Kaivandra Story

Kaivandra Story

Prolog

Seorang laki-laki dengan luka di kaki juga tangannya kini tampak menatap lurus ke depan. Ketakutan yang ia rasakan kini seolah memeluk nya dengan begitu erat. Wajahnya yang tampan kini sudah dipenuhi dengan luka di bagian kening juga dagu nya. Namun menurutnya itu tidaklah seberapa di banding kan dengan kekasih nya yang kini berada di bilik sebelah nya.

Laki-laki tersebut adalah Kaivandra Ersya Naradipta, atau yang lebih sering dipanggil Kai. Laki-laki tersebut kini tengah berada di UGD setelah kecelakaan yang dialami nya beberapa menit lalu bersama dengan kekasih nya.

Saat itu ia bersama dengan kekasih nya akan pergi ke mall untuk menghabiskan waktu weekend mereka. Namun siapa sangka, ada truk yang menerobos lampu merah dan melaju ke arah mereka. Kai yang terlalu panik akhirnya membanting stir hingga ia harus membentur bahu jalan, dan kekasih nya malah terpental ke arah pembatas jalan di bagian tengah.

Sayup-sayup kini Kai mendengar pembicaraan dokter UGD bersama dengan dokter lainnya.

“Dari hasil CT ada hematoma subdural akut di sebelah kiri dan garis tengah otak nya bergeser sekitar 1 cm, pupil kiri membesar sekitar 0,4 sampai 0,5." Dokter tersebut mulai menjelaskan pada Dokter lain yang sepertinya merupakan dokter utama.

"Lalu bagaimana dengan sistem motoriknya?" tanya suara lain yang merupakan Dokter utama yang menangani Aruna.

"Motorik kanan normal sementara kiri menurun sekitar satu tingkat dengan tekanan darah di angka 160/90,” ucap Dokter lainnya yang sepertinya adalah Dokter residen. Ucapan dari dokter tersebut kini semakin membuat Kai merasa takut. Tangan nya kini mengepal. Ia begitu takut kehilangan gadisnya tersebut, namun ia juga begitu takut menghadapi keluarga dari gadisnya tersebut.

Dengan langkah nya yang kini terseok-seok akibat dari kaki nya yang masih luka. Laki-laki tersebut segera keluar dari rumah sakit tersebut. Namun sebelum itu ia membayar semua biaya rumah sakit nya juga rumah sakit kekasih nya. Ia meminta nomor ponsel dari rumah sakit tersebut untuk bertanya tentang biaya rumah sakit kekasihnya. Karena ia akan membayar semua nya, namun ia melarang mereka memberitahu tentang Kaivandra.

Pengecut. Itu lah dirinya. Bahkan Kaivandra pun mengakui hal tersebut. Ia terlalu takut dengan apa yang akan di hadapi nya hingga ia memilih untuk melarikan diri. Namun di balik semua itu ketakutan terbesar nya adalah tak bisa lagi melihat kekasih nya dan kehilangan kekasih nya.

Namun dengan kepergian nya dari rumah sakit tersebut harus ia sudah memikirkan konsekuensi dari tindakannya adalah kehilangan gadisnya.

“Apa yang gue lakuin? Gue membuat Aruna dalam bahaya, tapi gue malah pergi?” Kai bertanya pada dirinya sendiri dengan ketakutan yang begitu dalam ia rasakan.

“Maaf Aruna, aku harus melakukan ini. Karena masalah yang harus aku hadapi bukan hanya keluarga kamu karena mungkin polisi juga akan bertanya tentang kecelakaan ini,” ucap Kai lagi. Bermonolog pada dirinya sendiri.

Kini ia tengah mencari taksi. Dan tepat saat ia keluar dari rumah sakit tersebut. Kedua orang tuanya datang. Melihat hal tersebut Kai dengan segera menghampiri mereka.

“Kai, kamu baik-baik saja nak? Mama begitu kaget mendengar kamu kecelakaan,” ucap Rosa, Mama Kaivandra dengan wajah khawatirnya. Menatap anaknya itu dengan penuh tatapan khawatir. Memeriksa anaknya sekali lagi.

“Bagaimana dengan polisi?” tanya Kaivandra dengan tatapan penuh tanya nya pada sang Mama.

“Papa sudah mengurus itu. Lagi pula semua ini karena truc itu. Kamu tidak bersalah dalam kecelakaan ini, salahmu hanya mengendara di bawah umur dan kamu tidak memiliki SIM. Semua akan diselesaikan oleh Papa. Kamu tenang saja.” Rosa berusaha untuk menenangkan anaknya itu. Namun kini bukannya merasa tenang, Kai semakin merasa bersalah pada Aruna. Hingga air matanya kini tanpa sadar sudah menetes. Kedua orang tuanya yang melihat hal tersebut tentu saja terkejut dengan apa yang terjadi pada anaknya tersebut.

“Kamu kenapa? Apa ada yang sakit? Kitra kembali ke dalam dan lakukan pemeriksaan menyeluruh,” tegas Sang Papa namun mendapatkan gelengan oleh anaknya.

“Kita pergi sekarang,” pinta Arvin pada kedua orang tuanya tersebut.

Setelahnya Kai segera masuk ke dalam mobil orang tuanya. Sedangkan kedua orang tuanya dengan tatapan bingung nya kini hanya mengikuti anak mereka yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang kini Kaivandra hanya menatap ke luar jendela mobil dengan pikirannya yang kini hanya tertuju pada satu objek. Ya itu Aruna.

“Apakah Aruna baik-baik saja? Apa aku masih bisa bertemu kamu?” pertanyaan itu terus saja berputar di kepalanya tanpa bisa ia cegah. Air mata nya pun kini terus menetes. Membuat kedua orang tuanya bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Mereka sadar ada yang aneh dari anak mereka. Karena tak biasanya laki-laki tersebut akan menangis. Sangat sulit bagi mereka untuk mendapati Kaivandra menangis. Semenjak usia tiga tahun laki-laki tersebut tak pernah lagi menangis. Dan ini kali pertama mereka melihat nya setelah sekian lama.

“Aku sangat pengecut kan Aruna? Aku takut Aruna, maaf. Maaf,” hanya itu lah yang sedari tadi ia katakan. Permintaan maaf dan penyesalan yang tetap saja tak bisa ia lakukan. Ia tak bisa meminta Ayahnya untuk kembali. Ia juga tak bisa mengatakan apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Ia terlalu takut untuk melakukan itu.

“Apa yang sebenarnya terjadi Kai?” tanya Rosa dengan begitu khawatir pada anaknya tersebut yang kini membuat Kaivandra menatap Ibu nya dengan berbagai pertimbangan dalam kepalanya.

“Bisakah kita pindah sesuai rencana sebelumnya?” tanya Kaivandra pada kedua orang tuanya yang tampak terkejut mendengar ucapan anaknya itu.

Dua hari yang lalu laki-laki tersebut begitu tegas menolak saat diajak untuk pindah dengan berbagai alasan yang ia berikan pada orang tuanya yang mengajak nya untuk pindah. Namun kini Kai sendiri yang meminta untuk pindah? Membuat mereka semakin yakin ada yang tidak beres dengan anaknya itu.

“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Arvin pada anaknya. Memastikan sekali lagi. Kaivandra hanya diam tak ingin menjawab ucapan ayah nya itu.

“Baik kita pindah,” putus Arvin akhirnya.

Kaivandra kini memejamkan matanya semakin erat. Lihat lah kini seberapa pengecut nya ia. Setelah ia meninggalkan Aruna begitu saja di rumah sakit. Kina ia malah memilih untuk pergi dan melarikan diri apa yang tengah dihadapi nya.

Ia terlalu takut dan begitu merasa bersalah dengan keadaan Aruna saat ini. Hingga ia memilih untuk pergi dan melarikan diri. Tak ada kata lain lagi yang dapat mendefinisikan apa yang ia lakukan selain kata pengecut.

“Maaf Aruna. Maaf,” kata tersebut terus terulang. Tak ada yang bisa ia katakan ataupun lakukan lagi selain menggumamkan kata maaf juga menangis. Menangisi keadaan kekasih nya, menangisi ketidakmampuan untuk lebih berani, dan menangisi ketidakmampuan untuk menghadapi keadaan di depannya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!