serta melihat raut wajah polos istrinya itu.

"Tuh kan, Mas pasti kerasukan ini!" ujar Ayla dengan raut wajah khawatirnya.

"Bi cepat tolong panggil siapapun itu yang bisa nyembuhin suami saya!" pinta Ayla dengan raut wajah khawatir serta matanya yang sudah berkaca-kaca.

Melihat kekhawatiran istrinya itu bukannya membuat tawa Arvan mereda tapi malah bertambah kencang. Arvan tidak habis pikir dengan pemikiran polos istrinya, dan entah kenapa sekarang dimatanya istrinya itu selalu tampak menggemaskan. Arvan juga bingung kenapa dirinya dulu tidak menyadari betapa menggemaskannya istrinya itu.

"Baik Nyonya, saya akan carikan orang pintar," balas Bibi pelayan. Pelayan itu pun ingin bergegas pergi tapi berhenti saat mendengar ucapan Tuannya.

"Tidak usah Bi, saya tidak apa-apa kok!" ujar Arvan setelah berusaha meredakan tawanya.

"Tapi ta-"

"Syutt, sudah nggak usah bahas yang tadi Mas tidak apa-apa kok serius. Kalau kamu mau tau kenapa Mas berubah, ayo ikut Mas ke kamar sekalian Mas juga mau mandi rasanya sudah gerah dari tadi," potong Arvan lalu merangkul istrinya mengajaknya untuk ke kamar milik Arvan.

Karena selama mereka menikah keduanya pisah kamar, tapi Ayla tetap melaksanakan tugasnya sebagai istri seperti menyiapkan pakaian, dan lain sebagainya.

Tapi, sebelum pergi Arvan memberikan perintah lagi. Perintah dari Arvan itu membuat semuanya terkejut kembali.

"Bereskan barang-barang istriku dan nanti malam bawa lalu tatah rapi di kamar utama!" tegas Arvan tanpa melirik ke arah kepala pelayan.

Kepala pelayan serta beberapa pelayan yang berada di sekitar itu pun mengangguk patuh walaupun mereka terkejut bukan main mendengar perintah dari Tuannya itu.

"Baik Tuan."

Sampai di kamar Ayla menatap aneh Arvan.

"Mas aneh! Kenapa tiba-tiba ingin Ayla pindah ke kamar ini? Bukannya Mas waktu awal nikah yang bilang jika kita berada di Mansion milik Mas ini maka kita akan pisah kamar kecuali jika kita berada di Mansion orang tua Mas?" tanya Ayla dengan penuh selidik serta tatapan bingungnya.

Ayla merasa sangat heran dan bingung karena suaminya itu tiba-tiba berubah aneh menurutnya. Suaminya itu melakukan sesuatu yang bukan seperti biasanya yang Ayla kenal, padahal menurutnya tadi pagi suaminya baik-baik saja seperti biasanya entah kenapa siang ini pulang dari kantor langsung aneh seperti ini.

"Maaf," ujar Arvan dengan raut wajah penuh penyesalannya menatap dalam mata Ayla yang tampak cantik dan cerah itu.

"Ha?" Ayla terbelalak kaget mendengar kata maaf yang di lontarkan suaminya sekaligus bingung maaf untuk apa.

Arvan mengambil kedua tangan Ayla lalu memegangnya erat. "Maaf kalau selama ini Mas salah sama kamu. Mas sadar kita sudah suami istri tidak seharusnya Mas egois dan berperilaku tidak terpuji seperti itu ke kamu istri Mas. Maaf ya sayang. Mas tau Mas banyak salah sama kamu, tapi Mas harap kamu masih mau memberikan Mas kesempatan untuk memperbaiki diri Mas. Mas harap kamu mau memulai semuanya dari awal," ujar Arvan dengan raut wajah penyesalannya.

Arvan sangat berharap ia mendapatkan maaf dari istrinya itu dan istrinya mau memberikan kesempatan kedua untuknya memperbaiki dirinya yang sangat jauh dari kata sempurna itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!