...Happy Reading...
...****************...
Perjalanan dari ibu kota ke Surabaya memerlukan waktu kurang lebih 10 jam lamanya. Langit yang tadinya kelam kini terlihat menguning, karena sang fajar sudah siap menyingsing. Tiba di depan rumahnya, sudah ada Elena—sang mama yang menyambut kedatangan Devan. Sorot kerinduan terpancar dari kedua netranya yang legam.
"Ya, Allah ... akhirnya anak sulungku pulang juga," pekik Elena sambil merengkuh tubuh Devan agar masuk ke dalam pelukannya.
Devan membalas pelukan itu, hanya beberapa saat kemudian mengurai pelukan mereka. "Lebay, deh. Bukannya Devan suka pulang kalau lebaran, ya?" katanya. Tak ayal ucapan itu pun sukses membuat Devan mengaduh kesakitan, lantaran bahunya terkena serangan tangan dari sang mama yang gemas dengan kelakuan Devan.
"Masa pulangnya setahun sekali doang. Orang tua kamu masih hidup, Devan. Kamu nggak lupa, kan?" protes Elena sambil memasang wajah cemberut. Kedua tangannya pun dilipat di depan dada.
Devan menyengir kuda sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, "Udah, dong, Ma. Yang penting, kan, Devan udah pulang sekarang. Devan kangen Mama, kok," tutur Devan. Senyum Elena pun mengembang sempurna.
"Mama juga kangen kamu, Nak," ucap Elena.
"Devan nggak disuruh masuk, nih?" tukas Devan tidak mau memperpanjang perbincangannya dengan sang mama.
"Ah, iya. Ayo, masuk, Nak! Kamu pasti capek semalaman berkendara." Elena pun menggiring tubuh anaknya masuk ke rumah.
"Mas Devan!" Seorang gadis remaja berteriak dari atas tangga rumahnya. Secepatnya ia berlari menuruni anak tangga. Gadis itu tidak sabar untuk menemui sang kakak. Devan menyambut adik kesayangannya dengan merentangkan kedua tangan hendak memberikan pelukannya. Senyumnya tidak pernah pudar dari bibirnya. Devan begitu merindukan gadis manja yang menjadi adik kandungnya itu.
Devan sampai terhuyung ke belakang, karena gadis yang masih duduk di bangku SMA itu menghamburkan tubuhnya terlalu kencang pada tubuh Devan. "Vio, kangen sama Mas Devan," katanya manja.
Devan mendorong tubuh adiknya untuk memberikan sedikit jarak. "Mas juga kangen. Kamu apa kabar? Udah punya pacar berapa sekarang?" tanyanya menggoda sang adik.
"Masih sekolah nggak boleh pacaran!" tukas Elena dengan tegas.
Viona pun mencibir kakaknya, "Tahu, nih. Ngajarin yang nggak bener aja!" sungutnya. Padahal faktanya dia sudah punya pacar, tetapi tidak diketahui oleh orang tuanya. Devan pun tertawa, dan Viona memanyunkan bibirnya.
"Eh, oleh-oleh buat Vio mana?" tanya Viona bersemangat.
"Di bagasi. Ambil, gih!" titah Devan sambil memberikan kunci mobil pada Viona.
Viona pun meraih kunci mobil tersebut, lalu bergegas ke luar menuju mobil Devan, sedangkan Devan dan Elena duduk berdampingan di sofa ruang keluarga.
"Papa mana, Ma?" tanya Devan.
"Lagi mandi," jawab sang mama.
Devan hanya ber'oh' tanpa suara sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Berkendara semalaman membuat tubuhnya terasa letih dan lunglai. Ia memijat pelipisnya untuk mengurangi rasa pusing yang menderanya.
"Kamu pasti ngantuk, ya?"
Devan mengangguk menanggapi pertanyaan mamanya.
"Sebelum kamu istirahat, mama boleh bicara sebentar?" tanya Elena lagi.
Devan memicingkan kedua mata. Sepertinya ada perkataan serius yang ingin diucapkan mamanya.
"Boleh. Mama mau bicara apa?" tanyanya penasaran. Devan pun menegakkan badan.
"Gini ... tapi kamu harus janji nggak bakal marah sama mama."
"Iya, tentang apa dulu?" Devan semakin penasaran.
"Sebenarnya ... mama nyuruh kamu pulang karena ... besok kita mau melamar anak gadisnya Pak Utomo ...." Suara Elena tersendat karena takut anaknya akan tersinggung dengan usulan mereka.
"Apa, melamar? Buat siapa? Buat Papa? ... aduh!" Saking terkejutnya, Devan memotong perkataan Elena. Ia juga berhasil mendapatkan hadiah pukulan dari sang mama karena bicara sembarangan. Kali ini yang kena di bagian kepalanya.
"Enak aja kalau ngomong! Buat kamu, lah," sanggah mamanya.
"Hah! Buat aku?" Devan terbelalak mata sambil menunjuk hidungnya sendiri.
"Iya, buat siapa lagi. Memangnya mau sampai kapan kamu terus menjomlo kayak gini, hah? Mama udah pengen punya mantu terus punya cucu."
"Tapi Ma—"
"Nggak ada tapi-tapi. Pokoknya kamu harus setuju! Paling nggak, lihat calonnya dulu lah. Kali aja kamu suka," tukas Elena memotong perkataan Devan yang hendak menyanggahnya.
Namun, belum sempat Devan menanggapi perkataan sang mama, teriakan Viona membuat perhatian keduanya tersita.
"Mama, Papa ... Mas Devan pulang bawa pengantin!" Viona berteriak sembari menuntun seorang perempuan.
Keduanya pun beranjak berdiri memperhatikan kedatangan Viona yang diikuti oleh seorang perempuan yang dibalut pakaian pengantin lengkap dengan sanggul di kepalanya. Namun, sebagai seorang pengantin sungguhan, penampilan perempuan itu sungguh tidak memuaskan. Penampilannya begitu lusuh dan acak-acakan. Sanggulnya sudah miring ke kanan, riasannya juga sudah sedikit pudar. Baju yang dipakainya pun lecek dan berantakan.
Dua pasang mata milik Devan dan Elena memindai penampilan pengantin perempuan yang tak lain adalah Dewi Anggraeni. Perempuan itu yang bersembunyi di bagasinya Devan saat malam tadi. Dewi hanya bisa tersenyum kikuk sambil meremat jari.
"Dia siapa, Vio?" tanya Elena dengan kening berkerut dalam, sedangkan Devan masih terdiam.
"Namanya Mbak Dewi, Ma. Tapi Vio nggak tahu dia siapanya Mas Devan. Ditanya tentang itu malah diem aja dari tadi. Tanya Mas Devan aja, deh, soalnya ketemu di bagasi." Seperti orang linglung, Dewi masih diam saat Viona berkata seperti itu.
Kerutan di kening Elena semakin terlihat jelas. Perempuan yang sudah melahirkan Devan itu pun menoleh pada sang anak yang masih bergeming di tempatnya. Tatapan mata lelaki itu masih tertuju pada pengantin perempuan yang tengah tertunduk malu.
"Devan, dia siapa?"
Pertanyaan sang mama membuat Devan terjaga, lalu menoleh pada mamanya. Tatapannya terlihat bingung, tetapi sesaat pikirannya kembali mengingat perkataan Elena sebelumnya, jika besok dirinya akan dijodohkan dengan perempuan yang belum pernah ditemuinya.
Otak Devan berputar cepat mencari ide cemerlang, pandangannya pun beralih Dewi dan mamanya bergantian. Kemudian satu rencana pun berhasil ditemukan. Lelaki itu mengabaikan pertanyaan mamanya, lantas berjalan mendekati Dewi dengan senyum mengembang.
Dewi yang ketakutan tubuhnya sampai gemetaran. Ia yang tak lagi menunduk, kini menatap Devan. Keduanya pun terlibat adu pandang, membuat jantung Dewi berdebar begitu kencang.
Namun, tanpa disangka-sangka Devan malah memeluk tubuh Dewi. Dengan nada lembut dia pun berkata, "Aduh, Sayang. Kamu kenapa kamu bandel banget, sih? Sampai nekat ikut aku pulang dan sembunyi di bagasi. Aku, kan, udah bilang, tunggu di rumah dulu. Belum waktunya ngasih kejutan buat mama dan papa aku."
Tercekat, tentu saja. Dewi sampai ternganga dengan bibir sedikit terbuka. Entah setan apa yang merasuki lelaki tersebut. Dewi berusaha berontak, tetapi pelukan Devan semakin ketat membuat tubuhnya tidak bisa bergerak.
...****************...
...To Be Continued...
Apa rencana Devan, ya. Nantikan besok, ya 😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩFajar¹
doanya terkabul.dapet istri di jalan 🤣
2023-07-25
1
istri nya suga
luat biasa s devan dapat istri dari bagasi 😂😂😂😂😂😂😂😂😂
2023-06-24
0
☠ᴳᴿ🐅ɴᴇ𝐀⃝🥀⍣⃝ꉣꉣ🥑⃟🔰π¹¹
hmm rencana pa ya Devan
2023-06-17
0