Seorang laki-laki dengan luka di kaki juga tangannya kini tampak menatap lurus ke depan. Ketakutan yang ia rasakan kini seolah memeluk nya dengan begitu erat. Wajahnya yang tampan kini sudah dipenuhi dengan luka di bagian kening juga dagu nya. Namun menurutnya itu tidaklah seberapa di banding kan dengan kekasih nya yang kini berada di bilik sebelah nya.
Laki-laki tersebut adalah Kaivandra Ersya Naradipta, atau yang lebih sering dipanggil Kai. Laki-laki tersebut kini tengah berada di UGD setelah kecelakaan yang dialami nya beberapa menit lalu bersama dengan kekasih nya.
Saat itu ia bersama dengan kekasih nya akan pergi ke mall untuk menghabiskan waktu weekend mereka. Namun siapa sangka, ada truk yang menerobos lampu merah dan melaju ke arah mereka. Kai yang terlalu panik akhirnya membanting stir hingga ia harus membentur bahu jalan, dan kekasih nya malah terpental ke arah pembatas jalan di bagian tengah.
Sayup-sayup kini Kai mendengar pembicaraan dokter UGD bersama dengan dokter lainnya.
“Dari hasil CT ada hematoma subdural akut di sebelah kiri dan garis tengah otak nya bergeser sekitar 1 cm, pupil kiri membesar sekitar 0,4 sampai 0,5." Dokter tersebut mulai menjelaskan pada Dokter lain yang sepertinya merupakan dokter utama.
"Lalu bagaimana dengan sistem motoriknya?" tanya suara lain yang merupakan Dokter utama yang menangani Aruna.
"Motorik kanan normal sementara kiri menurun sekitar satu tingkat dengan tekanan darah di angka 160/90,” ucap Dokter lainnya yang sepertinya adalah Dokter residen. Ucapan dari dokter tersebut kini semakin membuat Kai merasa takut. Tangan nya kini mengepal. Ia begitu takut kehilangan gadisnya tersebut, namun ia juga begitu takut menghadapi keluarga dari gadisnya tersebut.
Dengan langkah nya yang kini terseok-seok akibat dari kaki nya yang masih luka. Laki-laki tersebut segera keluar dari rumah sakit tersebut. Namun sebelum itu ia membayar semua biaya rumah sakit nya juga rumah sakit kekasih nya. Ia meminta nomor ponsel dari rumah sakit tersebut untuk bertanya tentang biaya rumah sakit kekasihnya. Karena ia akan membayar semua nya, namun ia melarang mereka memberitahu tentang Kaivandra.
Pengecut. Itu lah dirinya. Bahkan Kaivandra pun mengakui hal tersebut. Ia terlalu takut dengan apa yang akan di hadapi nya hingga ia memilih untuk melarikan diri. Namun di balik semua itu ketakutan terbesar nya adalah tak bisa lagi melihat kekasih nya dan kehilangan kekasih nya.
Namun dengan kepergian nya dari rumah sakit tersebut harus ia sudah memikirkan konsekuensi dari tindakannya adalah kehilangan gadisnya.
“Apa yang gue lakuin? Gue membuat Aruna dalam bahaya, tapi gue malah pergi?” Kai bertanya pada dirinya sendiri dengan ketakutan yang begitu dalam ia rasakan.
“Maaf Aruna, aku harus melakukan ini. Karena masalah yang harus aku hadapi bukan hanya keluarga kamu karena mungkin polisi juga akan bertanya tentang kecelakaan ini,” ucap Kai lagi. Bermonolog pada dirinya sendiri.
Kini ia tengah mencari taksi. Dan tepat saat ia keluar dari rumah sakit tersebut. Kedua orang tuanya datang. Melihat hal tersebut Kai dengan segera menghampiri mereka.
“Kai, kamu baik-baik saja nak? Mama begitu kaget mendengar kamu kecelakaan,” ucap Rosa, Mama Kaivandra dengan wajah khawatirnya. Menatap anaknya itu dengan penuh tatapan khawatir. Memeriksa anaknya sekali lagi.
“Bagaimana dengan polisi?” tanya Kaivandra dengan tatapan penuh tanya nya pada sang Mama.
“Papa sudah mengurus itu. Lagi pula semua ini karena truc itu. Kamu tidak bersalah dalam kecelakaan ini, salahmu hanya mengendara di bawah umur dan kamu tidak memiliki SIM. Semua akan diselesaikan oleh Papa. Kamu tenang saja.” Rosa berusaha untuk menenangkan anaknya itu. Namun kini bukannya merasa tenang, Kai semakin merasa bersalah pada Aruna. Hingga air matanya kini tanpa sadar sudah menetes. Kedua orang tuanya yang melihat hal tersebut tentu saja terkejut dengan apa yang terjadi pada anaknya tersebut.
“Kamu kenapa? Apa ada yang sakit? Kitra kembali ke dalam dan lakukan pemeriksaan menyeluruh,” tegas Sang Papa namun mendapatkan gelengan oleh anaknya.
“Kita pergi sekarang,” pinta Arvin pada kedua orang tuanya tersebut.
Setelahnya Kai segera masuk ke dalam mobil orang tuanya. Sedangkan kedua orang tuanya dengan tatapan bingung nya kini hanya mengikuti anak mereka yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam mobil.
Di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang kini Kaivandra hanya menatap ke luar jendela mobil dengan pikirannya yang kini hanya tertuju pada satu objek. Ya itu Aruna.
“Apakah Aruna baik-baik saja? Apa aku masih bisa bertemu kamu?” pertanyaan itu terus saja berputar di kepalanya tanpa bisa ia cegah. Air mata nya pun kini terus menetes. Membuat kedua orang tuanya bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Mereka sadar ada yang aneh dari anak mereka. Karena tak biasanya laki-laki tersebut akan menangis. Sangat sulit bagi mereka untuk mendapati Kaivandra menangis. Semenjak usia tiga tahun laki-laki tersebut tak pernah lagi menangis. Dan ini kali pertama mereka melihat nya setelah sekian lama.
“Aku sangat pengecut kan Aruna? Aku takut Aruna, maaf. Maaf,” hanya itu lah yang sedari tadi ia katakan. Permintaan maaf dan penyesalan yang tetap saja tak bisa ia lakukan. Ia tak bisa meminta Ayahnya untuk kembali. Ia juga tak bisa mengatakan apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Ia terlalu takut untuk melakukan itu.
“Apa yang sebenarnya terjadi Kai?” tanya Rosa dengan begitu khawatir pada anaknya tersebut yang kini membuat Kaivandra menatap Ibu nya dengan berbagai pertimbangan dalam kepalanya.
“Bisakah kita pindah sesuai rencana sebelumnya?” tanya Kaivandra pada kedua orang tuanya yang tampak terkejut mendengar ucapan anaknya itu.
Dua hari yang lalu laki-laki tersebut begitu tegas menolak saat diajak untuk pindah dengan berbagai alasan yang ia berikan pada orang tuanya yang mengajak nya untuk pindah. Namun kini Kai sendiri yang meminta untuk pindah? Membuat mereka semakin yakin ada yang tidak beres dengan anaknya itu.
“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Arvin pada anaknya. Memastikan sekali lagi. Kaivandra hanya diam tak ingin menjawab ucapan ayah nya itu.
“Baik kita pindah,” putus Arvin akhirnya.
Kaivandra kini memejamkan matanya semakin erat. Lihat lah kini seberapa pengecut nya ia. Setelah ia meninggalkan Aruna begitu saja di rumah sakit. Kina ia malah memilih untuk pergi dan melarikan diri apa yang tengah dihadapi nya.
Ia terlalu takut dan begitu merasa bersalah dengan keadaan Aruna saat ini. Hingga ia memilih untuk pergi dan melarikan diri. Tak ada kata lain lagi yang dapat mendefinisikan apa yang ia lakukan selain kata pengecut.
“Maaf Aruna. Maaf,” kata tersebut terus terulang. Tak ada yang bisa ia katakan ataupun lakukan lagi selain menggumamkan kata maaf juga menangis. Menangisi keadaan kekasih nya, menangisi ketidakmampuan untuk lebih berani, dan menangisi ketidakmampuan untuk menghadapi keadaan di depannya.
***
Sudah dua bulan berlalu semenjak kecelakaan yang dialaminya bersama dengan kekasih nya. Dan sampai saat ini ia belum mendapatkan info apapun tentang keadaan kekasih nya itu. Setiap malam yang bisa Kaivandra lakukan kini hanya lah menangis. Ia bahkan sudah terlihat seperti perempuan yang suka menangis.
Ketenangan tak bisa ia dapatkan. Karena kini kepalanya hanya dipenuhi dengan kecelakaan dua bulan yang lalu juga tentang keadaan dari kekasih nya itu saat ini. Masih pantaskah kini ia menyebut gadis tersebut sebagai kekasih nya?
Terkadang memikirkan semua itu membuat Kaivandra menjadi semakin hancur. Bahkan kini ia mengalami insomnia. Sulit untuk nya melupakan semua itu. Hubungannya dengan Aruna yang sudah berjalan begitu lama, lalu di hancurkan hanya dengan kejadian beberapa detik. Tak hanya menghancurkan hubungannya namun juga menghancurkan kehidupan mereka kedepannya.
“Apa kamu sekarang baik-baik saja? Semoga begitu, kamu harus bahagia,” ucapnya sambil memperhatikan foto wallpaper ponsel nya yang kini memperlihatkan foto seorang gadis cantik dengan senyumannya yang begitu indah.
Kini laki-laki tersebut tengah berada di gedung belakang sekolah baru nya. Hari ini adalah hari pertama MPLS, namun bukannya mengikuti kegiatan MPLS Kai kini lebih memilih untuk berada di belakang sekolah.
Semenjak kehilangan kekasih nya itu. Kaivandra memang menjadi laki-laki yang suka menyendiri. Bahkan di sekolah baru nya saat ini ia belum memiliki teman baru. Kaivandra jelas tidak peduli hal tersebut.
“Woy lo, ngapain lo di sini? Lo harusnya di lapangan, sekarang masih MPLS,” ucapan tegas tersebut membuat Kaivandra menoleh ke arah orang yang berbicara tersebut dengan wajah datar dan tajam nya. Apa lagi saat di lihat nya jika laki-laki yang mengatakan hal tersebut kini memakai atribut yang sama dengannya.
“Wohh santai dong. Gue cuma bercanda,” ucap laki-laki tersebut dengan cengirannya. Lalu berjalan ke arah Kaivandra dengan cengirannya.
“Lo punya rokok?” tanya laki-laki yang tidak Kai ketahui nama nya tersebut. Kaivandra mengeluarkan rokok dari saku celana nya lalu memberikannya pada laki-laki tersebut.
“Lo sendiri?” Pertanyaan dari laki-laki di samping nya itu sepertinya tidak ada habis nya. Hingga membuat Kaivandra merasa muak dan ingin pergi saja rasanya. Namun ia juga tak ingin untuk mengikuti MPLS. Alhasil kini ia masih berada di sana, menahan kekesalannya pada laki-laki di samping nya itu.
“Gathan,” ucap laki-laki di samping nya tersebut yang membuat Kaivandra kini menaikkan sebelah alisnya. Namun setelah melihat laki-laki tersebut mengulurkan tangannya akhirnya Kaivandra menjawab uluran tangan tersebut.
“Kaivandra,” jawab Kaivandra yang di jawab dengan anggukan oleh Gathan.
“Lo gak ada temen?” tanya Gathan yang melihat Kaivandra hanya sendiri.
“Gue baru di kota ini,” jelas Kaivandra. Gathan menganggukkan kepalanya mengerti.
“Gabung sama gue aja,” ajak Gathan dengan senyumannya. Kaivandra yang mendengar hal tersebut hanya terdiam lalu mengambil rokok nya dan menyalakannya.
“Nanti gue kenalin ke temen gue yang lain,” ucap Gathan begitu antusias nya. Kaivandra hanya diam sambil menganggukkan kepalanya.
Awal yang cukup baik karena setelah itu Gathan juga memperkenalkan Kaivandra dengan dua teman laki-laki tersebut lainnya. Tak hanya itu Gathan juga memperkenalkan Kaivandra dengan teman club motor nya. Hingga akhirnya Kaivandra ikut dalam club motor tersebut.
Perlahan Kaivandra memang mulai bangkit dari keterpurukannya. Namun sikap nya kini tak bisa lagi menjadi Kaivandra yang dulu. Laki-laki tersebut seolah mengubur dirinya yang dahulu dalam-dalam.
Meskipun terkadang laki-laki tersebut masih mengingat tentang kekasih nya itu. Namun setidaknya tidak sesering dan terpuruk seperti dulu. Memiliki insomnia terkadang harus membuat nya mengkonsumsi obat tidur. Hal tersebut juga lah yang tidak bisa untuk membuat nya kembali.
Namun selama tujuh bulan ini setidak nya ia bisa melalui nya. Walau dengan banyak beban, trauma, juga penyesalan yang ia lalui. Meskipun ia mencoba untuk berdamai dengan semua kehidupan nya di masa lalu namun ada sebagai jiwa nya yang menolak semua itu. Cinta nya pada Aruna tak pernah pudar, semakin ia merindukan gadis tersebut semakin besar pula perasanya pada Aruna.
Seperti saat ini. Jam sudah menunjukkan pukul 00.23 namun Kaivandra kini masih berkumpul dengan teman-temannya. Pulang larut malam seolah sudah menjadi hal biasa untuk nya.
“Bu Sarah yang ngajak matematika itu bukan sih?” Gathan kini tampak serius dengan perbincangannya.
“Iye yang masih muda terus cantik itu. Gila, kaget gue pas dia bilang suka sama Kaivandra,” tawa temannya yang lain. Kaivandra yang mendengar pembicaraan teman-temannya itu kini hanya memutar bola matanya malas.
“Untuk saudara Kaivandra, gimana bro? Ada guru cantik, mapan, masih muda, sarjana di umur dua puluh dia bro, gak mau lo Ndra?” tanya Danu, salah satu dari kedua sahabat Gathan yang kini juga menjadi teman dekat nya di sekolah.
“Kagak,” ketus Kaivandra. Mendengar jawaban yang begitu ketus dari Kaivandra kini teman-temannya hanya mendengus. Mereka jelas sudah begitu mengetahui bagaimana perangai teman mereka yang satu itu.
“Jomblo mulu lumutan lo nanti,” tukas Anzel yang juga merupakan salah satu teman yang dekat dengan Kaivandra di sekolah.
Tak ingin peduli dengan ucapan teman-temannya itu. Kaivandra kini lebih memilih untuk memainkan ponsel nya. Teman temannya kini hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Kaivandra.
Mereka tak tahu apa yang terjadi pada Kaivandra sebelum nya. Namun mereka yakin ada pengalaman yang membuat nya menjadi seperti ini.
“Gue balik,” pamit Kaivandra. Temannya kini hanya menganggukkan kepalanya. Mereka saling bertos sebelum akhirnya Kaivandra memilih untuk pulang. Meskipun ia tak yakin sampai di rumah ia bisa untuk beristirahat, namun kini rasanya ia sudah begitu lelah.
Selama di perjalanan laki-laki tersebut mengemudikan motornya dengan kecepatan sedang. Kadang ada saat di mana ia tak berani untuk membawa motor nya kembali setelah kecelakaan saat itu.
Namun setelah masuk ke dalam club motor tersebut, Kaivandra mulai memberanikan dirinya untuk kembali bangkit dan memberanikan dirinya untuk mengendarai motor lagi. Dan semua itu berkat teman-temannya yang mengajak nya untuk mengendarai motor bersama. Padahal saat awal untuk mengikuti club motor tersebut, Kaivandra selalu membawa mobil. Hingga menjadi bahan gojlokan dari teman-temannya itu.
Memikirkan Aruna? Jelas masih ia lakukan, apalagi di saat ia tengah sendiri. Namun yang bisa ia lakukan hanya lah berharap Aruna baik-baik saja. Dan berharap Aruna bisa untuk hidup dengan baik dan bahagia. Dan berhasil melupakannya. Karena ia bukanlah yang terbaik untuk Aruna, meskipun sampai saat ini ia masih begitu mencintai Aruna dan belum bisa untuk melupakannya.
Aruna adalah gadis yang begitu baik. Gadis yang bisa untuk menerima nya apa ada nya dan begitu mencintai nya.
***
Warung belakang sekolah kini sudah begitu ramai dengan para siswa yang membolos. Kaivandra menjadi salah satu dari mereka. Kini laki-laki tersebut tengah bermain game di ponsel nya sambil menyesap sebatang rokok yang kini berada di tangannya.
“Gila udah kelas dua aja ya kita, padahal Kaivandra masih jomblo, Danu masih klemar klemer, Anzel juga masih demen leha-leha. Tapi udah kelas dua aja kita bro,” ucap Gathan dengan begitu heboh nya. Sedangkan ketiga sahabat nya yang di sebut namanya itu kini sudah menatapnya dengan tajam, melihat tatapan dari ketiga sahabat nya itu kini Gathan hanya menyengir.
Kini mereka memang sudah berada di kelas dua. Waktu memang begitu cepat berlalu, tanpa Kaivandra sadari kini sudah satu tahun sejak kecelakaan yang menimpa nya. Jelas tak mudah untuk nya menjalani satu tahun belakangan ini. Dengan harap, penyelasan, juga kesedihan. Banyak hanya yang begitu memuakan untuk ia alami selama satu tahun belakangan ini.
“Seenggak nya kalau ngomong tuh sadar diri dikit lah. Semua yang lo sebutin tadi tuh elo. Jomblo iya, demen leha leha iya, klemar klemer juga iya,” sungut Danu karena tak terima ia dihina oleh sahabat nya itu yang kini hanya berdecih mendengarnya. Sedangkan temannya yang lain, yang berada di sana kini sudah tertawa mendengar nya.
“Eh besok pemilihan osis kan ya?” Tanya Anzel pada teman-temannya yang kini menganggukkan kepalanya mendengar ucapan temannya itu.
“Gue besok gak masuk,” ucap Kaivandra yang kini membuat teman-temannya menaikkan sebelah alisnya bingung.
“Mau kemana lo?” tanya Gathan menatap Kaivandra dengan tatapan penasarannya. Namun Kaivandra malah hanya diam terlalu fokus dengan game di depannya.
“Setan emang,” rutuk Gathan yang kini malah membuat temannya yang lain tertawa mendengar nya.
“Lagian lo udah tau Kaivandra gimana, masih aja nanya,” ucap Danu dengan sisa tawanya. Kaivandra memilih mengabaikan hal tersebut. Laki-laki tersebut benar-benar menjadi begitu tak tersentuh sekarang.
“Malem nya ikut kumpul kagak lo?” tanya Gathan yang tak menyerah. Entah mengapa ia malah begitu tertarik untuk terus mendekati Kaivandra, jelas dalam artian sahabat yang ia maksud. Sikap misterius laki-laki tersebut membuat nya begitu penasaran.
“Ayo balik,” ajak Kaivandra pada teman temannya untuk kembali ke sekolah karena sebentar lagi jam istirahat akan tiba. Mereka tadi terlambat datang, oleh karena itu mereka berada di warung belakang menunggu jam istirahat tiba.
Mendengar ajakan dari Kaivandra, mereka akhirnya membubarkan diri. Kaivandra, bersama dengan sahabat nya kini memilih untuk menuju ke arah kelas mereka.
Saat mereka tengah berjalan kini tiba-tiba saja ada gadis yang berlari berlawanan arah dengan mereka. Di belakang nya kini ada temannya yang juga mengejar nya. Tatapan Kaivandra kini hanya menatap nya dengan begitu datar.
Hingga saat gadis tersebut akan terjatuh karena tali sepatu nya yang terlepas. Kaivandra segera menahannya membuat gadis tersebut dan menghembuskan nafasnya lega karena ia tak jadi terjatuh.
Melihat adegan tersebut kini banyak yang menjerit tertahan. Juga merasa iri dengan gadis yang baru saja di bantu oleh Kaivandra tadi.
“Thanks kak,” ucap gadis tersebut dengan senyumannya yang terlihat begitu manis. Kaivandra hanya mengabaikannya lalu segera pergi dari sana tanpa memperdulikan gadis tadi.
“Gila, ada cewek cantik banget kayak tadi dia datarin doang?” tanya Danu yang kini berjalan di belakang Kaivandra. Menatap Kaivandra dengan tatapan tak percaya nya. Gadis yang tadi di tabrak oleh Kaivandra memang begitu cantik dan Danu belum pernah melihat gadis itu sebelum nya.
“Gue kok kayak gak asing ya sama tuh cewek?” tanya Gathan sambil berpikir di mana ia melihat gadis tersebut.
“Gak usah sok kenal lo,” tukas Anzel lalu merangkul leher sahabat nya yang kini masih tanpa berpikir tersebut.
“Serius ini, gue kayak gak asing sama dia,” ucap Gathan. Ia begitu yakin jika ia merasa tak asing dengan gadis tadi. Namun ia begitu melupakan di mana ia melihat nya.
Kaivandra yang mendengar perbincangan sahabat nya itu hanya diam saja. Membiarkan sahabatnya itu melakukan apa yang ia inginkan.
Hingga saat sampai di kelas nya. Kini Kaivara segera menuju ke arah kursi nya dan memilih untuk tidur. Hanya di sekolah rasanya ia bisa tidur dengan tenang. Karena di malam hari insomnia nya begitu mengganggu.
Namun baru saja Kaivandra akan masuk ke alam mimpi. Gathan kini malah menepuk meja dengan begitu keras nya yang membuat Kaivandra tersentak karena nya.
“Ah gue inget, tuh cewek yang sekarang dapat julukan Queen AHS,” pekik Gathan saat ia sudah mengingat tentang gadis yang tadi mereka temui.
“Gila lo ya gebrak meja cuma karena itu. Noh liat di pelototin Andra lo,” ucap Anzel yang memang memanggil Kaivandra degan panggilan Andra, kata laki-laki tersebut nama Kaivandra terlalu panjang jadi ia lebih memilih memanggil Andra.
Gathan yang mendengar hal tersebut segera menoleh ke arah Kaivandra dan benar saja saja sahabat nya itu kini tengah memelototkan matanya ke arah nya. Gathan yang melihat itu hanya menyengir lalu kembali duduk dengan perlahan.
Kaivandra berdecak kesal lalu segera mengistirahatkan tubuh nya kembali. Kini rasanya ia begitu mengantuk karena semalam ia tidak tidur. Mengabaikan pembicaraan dari sahabat nya itu.
“Lo tau di mana sih tentang tuh cewek? Kok gue gak tau?” tanya Danu dengan penasarannya pada Gathan yang kini segera mengeluarkan ponsel nya lalu membuka akun media sosial nya. Memperlihatkan sebuah akun gosip sekolah lalu memperlihatkan postingan tentang Queen AHS.
“Nih, namanya Shifa. Cantik banget namanya kayak orang nya,” ucap Gathan dengan senyumannya yang kini membuat sahabat nya bergidik ngeri melihat ya. Namun memang benar. Gadis tersebut memang begitu cantik.
“Terus King nya siapa?” tanya Danu yang kini mulai penasaran dengan gosip seperti itu. Sebelumnya ia sama sekali tidak peduli hal seperti ini saat Gathan menceritakannya.
“Ada tuh anak Ipa yang pinter, kesayangan guru, yang bakalan nyalonin jadi osis ini. Dia King nya,” jelas Gathan.
“Lah gue kira Andra,” celekuk Ansel yang tiba-tiba ikut menimbrungi temannya itu.
“Dia di posisi nomor dua. Mangkanya kalau King jurusan dia king nya IPS,” jelas Gathan yang memang paling mengetahui tentang gosip sekolah.
“Itu siapa yang milih sih?” tanya Danu penasaran.
“Ada voting nya tiap awal ajaran baru,” jelas Gathan. Sahabat nya yang mendengar hal tersebut kini menganggukkan kepalanya.
“Kalau dulu Queen AHS di pegang sama Sandra, cewek yang dulu suka Kaivandra itu. Sekarang dah ke geser sama Shifa, dia anak IPA. Kayak nya IPA nih gudang nya cewek cantik ya,” tukas Gathan yang kini begitu antusias dengan pembahasaan ini.
“Gak tau gue, gue gak aja gak pernah ke lingkungan IPA,” sungut Anzel yang di jawab dengan anggukan setuju oleh Danu.
“Kudut dan kuper emang kalian tuh,” sungut Gathan yang kini berhasil membuat sahabat nya itu membelalak mendengar nya.
Berbeda dengan keributan yang diciptakan sahabat nya. Kini Kaivandra bahkan sudah tertidur dengan tenang, mengabaikan pembicaraan sahabatnya itu.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!