Tak Sesuai Harapan

Harapan kini hanya tinggal harapan. Karena apa yang kini di inginkan nya tidaklah terwujud karena setelah ia cari-cari, Shifa mencari keberadaan Kaivandra ia tak menemukan keberadaan laki-laki tersebut. Hanya sahabat laki-laki tersebut yang waktu itu bersama dengan Kaivandra lah yang dilihat oleh Shifa.

“Nyariin kak Kaivandra?” tanya Mutia yang tepat sasaran.

“Gak masuk kali, foto yang di up kemarin kan di luar kota gitu kan?” tanya Mutia. Shifa menghembuskan nafas nya kasar sambil mengerucutkan bibirnya.

Suara dari pembawa acara kali ini membuat Shifa mengalihkan perhatiannya ke arah depan. Di mana kini para kandidat ketua dan wakil nya kini sudah berada di di dekat podium menunggu waktu nya untuk menyampaikan visi dan misi mereka.

“Kak Alister ganteng banget ya, kapan sih ganteng nya dia luntur?” tanya Shifa tiba-tiba yang membuat Mutia kini melongo mendengar nya. Padahal baru saa gadis tersebut merasa kesal dan tidak bersemangat karena tidak melihat Kaivandra namun kini ia sudah berubah haluan dengan memuji salah satu kakak kelas mereka yang kini mencalonkan diri sebagai ketua osis. Laki-laki yang dijuluki King AHS karena ketampanan juga  kepintaran nya.

Namun sama seperti Kaivandra, Alister adalah laki-laki yang begitu dingin dan tak banyak bicara. Namun ia begitu tegas dan memiliki jiwa pemimpin yang membuat banyak perempuan yang menyukai nya.

Mungkin jika ada yang berkata AHS gudang nya visual maka itu adalah fakta. Ketampanan dan kecantikan dari murid AHS memang sudah memang bukan lagi rahasia umum.

“Udah pindah haluan lagi?” tanya Mutia. Saat awal masuk sekolah Shifa memang sempat mengagumi Alister apalagi saat MPLS aura Alister yang saat itu masih menjabat sebagai osis biasa sudah mengeluarkan aura kepemimpinan.

“Sekedar kagum aja. Sadar diri gue mah gak bisa buat gapai dia,” ucap Shifa sambil menggelengkan kepalanya menggelengkan kepalanya merasa miris dengan dirinya sendiri.

“Apa bedanya sama Kak Andra?” tanya Mutia yang membuat Shifa berdecak.

“Gak seru lo,” kesal Shifa yang hanya membuat Mutia terkekeh mendengar nya. Sahabat nya yang satu itu memang ada saja tingkah nya.

“Eh iya, lo kemarin ikutan seleksi osis kan biar deket sama kak Alister? Gimana?” tanya Mutia.

Saat seleksi osis waktu itu Shifa sengaja untuk mengikuti seleksi pendaftaran osis hanya untuk melihat Aloster. Semua itu jelas terjadi sebelum gadis tersebut bertemu dengan Kaivandra.

“Lah iya lupa gue kalau kemarin pengumuman hasil seleksi,” ucap Shifa sambil menepuk kening nya. Shifa segera membuka ponsel nya untuk melihat pengumuman dari akun media sosial milik sekolah. Terlalu fokus untuk mencari tahu tentang Kaivandra sampai membuat nya lupa tentang seleksi osis nya.

Hingga di lihat nya kini nama nya berada di sana. Shifa membelalakkan mata nya. Mutia yang melihat hal tersebut kini menaikkan sebelah alisnya.

“Kenapa?” tanya Mutia dengan tatapan bingung.

“Gue keterima,” ucap Shifa dengan tatapan yang sulit untuk dideskripsikan. Ada terkejut, sedih, dan ada tatapan khawatir nya.

“Wah congrat ya. Padahal lo cuma iseng doang. Kata gue sih ini jalan dan petunjuk kalau lo lebih berpeluang buat deket sama kak Alister,” ucap Mutia.

“Persetan dengan peluang. Gue sekarang harus nya kumpul,” ucap Shifa yang kini terburu-buru untuk segera pergi dari sana. Mutia yang melihat hal tersebut kini berhasil dibuat menganga.

“Dasar pikun,” ucap Mutia  sambil menggelengkan kepalanya melihat sahabat nya yang kini sudah berlari menuju ke arah ruang osis.

Shifa kini berlari dengan terburu-buru menuju ruangan OSIS. Sial sekali rasanya ia bisa melupakan jadwal pengumuman seleksi OSIS. Bahkan di hari pertamanya ia berkumpul saja Shifa sudah terlambat.

Saat sampai di ruang osis ternyata kini sudah begitu ramai di sana dan bersiap untuk bubar. Namun Shifa malah baru datang dengan nafas nya yang sudah tak beraturan.

“Shifa? Lo baru dateng? Kita udah kumpul dari satu jam yang lalu,” marah seorang laki-laki yang tak lain adalah ketua osis yang menjabat saat ini. Shifa menggigit bibir bagian bawah nya karena terlalu takut.

“Maaf kak, gue gak tau kalau gue keterima. Gue lupa liat pengumuman kemarin,” ucap Shifa dengan bersungguh-sungguh.

“Lo gak ada niat mau masuk OSIS? Gimana bisa lo lupa? Kalau lo niat, lo gak bakalan lupa,” tegas sang Ketua OSIS yang membuat Shifa kini semakin menundukkan kepalanya penuh rasa bersalah.

“Yang lainnya bubar, kerjain tugas kalian masing-masing. Dan lo, ikut gue cek perisiapan untuk pemilihan,” tegas laki-laki yang tadi memarahi Shifa. Shifa menghembuskan nafasnya kasar lalu segera memilih untuk mengikuti sang ketua OSIS.

Mereka memang belum dilantik. Namun untuk tugas pertama mereka sebelum dilantik. OSIS lama meminta para calon OSIS tersebut untuk membantu persiapan pemilihan OSIS. Sial sekali Shifa malah melupakannya.

Seharian itu akhirnya Shifa malah sibuk membantu OSIS mempersiapkan pemilihan OSIS. mengecek iPad yang digunakan untuk voting, karena kini mereka tengah mencoba pemilihan online untuk memilih ketua OSIS dan juga wakil nya.

Setelah selesai kini kembali mereka dikumpulkan di ruang OSIS oleh sang ketua.

“Sebelum nya gue mau ngucapin terima kasih karena kalian udah membantu persiapan hari ini. Untuk pelantikan OSIS nanti di infokan lagi,” tegas laki-laki tersebut yang kini membuat adik kelas nya itu menganggukkan kepalanya.

“Kalau gitu sekarang kalian boleh untuk kembali kegiatan masing-masing. Dan jangan lupa untuk menggunakan hak pilih kalian, selamat siang,” ucap ketua OSIS yang sebentar lagi akan purna

Shifa menghembuskan nafas nay kasar lalu dengan langkah lelah nya kini ia berjalan ke arah ruangan tersebut. Tujuannya kali ini adalah menghampiri Mutia kembali. Tadi ia meninggalkan sahabat nya itu sendiri di lapangan.

Hingga saat sampai di lapangan kini Shifa dengan segera menuju ke arah sahabat nya yang tampak tengah berbincang dengan teman satu kelas nya.

“Lah ini Shifa, dari mana lo Fa?” tanya teman satu kelas nya itu saat melihat kedatangan Shifa.

“Kumpul calon OSIS. Bego banget dia, nggak tau kalau kepilih jadi OSIS,” ucap Mutia yang menjawab pertanyaan temannya itu. Shifa menghembuskan nafas nya kasar lalu segera duduk di samping sahabat nya yang kini duduk bersama dengan teman sekelasnya yang lain sambil mendengarkan visi dan misi dari kandidat calon ketua dan wakil OSIS.

“Lah, bisa gitu ya?” tanya teman sekelas nya pada Shifa yang membuat gadis tersebut menghembuskan nafas kasar.

“Lupa gue kalau kemarin tuh pengumuman seleksi,” ucap Shifa menjelaskan yang membuat teman-temannya kini tertawa mendengar nya.

Setelah nya mereka memilih untuk mendengar nya visi dan misi yang tengah disampaikan. Sampai akhirnya pemilihan pun dimulai.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!