Terjebak Dalam Hasrat Yang Salah 2
Pagi itu, matahari tak menunjukkan sinarnya. Rintik hujan pun mulai turun membasahi dedaunan. Seorang wanita yang berada di kursi rodanya menatap ke arah jendela, dengan pandangannya yang kosong.
"Istriku ...."
Sebuah tangan melingkar di lehernya. Seorang pria bergelayut manja, menciumi ceruk lehernya. Pria yang pernah mengucapkan sebuah sumpah, janji setia di hadapan penghulu. Pria yang awalnya menjanjikan sesuatu yang manis, justru membawanya ke dalam lubang hitam yang paling dalam. Menjerumuskannya, membuatnya tersiksa batin.
Saat raganya sehat dulu, pria inilah yang selalu melontarkan sebuah cacian kepadanya. Dengan sengaja berselingkuh di depan matanya hanya agar membuat wanita yang kini dengan pandangan kosongnya itu perlahan hancur.
Dan setelah ia benar-benar hidup bagaikan patung, pria yang sudah hampir satu tahun menjadi suaminya ini memperlakukannya dengan begitu manis, yang entah mungkin saja itu semua hanyalah sekedar tipuan belaka agar ia melancarkan kembali aksinya untuk menyiksa wanita lemah yang saat ini hanya terdiam dengan tatapan kosongnya.
"Siang ini, aku harus ke kantor. Sebenarnya aku sangat tidak ingin meninggalkanmu sendiri. Haruskah aku membawamu?" tanya pria itu pada sang istri yang sedari tadi hanya terdiam membisu.
"Haha ... tidak! Aku tidak akan membawamu dan membuatmu menjadi kelelahan karena harus menemaniku. Dan saat ini, ku harap kamu bisa lebih menjaga kandunganmu. Aku ingin menjadi seorang ayah, aku ingin menimang darah dagingku," ucapnya lagi.
Ia berjongkok tepat di depan sang istri, lalu kemudian mengusap perut istrinya yang rata. Dulu, ia sangat senang mendapatkan kabar bahwa istrinya sedang mengandung darah dagingnya. Namun, sangat disayangkan, karena kelalaian pria itu, istrinya pun harus keguguran. Dan saat ini, pria bernama Bara, selalu mengharap kembali mendapatkan kabar baik itu.
"Aku berjanji, jika kamu kembali mengandung anak kita, aku akan menjagamu dan menjaganya dengan baik. Ini semua salahku, karena kemarin terlalu sering meninggalkanmu sendirian," lanjut pria itu.
"Rosa, aku mencintaimu." Ia beranjak dari posisinya, lalu kemudian memberikan sebuah kecupan hangat tepat di kening istrinya itu.
Bara memanggil pelayan yang beberapa bulan terakhir ia percayakan untuk menjaga sang istri. Sementara pelayan yang lama, langsung ia pecat saat mendapati Rosa mengalami keguguran kemarin.
"Bibi, tolong jaga istri saya dengan baik. Saya tidak ingin Rosa terluka sedikit pun. Jika saya temukan ada sedikit goresan luka di tubuhnya, maka saya tak segan-segan akan memecat serta menuntut bibi!" tukas pria itu dengan wajah garangnya memperingatkan kepada pelayan tersebut.
"Baik, Tuan." Sang pelayan mengangguk paham akan perintah dari majikannya itu.
"Rosa, aku berangkat kantor dulu," ujar Bara sembari mengusap puncak kepala sang istri dengan lembut. Setelah melakukan hal itu, ia pun langsung melangkah pergi dari sana, meninggalkan sang istri bersama dengan pelayannya.
Bara memasuki mobilnya. Ia membunyikan klakson kendaraannya sebelum akhirnya pria itu benar-benar keluar dari pagar rumah.
Setelah kepergian Bara, pelayan itu pun langsung mendorong kursi roda Rosa, membawa wanita itu ke dalam. Sesampainya di dalam kamar, Rosa langsung mengangkat tangannya, dan sedikit menggerakkan bagian jemarinya itu, menandakan bahwa si pelayan sudah saatnya untuk keluar dari kamar tersebut.
Pelayan itu mengerti, ia pun langsung menundukkan kepalanya dengan hormat, sebelum pergi dari kamar tersebut.
Ceklek ....
Pintu telah tertutup, kini wanita yang berada di atas kursi roda itu hanya sendirian di dalam kamarnya.
Satu kakinya ia pijakkan ke lantai, diikuti dengan kaki yang sebelahnya lagi. Wanita itu berdiri dengan sempurna, lalu kemudian meregangkan tubuhnya yang terasa kaku akibat berjam-jam berada di atas kursi roda.
"Aku ingin menghentikan sandiwara ini. Namun, tidak mudah bagiku mendapatkan perhatian yang cuma-cuma dari pria yang menyandang sebagai status suamiku," gumamnya sembari menggerakkan lehernya ke kiri dan ke kanan.
"Suami? Hahaha ... panggilan konyol apa itu?" lanjutnya menutup mulut seraya tertawa.
"Suami gadungan? Aku tidak akan termakan lagi dengan kata-kata manis dari pria itu. Tak akan pernah! Cukup kemarin saja, ia melukaiku dengan sesuka hatinya, setelah aku berada di atas kursi roda, dengan hidupku yang telah kacau, baru ia mengatakan bahwa ia menyesali perbuatannya dulu."
"Bulsyitt! Aku tidak akan pernah mempercayainya lagi," lanjut Rosa dengan tatapan nyalangnya.
Rosa berjalan menuju ke meja kerja Bara, ia melihat beberapa berkas yang pernah Bara minta dari sang asisten. Berkas dimana dirinya yang memang dinyatakan anak dari Tina, ibu tiri Rosa. Wanita yang tak lain adalah akar dari segala permasalahan yang timbul.
Karena Tina, hidup Rosa jadi berantakan. Wanita yang merupakan mantan selingkuhan dari ayahnya Bara itu, sengaja menyeretnya ke dalam jurang ini dengan memberikan sebuah liontin yang tak lain adalah pemberian ayah Bara dulunya.
"Setelah mengetahui bahwa semua ini telah terencana, aku mulai berpikir akan membalas semua perbuatan mereka yang telah menyakitiku. Tak terkecuali dengan Bara."
"Pria ini lah yang awalnya membuatku jatuh cinta dan pada akhirnya menggoreskan luka yang teramat perih padaku," lanjut Rosa, wanita itu berucap dengan mata yang berkaca-kaca.
"Mungkin ia tak pernah tahu, bahwa aku tidak sudi memiliki anak dari pria yang telah menghancurkan hidupku. Dia bahkan tidak tahu, aku sengaja menggugurkan kandungan ku hanya untuk membalaskan apa yang ia perbuat kepadaku. Karena jika aku memiliki seorang anak dari pria b*jingan itu, semua pembalasan itu tak akan tersalurkan. Dan pada akhirnya, aku akan kembali menjadi wanita lemah yang terus menerus ia siksa," ujar Rosa bermonolog.
Wanita itu meraih foto pernikahan yang berukuran 5R, berada di atas meja kerja Bara. Rosa menatap potret tersebut dengan seksama.
"Dulu, aku memberikan hatiku sepenuhnya padamu. Namun, kali ini aku tak bisa lagi memberikannya padamu, karena kamu sudah menghancurkan kepercayaanku." Rosa menghapus air mata yang jatuh di pipinya dengan gerakan yang begitu anggun.
Dengan seiring berjalannya waktu, Rosa bukanlah lagi wanita lugu yang seperti dulu. Diamnya Rosa, justru membuat ia terlihat menjadi wanita yang lebih elegan. Menghadapi sesuatu tak lagi dengan menggunakan perasaan, melainkan dengan akal sehat yang ia miliki.
Rosa tersenyum smirk menatap foto pria yang ada di foto itu. Ia pun kembali meletakkan foto tersebut ke tempat semula. Memilih berjalan ke arah jendela dengan melipat kedua tangannya di depan.
"Hari yang buruk," ucap Rosa yang melihat suasana pagi ini benar-benar suram. Tak ada matahari yang muncul sama sekali.
Rosa meraih ponselnya, menghubungi seseorang yang beberapa bulan ini menjadi kepercayaannya.
"Tolong manipulasi semua cctv yang ada di rumah ini. Kamu tahu kan yang seperti biasanya?" tanya Rosa dengan mengangkat alisnya sebelah.
"Tentu saja, Nyonya."
Setelah mendapatkan jawaban dari seseorang yang berada di seberang telepon, ia pun langsung memutuskan panggilan tersebut.
Rosa tersenyum puas, berjalan dengan santai untuk keluar dari kamar itu, tanpa bantuan kursi roda seperti yang ia lakukan saat bersama dengan suaminya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
tari
ngus
2023-07-14
0
Putri Minwa
😖😖😖
2023-07-13
1
⏤͟͟͞R Kodok Terbang 🦟
wah karya baru ya mbu,,,,kaya nya seru nih
2023-06-03
4