"Sepertinya Mas beneran sakit ini!" cetus Ayla dengan wajah khawatir serta paniknya.
Wajah Arvan yang tadinya menunjukkan penyesalan kita menatap cengo istrinya lalu tertawa kecil kembali. Ia merasa lucu dengan raut wajah istrinya itu.
"Astaga sayang, Mas serius loh. Kenapa kamu menggemaskan begini sih? Padahal tadi raut wajah Mas sudah sedih eh malah kamu bikin ketawa!" kekeh Arvan dengan gelengan kepalanya.
"Ma...Mas serius?" tanya Ayla pelan dengan raut penuh selidiknya.
"Iya sayangku, honey, baby, darling," ujar Arvan dengan mencubit gemas pipi istrinya.
Blushh
"Ta-tapi kenapa Mas tiba-tiba berubah gini?" tanya Ayla pelan dengan pipinya yang bersemu merah.
"Mungkin Tuhan sudah menyadarkan Mas dan memberikan Mas kesempatan untuk memperbaiki diri Mas lebih baik lagi dari sebelumnya," ujar Arvan dengan wajah serius dan senyumnya.
"Sudahlah nggak usah bahas itu lagi. Memangnya kamu nggak suka gitu Mas berubah seperti sekarang?" lanjut Arvan dengan raut wajah tegangnya entah kenapa rasanya Arvan deg degan menanti jawaban dari istrinya.
"Su...Suka," gumam Ayla dengan suara pelannya tapi, masih terdengar jelas di telinga Arvan.
"Apa sayang? Mas nggak dengar baik, kerasin dikit suaranya," ujar Arvan dengan senyum tertahannya. Ia pura-pura tidak dengar apa yang di gumamkan oleh istrinya.
"Mas! Sudahlah, tadi katanya Mas mau mandi kan? Sana Mas mandi dulu gih, Ayla akan siapin bajunya," kata Ayla mengalihkan pembicaraan karena merasa malu sebab ini pertama kalinya ia bisa berbincang santai seperti ini dengan suaminya itu semenjak dua bulan dirinya menikah.
"Mandi bareng yuk!" ajak Arvan dengan kedipan matanya.
Blushh
Lagi dan lagi perkataan Arvan sukses membuat pipi Ayla semerah tomat.
"Ish Mas jangan bercanda lagi deh, sana!" Ayla mendorong pelan suaminya ke arah kamar mandi.
Arvan hanya terkekeh kecil melihat reaksi istrinya sambil bersiul-siul bahagia menuju kamar mandi. Hati Arvan rasanya berbunga-bunga saat ini.
"Apa ini rasanya jatuh cinta?" gumam Arvan dengan kekehannya. Ia bahkan merasa geli sendiri dengan perkataannya yang di lontarkan untuk istrinya itu sedari tadi yang tidak biasanya ia ucapkan. Tapi, demi bisa mendapatkan hati istri cantiknya itu Arvan akan lakukan apapun. Ia tidak ingin mengalami penyesalan seperti dulu lagi yang membuat dirinya rasanya mati rasa.
Sama halnya dengan Arvan yang berbunga-bunga, Ayla yang di ruang ganti pun memegang dadanya yang berdegup kencang hatinya pun rasanya berbunga-bunga. Mengingat tingkah dan perkataan suaminya tadi membuat senyum terbit terus di bibirnya.
"Aneh memang Mas tiba-tiba berubah gitu, tapi nggak apalah toh aku juga lebih suka jika hubungan kita bisa lebih baik," gumam Ayla dengan pipi meronanya merasa malu sendiri mengingat kejadian tadi terutama saat suaminya mengajaknya ikut ke tempat pribadi.
"Ah, Ayla sudahlah jangan pikirin terus! Sekarang ayo semangat siapin pakaian suami kamu!" katanya dengan penuh semangat.
Ayla pun mulai menyiapkan pakaian suaminya dengan penuh rasa bahagia, padahal Arvan hanya berkata manis tapi Ayla sudah berbunga-bunga rasanya. Bagaimana yah kalau Arvan sudah tambah bucin? Mungkin pingsan kali Aylanya.
Ceklek
Arvan keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang dililitkan di pinggangnya. Tubuh atletisnya serta perut kotak-kotaknya terpampang dengan air yang bercucuran dari rambutnya yang belum kering.
Arvan pun menuju tempat untuk berganti pakaiannya. Saat masuk Arvan langsung mengedarkan pandangannya mencari sosok yang masih dirindukannya itu.
"Sayang," panggil Arvan.
Karena tidak mendapati istrinya di tempat itu, Arvan pun memakai pakaiannya dengan cepat.
Setelah terpakai rapi, Arvan turun ke lantai satu mencari sang istri yang sudah tidak tampak di kamarnya.
"Di mana Nyonya?" tanya Arvan dingin ke pelayannya.
"Nyonya di dapur Tuan," jawab pelayan itu dengan menunduk hormat karena Arvan tidak suka jika di tatap apalagi itu bawahannya.
Mendengar itu, Arvan langsung menuju ke arah dapur. Saat sampai di dapur semuanya ingin menyapa Arvan tapi, Arvan langsung mengkode agar semuanya diam dan keluar dari ruangan dapur.
Semuanya hanya mengangguk paham, lalu keluar dengan pelan dari dapur agar Nyonya mereka tidak menyadari kepergian mereka.
Melihat dapur hanya tinggal mereka berdua, Arvan pun memeluk istrinya dari belakang.
"Istriku sweet banget deh," bisik Arvan tepat di telinga Ayla.
Ayla yang merasakan bisikan itu merinding dan tegang seketika.
"Ma...Mas kenapa disini? Dan Ayla sweet dari mananya coba? Kotor gini juga," cetus Ayla dengan kekehan pelannya. Sepertinya Ayla sudah mulai beradaptasi dengan perubahan sikap Arvan.
"Kan namanya di dapur pasti kotor sayang, tapi kamu tetap harum dan cantik kok. Istriku ini sweet dong buktinya udah ada pelayan tapi kamu masih mau siapin makanan spesial dengan bumbu cinta untuk suami kamu," bisiknya lagi dengan tambah memeluk erat istrinya.
Ayla hanya geleng-geleng kepala dengan wajah merahnya mendengar ucapan suaminya itu. Ayla pun mencoba melepaskan pelukannya.
"Mas, lepas dulu. Ayla lagi masak ini, nanti tidak konsentrasi lagi."
Arvan terkekeh kecil lalu mencium pipi istrinya.
"Baiklah, istriku!"
Jangan di tanya lagi bagaimana merahnya pipi Ayla.
"Maaf mengganggu waktunya Tuan dan Nyonya," ujar kepala pelayan dengan menunduk hormat. Kepala pelayan merasa sedikit bersalah mengganggu kemesraan Tuan dan Nyonyanya itu tapi mau bagaimana lagi ada yang harus dikatakannya.
"Ada apa?" tanya Arvan datar.
"Di depan ada sekretaris Tuan, katanya dia membawakan berkas penting yang harus Tuan tanda tangani," jawab kepala pelayan.
"Berkas?" Arvan mengernyitkan dahinya heran. "Sudah mau malam, dan dia baru datang? Bukannya saya juga sudah bilang sama Evan untuk mengosongkan jadwal!" gumam Arvan dengan raut wajah jengkelnya.
Padahal Arvan masih ingin menemani istrinya itu di dapur.
"Sudahlah Mas, sana urus masalah kantor dulu. Tadi kan Mas pulangnya cepat, mungkin memang urgent," cetus Ayla.
"Hah, baiklah sayang. Mas hanya bentar kok, setelah itu Mas kesini lagi temenin kamu oke. Tapi, sekarang kamu harus dibantuin sama pelayan lain, Mas tidak mau kamu capek! Mereka juga di gaji jadi kamu tidak perlu sungkan menyuruh mereka!" ujar Arvan dengan lembut sembari mengelus rambut istrinya.
"Suruh pelayan kerja dengan baik jangan sampai istriku malah capek sedangkan mereka enak-enakan makan gaji buta!" sarkas Arvan menatap tajam kepala pelayan.
Ayla menatap heran suaminya yang berubah tegas dengan kepala pelayan.
'Namanya juga Tuan kali ya. Aura pemimpinnya kental banget, seperti novel-novel yang aku baca,' celetuk Ayla dalam hati.
"Baik Tuan," jawab kepala pelayan dengan tegas.
Arvan pun mengalihkan pandangannya kembali ke arah sang istri. Pandangannya berubah menjadi lembut kembali tidak seperti ke kepala pelayan.
"Kalau begitu aku pergi dulu ya sayang, ingat jangan capek! Mas hanya bentar kok," ujar Arvan lagi lalu mencium kening istrinya sebelum benar-benar pergi dari tempat itu.
Saat sampai di ruang tamu, Arvan sedikit terkejut melihat sekretaris yang datang ke Mansionnya itu. Tapi, setelahnya Arvan langsung menetralkan kembali raut wajahnya.
"Maaf mengganggu waktunya Tuan, tapi berkas ini butuh tanda tangan Tuan Arvan," ucap sekretaris Arvan itu dengan senyum manisnya.
"Saya sudah bilang sama Evan untuk mengosongkan semua jadwal saya hari ini. Saya juga sudah memeriksa semua jadwal dan menurut saya berkas yang penting pun bukannya masih bisa besok pagi saya tanda tangani tidak perlu sampai harus datang ke Mansion saya kan? Jadi, kamu bisa pulang sekarang, taruh saja di meja saya, besok saya akan tanda tangani. Ah dan satu lagi, saya tidak mau melihat karyawan saya datang ke area pribadi saya!" tegas Arvan dengan raut wajah datar serta tatapan tajamnya.
"Sa.... Saya tidak bermaksud seperti itu Tuan. Saya hanya ingin minta tanda tangan Tuan saja," ujar sekretaris itu dengan wajah sedihnya.
"Sudah selesai Mas?" tanya Ayla ketika baru sampai di ruang tamu menghampiri sang suami.
"Sudah kok sayang," jawab Arvan dengan mengelus rambut istrinya dengan lembut.
Ayla mengalihkan pandangannya ke arah perempuan cantik dengan pakaian formalnya yang tampak seksi.
"Ini sekretaris Mas itu ya?" tanya Ayla dengan senyumnya.
"Iya sayang, ini sekretaris baru Mas. Dia sekretaris kedua Mas sayang," jawab Arvan dengan tangannya yang masih saja asyik mengelus rambut istrinya.
'Sayang?' batin sekretaris itu menatap Ayla dengan tatapan sinisnya.
"Halo, salam kenal. Perkenalkan saya Ayla istri bos kamu. Nama kamu siapa?" tanya Ayla sembari mengulurkan tangannya.
"Salam kenal Mba Ayla. Saya Keysha, sekretaris baru Tuan Arvan," sapa balik Key dengan senyum terpaksanya serta menerima uluran tangan Ayla.
"Nyonya!" tegas Arvan dengan tatapan tajamnya.
"Maaf, maksud Tuan apa?" tanya Key pura-pura tidak tahu.
"Dia istri saya, jadi sudah seharusnya kamu panggil istri saya Nyonya. Jika sampai satu kali saja saya dengar kamu salah sebut, detik itu juga saya pastikan kamu akan angkat kaki dari Perusahaan saya!" tegas Arvan.
"Mas," tegur Ayla tapi, senyumnya tidak bisa berbohong kalau ia senang karena di akui istri oleh suaminya di depan karyawannya.
"Sudah seharusnya sayang," bisik Arvan lembut.
"Maaf Tuan. Maaf Nyonya Ayla jika panggilan saya tadi salah," cetus Key dengan senyum terpaksanya.
"Tidak apa-apa kok Keysha."
'Cih, apa dia layak di panggil Nyonya tuh lihat saja bajunya kotor banget pasti bau itu. Wajahnya juga jelek gitu nggak make up lagi mungkin nggak tau cara make up kali. Tidak ada elegan-elegannya sangat tidak cocok untuk Tuan Arvan!' batin Key menilai penampilan Ayla dan diam-diam menatap sinis Ayla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments