Kepergian

"AYLA!!" pekik Arvan dengan wajah terkejut serta tegangnya.

Arvan langsung berlari kencang ke arah sang istri yang tengah berbaring dengan penuh darah membanjiri sekujur tubuhnya.

"Ayla! Hei, jangan bercanda sayang! Jangan buat Mas khawatir, ayo bangun!" Arvan menepuk-nepuk pelan pipi Ayla yang basah dengan darah, ia sama sekali tidak peduli jika tangannya juga ikutan penuh dengan darah yang ada di pikirannya saat ini adalah melihat istrinya itu membuka mata kembali.

"Sayang, jangan hukum Mas dengan cara begini dong! Mas tidak akan sanggup sayang. Hei, kamu dengarkan perkataan Mas, Mas janji Mas akan batalkan perceraian kita asalkan kamu bangun okey. Mas janji kita akan hidup bahagia bersama, jadi ayo bangun sayang!" ujar Arvan dengan mata berkaca-kacanya serta tangannya yang terasa bergetar. Arvan saat ini sangat khawatir, panik, takut jika istrinya itu akan meninggalkannya untuk selamanya.

"Tu-Tuan sebaiknya Nyonya di bawa ke rumah sakit sekarang!" ujar Evan panik, walaupun otaknya tetap mencoba berpikir jernih karena ia merasa Nyonyanya itu saat ini harus segera di tangani Dokter.

"SIAPKAN MOBIL!" teriak Arvan sembari matanya terus terpaku melihat wajah cantik istrinya yang sudah berlumuran darah, matanya pun masih tertutup rapat.

"Mobilnya sudah siap Tuan!" jawab Evan sembari membuka pintu mobil yang memang sudah disediakannya sedari tadi.

Tanpa berkata lagi, Arvan langsung menggendong tubuh lemah berlumuran darah istrinya itu memasuki mobil.

Saat mobil berjalan pun tak henti-hentinya Arvan mencoba membangunkan istrinya. Bahkan, pikiran tentang hari ini persidangan perceraian mereka pun tidak terpikirkan lagi di otaknya. Jangankan persidangan semua hal tidak ada terpikirkan di otaknya, yang ada ia hanya ingin istrinya itu bangun menatapnya dengan mata teduhnya dan tersenyum lembut kearahnya seperti yang biasa istrinya lakukan ketika bertemu dengannya.

"Lebih cepat lagi Evan, jangan seperti siput!" pekik Arvan dengan wajah emosi serta khawatir yang tercetak jelas di wajahnya.

Evan tidak menanggapi perkataan Tuannya, ia hanya menuruti perintah Tuannya itu mempercepat laju mobil agar cepat sampai di rumah sakit terdekat.

Setelah memakan waktu beberapa menit di perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Saat sampai mereka langsung di sambut perawat serta Dokter. Arvan pun langsung saja membaringkan tubuh Ayla di ranjang yang telah disediakan, wajah Ayla tampak semakin pucat bibirnya terlihat sudah tidak pink seperti biasanya. Melihat itu membuat Arvan bertambah khawatir, panik dan takut.

Selama perjalanan menuju UGD, tak henti-hentinya Arvan mencium tangan istrinya serta sesekali mencium wajah istrinya itu, ia tidak peduli dengan darah yang ikut menempel di bibir serta wajahnya. Arvan pun membisikkan kalimat-kalimat penyemangat untuk istrinya, ia sangat berharap istrinya itu bisa membuka kembali matanya dan kembali seperti Ayla istrinya yang lemah lembut selalu menyambutnya dengan ceria. Bahkan, tidak terasa air mata sudah menetes dari balik kelopak mata Arvan, biarlah ia dikatakan lelaki cengeng ia tidak peduli lagi karena saat ini hatinya pun sangat sakit melihat istrinya dengan keadaan seperti itu.

"Maaf Tuan, anda tidak di perbolehkan masuk. Tuan menunggu saja di sini, kami pastikan melakukan yang terbaik untuk istri Tuan!" kata Suster yang membawa Ayla dengan tegas.

"Tapi, saya ingin tetap di samping istri saya!" pekik Arvan dengan emosi yang tidak terkontrol karena saat ini ia benar-benar tidak ingin sedikit pun berjauhan dari istrinya itu.

"Maaf Tuan, ini sudah peraturan di rumah sakit ini!" kata Suster itu lagi dengan tegas.

"Kamu mau saya pecat ha!! Saya akan beli rumah sakit ini dan membuat peraturan saya sendiri. Pokoknya saya mau lihat istri saya!" pekik Arvan lagi dengan wajah memerah menahan emosinya dan menatap tajam Suster di depannya.

Glek!

Suster itu menelan salivanya susah payah mendengar serta melihat tingkah laki-laki yang Suster itu sangat tau laki-laki itu pasti berkuasa. Ia jadi serba salah saat ini rasanya.

"Tuan sudah jangan berdebat seperti ini. Sebaiknya Tuan duduk menunggu Nyonya diperiksa dan terus berdoa agar Nyonya selamat. Kalau Tuan seperti ini malah akan menghambat Nyonya ditangani dan itu bisa berakibat fatal untuk nyawa Nyonya!" ujar Evan tegas berusaha menyadarkan Tuannya dengan membawa-bawa nyawa Nyonyanya karena hanya itu yang menurutnya bisa membuat Tuannya itu berhenti membuat masalah.

Evan yang baru saja sampai karena harus memarkirkan mobil terlebih dahulu tadi langsung disuguhkan pertengkaran Tuannya dengan Suster yang bertugas itu mau tidak mau ia pun harus turun tangan.

Deg!

Arvan yang mendengar perkataan Evan pun seolah tersadar dengan apa yang dilakukannya. Jantungnya rasanya berpacu kuat mendengar perkataan terakhir Evan. Tanpa berkata lagi Arvan pun langsung duduk dengan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya yang berlumuran darah itu. Dadanya terasa sangat sesak seolah dihantam oleh batu besar berkali-kali.

Evan hanya bisa menghela nafas panjang dan berdoa agar Nyonyanya selamat.

Setelah berjam-jam menunggu, akhirnya pintu ruangan tempat Ayla diperiksa itu pun terbuka menampilkan Dokter yang baru saja keluar dari ruangan.

Melihat wajah Dokter yang murung itu pun membuat pikiran negatif berkecamuk di otak Arvan.

"Dok, istri saya selamat kan? Istri saya baik-baik saja kan?" tanya Arvan menuntut jawaban dari Dokter bahwa istrinya itu baik-baik saja. Jantungnya tambah berpacu kuat, air mata pun lolos kembali dari balik kelopak matanya, tubuhnya bergetar, kakinya terasa lemas saat melihat gelengan kepala Dokter di depannya.

"TIDAK! ISTRI SAYA PASTI BAIK-BAIK SAJA KAN DOK!" pekik Arvan dengan gelengan kepala kerasnya. Ia tidak percaya dengan Dokter di depannya itu.

"Maaf Tuan, kami sudah berusaha semaksimal mungkin." Hanya itu yang dapat Dokter katakan. Dokter itu pun menatap iba Arvan yang tampak sangat terguncang dengan kepergian sang istri untuk selama-lamanya. Dokter sangat paham dengan kondisi Arvan saat ini, ia sudah banyak melihat hal ini sejak dirinya menjadi Dokter.

Arvan berlari kencang memasuki ruangan itu, ia tidak peduli lagi dengan larangan dari Suster yang masih berusaha melarangnya untuk masuk.

Saat sampai di dalam Arvan kembali menggeleng kuat melihat wajah pucat serta mata istrinya yang masih tertutup rapat, dengan pelan ia mendekati tempat istrinya berbaring dengan damai itu.

Arvan langsung mengguncang keras tubuh istrinya, air matanya sudah sangat tidak terbendung lagi.

"SAYANG JANGAN BERCANDA DENGAN MAS! KAMU BOLEH HUKUM MAS DENGAN HAL LAIN, TAPI MAS MOHON JANGAN HUKUM MAS DENGAN HUKUMAN YANG SANGAT MENYAKITKAN INI!" pekik Arvan meluapkan kesedihannya, ia masih sangat tidak terima jika istrinya itu meninggalkannya.

Arvan menelusupkan wajahnya di ceruk leher istrinya dengan tangis deras. "Sayang, Mas tau Mas banyak salah sama kamu. Mas tidak seharusnya cuek, bersikap dingin selam ini sama kamu hiks. Ma...Mas seharusnya tidak berpura-pura selingkuh agar membuat kamu mau bercerai dengan Mas! Mas hiks hiks." Arvan menjeda ucapannya sejenak, ia rasanya tidak sanggup berkata-kata lagi. "Mas tau Mas banyak salah dan yang paling fatal Mas tidak seharusnya menceraikan kamu sayang, Mas sadar Mas juga cinta sama kamu. Ayo, buka mata kamu sayang, kamu bilang kamu cinta kan sama Mas? Kamu mau kan melihat Mas tersenyum menatap kamu, Mas janji kalau kamu membuka mata Mas pasti akan selalu tersenyum setiap saat. Jadi, ayo buka mata kamu sayang hmm kamu tidak rindu sama Mas sayang!" ujar Arvan tepat di telinga Ayla dengan sangat pelan. Hatinya sangat sakit seperti dihantam beribu panah saat ini.

"Kamu seharusnya tidak menggantikan Mas sayang, seharusnya Mas yang berbaring disini. Seharusnya Mas sayang di hukum karena dosa-dosa Mas sama kamu, bukannya kamu yang sudah terlalu baik ini yang malah berbaring seperti ini!" lanjutnya dengan air mata deras, tangan bergetarnya mencoba menggapai wajah istrinya yang pucat tampak sangat damai dan teduh itu.

"I love you sayang," bisiknya lagi lalu mengecup seluruh wajah istrinya tanpa terkecuali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!