...Happy Reading...
...****************...
Denting suara jam menghempaskan keheningan di dalam ruangan. Devan menatap Dewi dengan pikiran menerawang. Hingga lambaian tangan Dewi membuat Devan kembali sadar.
"Kok, melamun?" tanya Dewi sambil memiringkan kepalanya.
"Nggak pa-pa," sanggah Devan salah tingkah. "Oh, iya. Tadi kamu nanya apa?" tanyanya menepis rasa malu.
Dewi mendengkus, lalu mengulangi pertanyaannya tadi. "Sampai kapan pernikahan palsunya akan berlangsung?"
"Satu bulan," jawab Devan tegas.
Kedua mata Dewi pun terbelalak sempurna saking terkejutnya. "Masa satu bulan? Kelamaan dong, Pak," protesnya kemudian. "Saya punya ibu. Dia akan khawatir kalau saya pergi selama itu," imbuh Dewi.
"Mau terima atau masuk penjara?" Lagi-lagi Devan memberikan ancaman, membuat Dewi sontak terdiam. Embusan napasnya pun terdengar kasar. Dewi tidak diizinkan untuk menawar.
"Oke, berarti deal, ya?" Devan menjulurkan tangannya mengajak bersalaman, karena melihat Dewi tidak ada komentar. Devan menganggap perempuan itu setuju dengan ide konyolnya itu. Seringai penuh kemenangan terbit di bibir Devan.
Dewi melemaskan kedua bahunya. Selain menerima, perempuan itu bisa apa. Akhirnya dia hanya bisa pasrah, lalu membalas uluran tangan Devan dan berkata, "Deal."
Kesepakatan itu pun dimulai detik itu juga. Anggap saja di waktu sebulan, Dewi menjadi aktris sinetron ikan terbang. Bersandiwara menjadi istri seorang pengusaha muda. Mungkin Dewi akan memberikan judul filmnya itu 'Dijadikan istri karena terjebak di dalam bagasi mobil.' Sungguh miris, kan?
"Sebaiknya kamu mandi dulu. Nanti aku carikan baju ganti buat kamu. Masalah orang tua aku, biar aku yang urus. Kamu cukup bersandiwara menjadi istri yang baik saja di depan mereka," tutur Devan setelah sesi bersalaman selesai.
Terkesan memaksa, tetapi Devan harus tega. Daripada dirinya menikah dengan perempuan yang tidak dikenalnya secara tiba-tiba, lebih baik ia bersandiwara. Setidaknya kalau dengan Dewi, pernikahannya hanya pura-pura. Setelah dia kembali ke ibu kota kehidupannya akan baik-baik saja seperti sebelumnya.
"Oh, iya. Siapa nama kamu tadi?"
Devan bertanya saat tubuhnya sudah mencapai pintu kamar. Lelaki itu memang keterlaluan. Dari tadi berbincang bahkan berani mengancam, tetapi mereka tidak saling mengenal.
"Nama saya Dewi, Pak," jawab Dewi dengan nada malas. Devan mengangguk-anggukkan kepalanya sambil memegang dagu.
"Dewi Fortuna," celetuknya tanpa sengaja.
"Dewi Anggraeni, Pak," ralat Dewi. Ia tidak suka dengan tambahan nama yang disematkan oleh Devan di belakang namanya.
"Whatever, lah. Saya nggak peduli dengan nama panjang kamu, tapi bagi saya kamu adalah Dewi Fortuna yang dikirim oleh Tuhan untuk menolong saya hari ini. Oh, iya. Ingat nama saya! Devan." Devan menepuk dadanya mengenalkan diri.
Desiran angin tiba-tiba menyisir wajah Dewi, membuat bulu-bulu halusnya meremang di setiap sisi. Perkataan Devan barusan sukses membuatnya terkesima. Hatinya pun menghangat seketika. Sejenak Dewi menatap lekat wajah lelaki yang masih berdiri di hadapannya.
Namun, kehangatan itu harus dileburkan oleh kata-kata Devan selanjutnya, "Tapi kamu jangan terlalu berbangga diri karena sudah saya anggap seperti dewi penolong saya hari ini. Apalagi sampai nggak tahu diri minta saya nikahi beneran karena saya nggak mungkin menikahi perempuan sembarangan."
Bagai dihunus pedang, ucapan Devan berhasil menembus tulang. Awalnya dia dijunjung menjulang, lalu dilemparkan ke dasar jurang. Dasar kurang ajar!
Dewi ingin sekali menghujat Devan, tetapi sayangnya dia tidak berani terus terang. Ancaman Devan membuat bibirnya bungkam.
"Iya, Bapak tenang aja! Saya cukup tahu diri, kok. Tapi sebaliknya Bapak juga harus hati-hati! Jangan sampai Bapak jatuh cinta sama saya di tengah sandiwara kita ...."
Devan tergelak tawa. Saking lucunya, ia sampai tersedak oleh ludahnya sendiri. "Kepedean, kamu. Nggak mungkin saya jatuh cinta sama perempuan modelan kayak kamu gini." Devan menatap remeh penampilan Dewi. Dengan riasan pengantin yang berantakan menghiasi wajahnya, Dewi terlihat seperti badut di Kota Tua.
Penilaian Devan terhadap perempuan tidak sembarangan. Selama ini banyak perempuan cantik dan sexy yang mengajaknya berkencan. Devan yang lemah iman selalu memberikan perempuan-perempuan itu kesempatan. Setelah mereka memuaskan Devan, perempuan-perempuan itu pun berakhir dicampakkan.
Dewi menggertakkan giginya menunjukkan kemurkaan di wajahnya. Mulut lelaki itu lebih pedas daripada sambal. Ingin rasanya Dewi mencakar wajah Devan, tetapi sekali lagi Dewi ingat akan posisinya. Dewi pun hanya bisa menghela napas saja. Hanya sebulan, Dewi harus bisa melewatinya.
*******
Devan kembali ke ruang tamu, setelah selesai memberikan pengarahan kepada istri palsunya itu. Di sana sudah ada Sam, Elena, dan Viona yang menunggu kedatangannya. Lebih tepatnya menunggu penjelasan Devan tentang pernikahannya yang tiba-tiba.
"Sini, kamu!" Sam—sang papa langsung memerintah dengan nada tinggi, tetapi Devan bersikap biasa saja seperti tidak peduli. Langkahnya dibuat santai, seolah tidak punya kesalahan.
"Duduk!" titah Sam lagi saat Devan sudah mendekati. Devan pun mengikuti.
"Jelaskan pada kami siapa perempuan tadi?" cecar Sam tanpa basa-basi.
Devan masih tenang, karena lelaki itu sudah mempersiapkan jawabannya dengan matang. Ia tahu jika pertanyaan itu yang akan dia dengar. Sang mama pasti sudah menggosip dengan papanya.
"Dia istri aku," jawab Devan enteng.
Sam terkejut, tentu saja. Padahal dia sudah mendengar sebelumnya dari sang istri, tetapi ketika Devan mengakui, rasanya seperti baru mendengar lagi.
"Kamu jangan bercanda, Devan. Memangnya ada seorang suami yang menyimpan istrinya di bagasi?" sungut Sam. Ia tahu cerita itu dari Viona.
Bukannya mengelak, Devan justru tergelak. Ia dengan santainya menjawab, "Itu nggak sengaja, Pa. Sebelumnya aku udah melarang dia buat ikut ke sini, tetapi dia terlalu cinta sama aku dan nggak mau berpisah jauh. Makanya dia rela sembunyi di bagasi buat ngikutin aku," jelas Devan dengan penuh kebohongan sekaligus narsis. Viona yang mendengar pun sampai meringis.
"Dih, Mas Devan narsis banget, sih?" celetuk Viona. Devan pun menoleh kepadanya.
"Emang bener, kok. Tanyain aja nanti sama kakak ipar kamu," sanggah Devan.
Viona mengedikkan bahunya. "Aku nggak percaya Mas Devan dengan semudah itu menikah. Apalagi perempuan itu bukan Mbak Kezia. Mas Devan, kan, belum move on dari dia," cibir Viona.
Seperti menaburkan garam di atas luka Devan. Adik perempuannya itu malah mengungkit perempuan yang menjadi cinta pertamanya yang sudah menikah dengan pria lain.
Hal itu memang sudah menjadi rahasia umum. Bahkan seluruh keluarga Devan sudah tahu tentang hal itu. Pasalnya, pria yang dinikahi cinta pertama Devan adalah sepupunya sendiri. Sungguh sial, bukan?
"Sok tahu, kamu! Perasaan setiap orang bisa berubah kapan saja. Buktinya sekarang masmu ini udah nikah," sanggah Devan dengan tegas. Padahal dalam hatinya sedang merasakan nyeri yang luar biasa setiap kali dirinya membahas Kezia.
...****************...
...To Be Continued...
Jangan lupa like, komentar, hadiahnya 🥰
Jika mau tahu cerita mengsadnya Devan patah hati sama Kezia, silakan baca novel sebelumnya, ya. Judulnya 'Terjebak cinta mbak-mbak'
Ada di beranda aku, ya🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Sulastri
lucu banget ngetttttt lanjut 🤭🤭🤭😁😁😍
2023-10-06
0
Kiki Sulandari
Devan....hati hati kalau bicara,nanti kalau jatuh cinta beneran sama Dewi,baru deh kebingungan...
2023-06-28
1
istri nya suga
di tinggal nikah toh mas devan kasian banget
2023-06-24
1