Dewi Fortuna (Fake Marriage)
...Happy Reading...
...****************...
"Lari, Wi!"
Suara teriakan itu membuat seorang perempuan yang mengenakan baju pengantin berlari semakin kencang. Ia harus tega meninggalkan sahabatnya yang kini tengah ditawan. Perempuan itu terus berlari tanpa menengok ke belakang.
Dewi Anggraeni—perempuan berwajah cantik nan sexy itu dijodohkan oleh ibunya pada seorang juragan kaya untuk dijadikan istri ketiga. Alasannya cukup klasik, yakni sang ibu terlilit hutang banyak pada juragan yang sering bergaya nyentrik. Sang juragan yang terkenal doyan perempuan itu pun meminta Dewi untuk dijadikan istri. Dengan begitu hutang ibunya tidak perlu dibayarkan lagi.
Dewi tentu saja menolaknya, tetapi sang juragan yang mempunyai nama Juragan Rasim pun tetap memaksa. Jika ibunya tidak bisa membayar hutang itu pada batas waktunya, Dewilah yang akan menjadi penebusnya.
Dewi lari dari acara pernikahannya dibantu oleh sahabatnya, tetapi sayangnya anak buah juragan Rasim berhasil menjegal perjalanan mereka. Toni—sahabat Dewi, berusaha menghadang dan menyuruh Dewi untuk segera pergi.
Awalnya Dewi tidak ingin lari, tetapi sang ibu juga tidak tega melihat anaknya menangis terus saat didandani. Ibunya Dewi pun menyuruh Dewi lari bersama Toni. Sayangnya, sahabatnya itu harus tertangkap oleh mereka. Jika saja Toni tidak terus menerus menyuruhnya untuk lari, mungkin Dewi akan kembali.
"Lari, Wi! Jangan pedulikan aku! Aku akan baik-baik aja. Cepat lari!" Begitulah penggalan kata-kata Toni yang selalu terngiang di telinga Dewi.
"Maafkan aku, Ton. Mudah-mudahan kamu nggak diapa-apain sama anak buahnya juragan Rasim," ucap Dewi sambil terus berlari.
Di persimpangan jalan dekat dengan beberapa pertokoan, perempuan itu celingukan ke sana ke mari mencari tempat bersembunyi. Hingga indera penglihatannya menangkap sebuah mobil sedan mewah dengan pintu bagasi belakangnya yang terbuka. Tak berpikir lama, Dewi pun segera masuk ke dalamnya, lalu menutup pintu bagasi itu dengan perlahan tanpa suara.
"Sudah dimasukin semua ke bagasi, Pak?" Suara yang terdengar dari seorang pria membuat Dewi membungkam mulutnya dengan tangan. Sepertinya lelaki itu adalah pemilik mobil tersebut.
Dewi pun semakin menyudutkan tubuhnya pada bagian terdalam bagasi, serta menutup tubuhnya dengan beberapa barang yang ada di sana, lalu berdoa dalam hati, semoga lelaki itu tidak mengecek bagasinya lagi.
"Sudah masuk semua, Pak. Masih ada lagi?" Suara lelaki lain terdengar bertanya pada pemilik mobil tersebut.
"Nggak ada. Makasih, ya."
Do'a yang dipanjatkan oleh Dewi dikabulkan Tuhan, lelaki pemilik mobil tersebut tidak mengecek bagasinya lagi. Ia langsung masuk ke mobil dan duduk di depan setir kemudi. Hingga saat mobil itu berjalan, tubuh Dewi sedikit mendapat guncangan, tetapi beberapa menit kemudian ia merasa nyaman.
Dewi merasa dirinya telah aman dari kejaran anak buah juragan Rasim. Ia pun menghela napas lega. Terbesit dalam benaknya, sosok Toni yang tadi menyuruhnya pergi. Rasa takut pun kembali menghantui. Dewi takut terjadi sesuatu yang buruk dengan Toni.
"Jika nanti mobil ini berhenti, aku akan segera pergi dan langsung mencari Toni," gumam Dewi bermonolog sendiri.
Helaan napasnya pun terdengar kasar. Ia merasa hidupnya begitu sial. Sedari kecil hidupnya selalu miskin, dan ia tidak tahu jika ibunya mempunyai hutang yang banyak pada juragan Rasim.
Namun, Dewi juga tidak bisa menyalahkan ibunya begitu saja. Ibunya bilang hutang itu bekas pengobatan bapaknya pasca kecelakaan, tetapi sayangnya sang bapak kini sudah meninggal. Pun dengan biaya sekolah Dewi hingga lulus SMA, uangnya pun berasal dari sana juga. Andai saja bapaknya masih ada, mungkin tidak akan seperti ini kejadiannya.
"Bapak, Dewi kangen bapak ...." Dewi berkata lirih mengenang almarhum bapaknya. Air matanya sudah mengalir di pipi, dan berhasil membasahi alas bagasi.
Malam yang semakin larut membuat Dewi menjadi mengantuk. Deraian air matanya pun mulai surut. Tubuhnya terasa lelah setelah kejar-kejaran dengan anak buahnya juragan Rasim. Tiba-tiba saja udara pun semakin dingin, membuat kelopak matanya tidak bisa dikendalikan lagi. Apalagi saat mobil mewah tersebut berjalan dengan lembut tanpa guncangan seperti mobil butut. Lama kelamaan kedua mata Dewi pun tertutup.
Dewi tertidur di dalam mobil yang melesat dengan kencang melewati beberapa perbatasan kota, karena tujuan mobil itu adalah Kota Surabaya.
Sedangkan di depan sana. Tepatnya di depan setir kemudi dari mobil yang Dewi tumpangi. Seorang pemuda tengah asyik mengobrol dengan keluarganya lewat sambungan telepon.
"Iya, Ma, iya. Ini aku lagi di jalan mau pulang ke rumah mama. Aku juga udah bawa oleh-oleh buat mama dan papa," tutur seorang lelaki yang mengobrol menggunakan hands free lantaran lelaki itu harus fokus mengemudi.
Devan Kusuma Wijaya, seorang anak dari konglomerat pemilik perkebunan agraria terbesar di Surabaya. Ia yang selama ini tinggal di ibu kota disuruh pulang oleh orang tuanya lantaran sudah lama Devan tak menemui mereka.
Bukannya tanpa alasan Devan malas pulang kampung. Ia bosan dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat telinganya berdengung. Yakni, kapan hari pernikahannya akan berlangsung? Devan yang masih patah hati pun menjadi bingung.
Kini, tiba-tiba saja sang mama memintanya pulang dengan segera. Entah kejutan apa yang akan Devan terima setelah sampai di sana. Yang pasti kejutan yang berada di dalam bagasi mobilnya mungkin akan membuat kedua bola matanya hampir keluar dari tempatnya. Siap-siap saja!
"Masa oleh-olehnya buat mama papa aja, Mas Devan? Buat Vio nggak ada?" Suara rengekan manja terdengar menimpali obrolannya dengan sang mama di sambungan telepon tersebut. Tentu saja Devan kenal suara itu. Itu adalah suara adik kesayangan satu-satunya—Viona.
"Buat kamu juga ada, kok. Dasar gadis manja," ledek Devan pada adiknya itu. Sang adik yang masih duduk di bangku SMA itu pun terdengar bersorak kegirangan. Devan pun mengulas senyuman.
"Mas Devan pulang bawa istri, nggak?" Celetukan yang berasal dari suara adiknya itu membuat kening Devan berkerut, lalu menghela napas berat.
"Iya, nanti kalau nemu di jalan mas bawa pulang," jawab Devan dengan asal. Hal itu tentu mendapatkan semburan omelan dari sang mama di seberang.
"Hush! Istri, kok, nemu di jalan. Kalau bercanda jangan keterlaluan gitu, ah. Kalau kejadian gimana? Masa mantu mama dapat nemu di jalan," hardik sang mama membuat Devan tertawa kencang.
"Aku aamiin-kan aja, ya."
"Devan!" Sang mama menyentak di seberang mendengar perkataan Devan barusan.
Panggilan telepon itu pun berakhir saat Devan pamit pada sang mama, karena dirinya ingin fokus berkendara. Mobil mewah yang dikendarainya pun melesat di jalan raya, tanpa rasa curiga jika ada seseorang yang bersembunyi di dalam bagasinya.
...****************...
...To Be Continued...
Halo, pembaca tersayang akoh. Ketemu lagi sama novel baru. Semoga suka, jangan lupa like, komentar, favorit, dan bintang 5. Kopi tanpa gulanya juga nggak pa-pa, biar othor tambah semangat nulisnya 😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Sophia Aya
mampir thor, lgsg dapat istri di jalan tuh devan
2023-10-06
1
Fajar 1
mampir di sini.
2023-07-21
2
marie_shitie💤💤
ucapan Devan adalah doa ya g ka
2023-06-26
2