Bab 2. Membawa Pengantin

...Happy Reading...

...****************...

Perjalanan dari ibu kota ke Surabaya memerlukan waktu kurang lebih 10 jam lamanya. Langit yang tadinya kelam kini terlihat menguning, karena sang fajar sudah siap menyingsing. Tiba di depan rumahnya, sudah ada Elena—sang mama yang menyambut kedatangan Devan. Sorot kerinduan terpancar dari kedua netranya yang legam.

"Ya, Allah ... akhirnya anak sulungku pulang juga," pekik Elena sambil merengkuh tubuh Devan agar masuk ke dalam pelukannya.

Devan membalas pelukan itu, hanya beberapa saat kemudian mengurai pelukan mereka. "Lebay, deh. Bukannya Devan suka pulang kalau lebaran, ya?" katanya. Tak ayal ucapan itu pun sukses membuat Devan mengaduh kesakitan, lantaran bahunya terkena serangan tangan dari sang mama yang gemas dengan kelakuan Devan.

"Masa pulangnya setahun sekali doang. Orang tua kamu masih hidup, Devan. Kamu nggak lupa, kan?" protes Elena sambil memasang wajah cemberut. Kedua tangannya pun dilipat di depan dada.

Devan menyengir kuda sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, "Udah, dong, Ma. Yang penting, kan, Devan udah pulang sekarang. Devan kangen Mama, kok," tutur Devan. Senyum Elena pun mengembang sempurna.

"Mama juga kangen kamu, Nak," ucap Elena.

"Devan nggak disuruh masuk, nih?" tukas Devan tidak mau memperpanjang perbincangannya dengan sang mama.

"Ah, iya. Ayo, masuk, Nak! Kamu pasti capek semalaman berkendara." Elena pun menggiring tubuh anaknya masuk ke rumah.

"Mas Devan!" Seorang gadis remaja berteriak dari atas tangga rumahnya. Secepatnya ia berlari menuruni anak tangga. Gadis itu tidak sabar untuk menemui sang kakak. Devan menyambut adik kesayangannya dengan merentangkan kedua tangan hendak memberikan pelukannya. Senyumnya tidak pernah pudar dari bibirnya. Devan begitu merindukan gadis manja yang menjadi adik kandungnya itu.

Devan sampai terhuyung ke belakang, karena gadis yang masih duduk di bangku SMA itu menghamburkan tubuhnya terlalu kencang pada tubuh Devan. "Vio, kangen sama Mas Devan," katanya manja.

Devan mendorong tubuh adiknya untuk memberikan sedikit jarak. "Mas juga kangen. Kamu apa kabar? Udah punya pacar berapa sekarang?" tanyanya menggoda sang adik.

"Masih sekolah nggak boleh pacaran!" tukas Elena dengan tegas.

Viona pun mencibir kakaknya, "Tahu, nih. Ngajarin yang nggak bener aja!" sungutnya. Padahal faktanya dia sudah punya pacar, tetapi tidak diketahui oleh orang tuanya. Devan pun tertawa, dan Viona memanyunkan bibirnya.

"Eh, oleh-oleh buat Vio mana?" tanya Viona bersemangat.

"Di bagasi. Ambil, gih!" titah Devan sambil memberikan kunci mobil pada Viona.

Viona pun meraih kunci mobil tersebut, lalu bergegas ke luar menuju mobil Devan, sedangkan Devan dan Elena duduk berdampingan di sofa ruang keluarga.

"Papa mana, Ma?" tanya Devan.

"Lagi mandi," jawab sang mama.

Devan hanya ber'oh' tanpa suara sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Berkendara semalaman membuat tubuhnya terasa letih dan lunglai. Ia memijat pelipisnya untuk mengurangi rasa pusing yang menderanya.

"Kamu pasti ngantuk, ya?"

Devan mengangguk menanggapi pertanyaan mamanya.

"Sebelum kamu istirahat, mama boleh bicara sebentar?" tanya Elena lagi.

Devan memicingkan kedua mata. Sepertinya ada perkataan serius yang ingin diucapkan mamanya.

"Boleh. Mama mau bicara apa?" tanyanya penasaran. Devan pun menegakkan badan.

"Gini ... tapi kamu harus janji nggak bakal marah sama mama."

"Iya, tentang apa dulu?" Devan semakin penasaran.

"Sebenarnya ... mama nyuruh kamu pulang karena ... besok kita mau melamar anak gadisnya Pak Utomo ...." Suara Elena tersendat karena takut anaknya akan tersinggung dengan usulan mereka.

"Apa, melamar? Buat siapa? Buat Papa? ... aduh!" Saking terkejutnya, Devan memotong perkataan Elena. Ia juga berhasil mendapatkan hadiah pukulan dari sang mama karena bicara sembarangan. Kali ini yang kena di bagian kepalanya.

"Enak aja kalau ngomong! Buat kamu, lah," sanggah mamanya.

"Hah! Buat aku?" Devan terbelalak mata sambil menunjuk hidungnya sendiri.

"Iya, buat siapa lagi. Memangnya mau sampai kapan kamu terus menjomlo kayak gini, hah? Mama udah pengen punya mantu terus punya cucu."

"Tapi Ma—"

"Nggak ada tapi-tapi. Pokoknya kamu harus setuju! Paling nggak, lihat calonnya dulu lah. Kali aja kamu suka," tukas Elena memotong perkataan Devan yang hendak menyanggahnya.

Namun, belum sempat Devan menanggapi perkataan sang mama, teriakan Viona membuat perhatian keduanya tersita.

"Mama, Papa ... Mas Devan pulang bawa pengantin!" Viona berteriak sembari menuntun seorang perempuan.

Keduanya pun beranjak berdiri memperhatikan kedatangan Viona yang diikuti oleh seorang perempuan yang dibalut pakaian pengantin lengkap dengan sanggul di kepalanya. Namun, sebagai seorang pengantin sungguhan, penampilan perempuan itu sungguh tidak memuaskan. Penampilannya begitu lusuh dan acak-acakan. Sanggulnya sudah miring ke kanan, riasannya juga sudah sedikit pudar. Baju yang dipakainya pun lecek dan berantakan.

Dua pasang mata milik Devan dan Elena memindai penampilan pengantin perempuan yang tak lain adalah Dewi Anggraeni. Perempuan itu yang bersembunyi di bagasinya Devan saat malam tadi. Dewi hanya bisa tersenyum kikuk sambil meremat jari.

"Dia siapa, Vio?" tanya Elena dengan kening berkerut dalam, sedangkan Devan masih terdiam.

"Namanya Mbak Dewi, Ma. Tapi Vio nggak tahu dia siapanya Mas Devan. Ditanya tentang itu malah diem aja dari tadi. Tanya Mas Devan aja, deh, soalnya ketemu di bagasi." Seperti orang linglung, Dewi masih diam saat Viona berkata seperti itu.

Kerutan di kening Elena semakin terlihat jelas. Perempuan yang sudah melahirkan Devan itu pun menoleh pada sang anak yang masih bergeming di tempatnya. Tatapan mata lelaki itu masih tertuju pada pengantin perempuan yang tengah tertunduk malu.

"Devan, dia siapa?"

Pertanyaan sang mama membuat Devan terjaga, lalu menoleh pada mamanya. Tatapannya terlihat bingung, tetapi sesaat pikirannya kembali mengingat perkataan Elena sebelumnya, jika besok dirinya akan dijodohkan dengan perempuan yang belum pernah ditemuinya.

Otak Devan berputar cepat mencari ide cemerlang, pandangannya pun beralih Dewi dan mamanya bergantian. Kemudian satu rencana pun berhasil ditemukan. Lelaki itu mengabaikan pertanyaan mamanya, lantas berjalan mendekati Dewi dengan senyum mengembang.

Dewi yang ketakutan tubuhnya sampai gemetaran. Ia yang tak lagi menunduk, kini menatap Devan. Keduanya pun terlibat adu pandang, membuat jantung Dewi berdebar begitu kencang.

Namun, tanpa disangka-sangka Devan malah memeluk tubuh Dewi. Dengan nada lembut dia pun berkata, "Aduh, Sayang. Kamu kenapa kamu bandel banget, sih? Sampai nekat ikut aku pulang dan sembunyi di bagasi. Aku, kan, udah bilang, tunggu di rumah dulu. Belum waktunya ngasih kejutan buat mama dan papa aku."

Tercekat, tentu saja. Dewi sampai ternganga dengan bibir sedikit terbuka. Entah setan apa yang merasuki lelaki tersebut. Dewi berusaha berontak, tetapi pelukan Devan semakin ketat membuat tubuhnya tidak bisa bergerak.

...****************...

...To Be Continued...

Apa rencana Devan, ya. Nantikan besok, ya 😂

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩFajar¹

🍭ͪ ͩFajar¹

doanya terkabul.dapet istri di jalan 🤣

2023-07-25

1

istri nya suga

istri nya suga

luat biasa s devan dapat istri dari bagasi 😂😂😂😂😂😂😂😂😂

2023-06-24

0

☠ᴳᴿ🐅ɴᴇ𝐀⃝🥀⍣⃝ꉣꉣ🥑⃟🔰π¹¹

☠ᴳᴿ🐅ɴᴇ𝐀⃝🥀⍣⃝ꉣꉣ🥑⃟🔰π¹¹

hmm rencana pa ya Devan

2023-06-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Bersembunyi
2 Bab 2. Membawa Pengantin
3 Bab 3. Dewi Fortuna
4 Bab 4. Satu Bulan
5 Bab 5. Kehendak Tuhan
6 Bab 6. Sudah Siap
7 Bab 7. Setuju
8 Bab 8. Kagum
9 Bab 9. Digigit Ular
10 Bab 10. Mengingat Ibu
11 Bab 11. Minta Tolong
12 Bab 12. Tidur di Sofa
13 Bab 13. Membuat Perhitungan
14 Bab 14. Memutuskan Kerja Sama
15 Bab 15. Saling Menyalahkan
16 Bab 16. Terkesima
17 Bab 17. Mengendap-endap
18 Bab 18. Disandera
19 Bab 19. Dalang Kejahatan
20 Bab 20. Janji
21 Bab 21. Sudah Terungkap
22 Bab 22. Ketahuan
23 Bab 23. Gusar
24 Bab 24. Sebatas Angan
25 Bab 25. Selamat Tinggal
26 Bab 26. Patah Hati
27 Bab 27. Kecelakaan
28 Bab 28. Membayar Hutang
29 Bab 29. Menemui Juragan
30 Bab 30. Rentenir Kejam
31 Bab 31. Devan?
32 Bab 32. Menikung
33 Bab 33. Amnesia
34 Bab 34. Jatah Pagi
35 Bab 35. Khawatir
36 Bab 36. Harus jujur
37 Bab 37. Tidak Menerima Kenyataan
38 Bab 38. Obat Tidur
39 Bab 39. Akan Berguna
40 40. Merasa Bersalah
41 Bab 41. Cemburu
42 Bab 42. Satu-satunya Cara
43 Bab 43. Menikah
44 Bab 44. Mengajak ke Pesta
45 Bab 45. Angga Saputra
46 Bab 46. Pesta Kejutan
47 Bab 47. Menghilang
48 Bab 48. Tidak Tahu Apa-Apa
49 Bab 49. Si Pelaku
50 Bab 50. Harus Bercerai
51 Bab 51. Rencana Kabur
52 Bab 52. Seperti Kerasukan
53 Bab 53. Ingin Membantu
54 Bab 54. Lebih Akrab
55 Bab 55. Mengulur Benang Merah
56 Bab 56. Mengintai
57 Bab 57. Putar Haluan
58 Bab 58. Mengejar
59 Bab 59. Balas Dendam
60 Bab 60. Saling Bertolak Belakang
61 Bab 61. Kedatangan Keluarga
62 Bab 62. Dibayar Lunas
63 Bab 63. Pulang
64 Bab 64. Surat Izin
65 Bab 65. Salah Tingkah
66 Bab 66. Pebinor
67 Bab 67. Cetak Gol
68 Bab 68. Lingerie Merah
69 Bab 69. Keceplosan
70 Bab 70. Curiga
71 Bab 71. Minta Maaf
72 Bab 72. Ceraikan Aku!
73 Bab 73. Takdir Tuhan
74 Bab 74. Belum Selesai
75 Bab 75. Simalakama
76 Bab 76. Bukan Jodoh
77 Bab 77. Kencan
78 Bab 78. Kencan Kedua
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1. Bersembunyi
2
Bab 2. Membawa Pengantin
3
Bab 3. Dewi Fortuna
4
Bab 4. Satu Bulan
5
Bab 5. Kehendak Tuhan
6
Bab 6. Sudah Siap
7
Bab 7. Setuju
8
Bab 8. Kagum
9
Bab 9. Digigit Ular
10
Bab 10. Mengingat Ibu
11
Bab 11. Minta Tolong
12
Bab 12. Tidur di Sofa
13
Bab 13. Membuat Perhitungan
14
Bab 14. Memutuskan Kerja Sama
15
Bab 15. Saling Menyalahkan
16
Bab 16. Terkesima
17
Bab 17. Mengendap-endap
18
Bab 18. Disandera
19
Bab 19. Dalang Kejahatan
20
Bab 20. Janji
21
Bab 21. Sudah Terungkap
22
Bab 22. Ketahuan
23
Bab 23. Gusar
24
Bab 24. Sebatas Angan
25
Bab 25. Selamat Tinggal
26
Bab 26. Patah Hati
27
Bab 27. Kecelakaan
28
Bab 28. Membayar Hutang
29
Bab 29. Menemui Juragan
30
Bab 30. Rentenir Kejam
31
Bab 31. Devan?
32
Bab 32. Menikung
33
Bab 33. Amnesia
34
Bab 34. Jatah Pagi
35
Bab 35. Khawatir
36
Bab 36. Harus jujur
37
Bab 37. Tidak Menerima Kenyataan
38
Bab 38. Obat Tidur
39
Bab 39. Akan Berguna
40
40. Merasa Bersalah
41
Bab 41. Cemburu
42
Bab 42. Satu-satunya Cara
43
Bab 43. Menikah
44
Bab 44. Mengajak ke Pesta
45
Bab 45. Angga Saputra
46
Bab 46. Pesta Kejutan
47
Bab 47. Menghilang
48
Bab 48. Tidak Tahu Apa-Apa
49
Bab 49. Si Pelaku
50
Bab 50. Harus Bercerai
51
Bab 51. Rencana Kabur
52
Bab 52. Seperti Kerasukan
53
Bab 53. Ingin Membantu
54
Bab 54. Lebih Akrab
55
Bab 55. Mengulur Benang Merah
56
Bab 56. Mengintai
57
Bab 57. Putar Haluan
58
Bab 58. Mengejar
59
Bab 59. Balas Dendam
60
Bab 60. Saling Bertolak Belakang
61
Bab 61. Kedatangan Keluarga
62
Bab 62. Dibayar Lunas
63
Bab 63. Pulang
64
Bab 64. Surat Izin
65
Bab 65. Salah Tingkah
66
Bab 66. Pebinor
67
Bab 67. Cetak Gol
68
Bab 68. Lingerie Merah
69
Bab 69. Keceplosan
70
Bab 70. Curiga
71
Bab 71. Minta Maaf
72
Bab 72. Ceraikan Aku!
73
Bab 73. Takdir Tuhan
74
Bab 74. Belum Selesai
75
Bab 75. Simalakama
76
Bab 76. Bukan Jodoh
77
Bab 77. Kencan
78
Bab 78. Kencan Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!