Bab 4. Penyesalan Terbesar

Bara dan Rosa kini berada di kamar mereka. Pria itu meletakkan Rosa ke atas kasur dengan sangat hati-hati. Saat dirinya hendak berbaring di sebelah Rosa, tiba-tiba ponsel bara berbunyi. Pria itu pun segera mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, ...." Bara mengangkat panggilan tersebut dan menuju ke balkon agar berbicara d

-engan leluasa. Sebelum meninggalkan Rosa sendirian, Bara masih sempat untuk mengusap rambut Rosa dengan lembut.

"Halo, Nak. Bagaimana kabarmu di sana?" tanya Amran, yang tak lain adalah ayah dari Bara.

"Baik. Bagaimana kabar ayah dan ibu?" Bara balik bertanya.

"Kami juga baik, Nak. Bagaimana dengan istrimu? Apakah sudah ada kemajuan?" tanya Amran.

"Sejauh ini masih belum, Yah. Kemarin dia menunjukkan beberapa perubahan. Namun, setelah kejadian kami kehilangan bayi kami, membuat Rosa kembali terpukul," jelas Bara.

"Ibu, apakah ibu masih suka mengamuk?" lanjut Bara yang menanyakan tentang kabar wanita yang telah melahirkannya.

"Seperti biasa, dia sesekali akan mengamuk dan membahas tentang kesalahan ayah di masa lalu. Maafkan ayah karena telah menorehkan luka yang begitu dalam pada kalian. Hingga akhirnya, kamu membalaskan dendam pada orang yang salah, yaitu istrimu." Mendengar penuturan dari ayahnya, membuat Bara pun merenungi semua kesalahannya terhadap Rosa.

"Ini juga bukan sepenuhnya salah ayah. Dulu, aku tidak mengetahui cerita yang sebenarnya, hingga aku membenci ayah teramat dalam hingga istriku yang menjadi pelampiasannya. Terima kasih, karena ayah sudah mau merawat dan membesarkan aku seperti anak ayah sendiri," tutur Bara dengan penuh sesal.

"Tidak apa-apa, Nak. Hanya satu yang ayah pinta darimu. Cintailah dan sayangilah istrimu dengan sepenuh hati. Jangan lagi lukai hatinya atau pun batinnya. Kamu bisa belajar dari ayah, berselingkuh dari ibumu adalah kesalahan terbesar yang ayah lakukan di masa lalu," ujar Amran panjang lebar.

Bara menunduk, lalu kemudian menganggukkan kepala. "Iya, Yah. Akan aku ingat selalu ucapan ayah. Aku titip ibu ya, Yah."

"Tentu saja, Nak. Sudah tugas ayah mengurus ibumu di sini. Kamu juga, harus mencerna baik-baik ucapan ayah. Tidak boleh lagi menyakiti Rosa. Tina, dia bukanlah ibu kandung Rosa. Lagi pula, menyimpan dendam terlalu lama tidak akan baik untuk dirimu sendiri," ujar Amran.

"Iya, Yah."

"Ya sudah, kalau begitu ayah tutup dulu teleponnya. Ibumu sudah memanggil ayah," ucap Amran.

"Hmmm ...." Bara menimpali seraya mengangguk.

Tak lama kemudian, panggilan pun terputus. Bara menyimpan ponselnya ke dalam saku. Pria itu meletakkan kedua sikunya, bertumpu pada besi penyangga di balkon.

Kejadian yang dulu, saat dimana ia dengan sengaja mendekati Rosa, hanya untuk balas dendam karena ibu Rosa yang telah menghancurkan kehidupan harmonis keluarga Bara. Muncul diantara mereka hanya sebagai benalu.

Dan setelah mengetahui bahwa Rosa bukanlah anak kandung Tina, membuat Bara pun menyesali perbuatannya. Di tambah lagi, saat ia tahu awal dari mula perselingkuhan tersebut adalah karena ibunya, membuat Bara benar-benar terpukul. Pria yang ia panggil ayah bukanlah orang tua biologisnya. Diana, ibu Bara sebelumnya hamil di luar nikah. Dan itu lah yang menyebabkan Amran berselingkuh.

"Kehidupanku cukup rumit. Apakah suatu saat nanti aku bisa kembali menatanya dengan baik. Istriku, wanita yang tak bersalah itu, harus menanggung dosanya. Menanggung sebuah kesalahan yang tak seharusnya tak ku limpahkan padanya," gumam Bara sembari memijat keningnya.

Di waktu yang bersamaan, Rosa mendengkus kesal saat mengingat bagaimana suaminya menjamah tubuhnya saat di kamar mandi tadi.

"Melihat wajahnya saja sudah membuatku kesal. Aku sangat membenci pria itu! Tidak ada lagi yang tersisa untuknya. Rasaku yang kemarin, kini telah berubah menjadi sebuah kebencian yang begitu besar," batin Rosa.

"Ini tidak bisa. Mulai besok, aku harus minta dokter tersebut memberikan aku obat penunda kehamilan. Aku tidak ingin memiliki darah daging dari pria itu! Aku tidak mau!!" geram Rosa yang tak mampu terucap oleh bibirnya.

Tak lama kemudian, ia melihat Bara yang baru saja muncul dari balik pintu yang menuju ke balkon. Rosa kembali memasang wajahnya tanpa ekspresi.

"Maafkan aku, Istriku. Membuatmu cukup lama menunggu. Ayo kita tidur, Sayang. Hari sudah malam," ucap Bara sembari memberikan kecupan lembut di kening Rosa.

Terkadang Rosa terenyuh dengan ucapan suaminya. Namun, sesaat kemudian Rosa tersadar, bahwa tujuannya bersandiwara hingga sampai saat ini yaitu untuk membalas dendam atas rasa sakitnya yang kemarin.

"Aku tak akan tergoda dengan apa yang kamu katakan. Hatiku telah beku, dan cintaku telah mati. Aku bukanlah Rosa yang kemarin, yang bisa semudah itu engkau bodohi," batin Rosa.

"Maafkan aku, Rosa. Aku bersungguh-sungguh, akan mencintaimu sepenuh hati. Aku juga akan merawatmu dan menyembuhkan luka yang pernah aku torehkan. Aku menyesal! Aku benar-benar menyesal," batin Bara sembari memeluk erat tubuh sang istri.

Isi hati kedua pasangan suami istri itu saling bertentangan. Rosa yang memilih untuk tidak mencintai suaminya lagi. Sementara Bara, pria ini merasa menyesal dan berencana untuk menyembuhkan luka sang istri yang ia torehkan kemarin.

.....

Keesokan harinya, seperti biasa. Bara dan Rosa melakukan aktivitasnya. Sebelum berangkat bekerja, Bara pasti memandikan serta mengajak sarapan sang istri, layaknya seorang bayi.

"Selesai. Kamu terlihat sangat cantik, Istriku." Bara memandang istrinya dengan takjub. Wajah Rosa yang semakin hari semakin membuatnya tergila-gila.

Bara tak menampik, jika dulunya ia memang menyukai Rosa. Hanya saja, rasa suka itu ia pergunakan untuk mengelabui wanita tak bersalah itu agar rasa dendam uang yang ia pendam pun terlampiaskan.

Sekarang, Bara tak lagi memiliki dendam apapun pada Rosa. Ia ingin menjalani hidup yang normal. Damai bersama dengan Rosa yang selalu ada di sisinya.

Setelah keduanya tampak rapi, Bara membawa Rosa keluar dari kamar. Ia langsung mendorong kursi roda tersebut menuju ke meja makan. Para pelayan sudah berbaris menyambut kedatangan mereka dengan hormat.

Bara mengambilkan makanan untuk Rosa, lalu menyuapi sang istri dengan sangat hati-hati. Ia tidak ingin Rosa tersedak nantinya karena ulahnya. Sebisa mungkin, Rosa tak lagi terluka sedikit pun karenanya.

Sarapan telah selesai, Bara membawa Rosa ke luar. Salah satu pelayan yang dipercayakan untuk mengasuh Rosa pun mengikuti keduanya.

"Sayang, aku berangkat dulu ya. Kamu hati-hati di rumah. Aku sayang kamu," ucap Bara mencium kening sang istri.

Tak ada tanggapan dari Rosa, karena memang wanita itu tengah mendalami perannya.

"Bi, saya.titip dulu ya. Tolong jaga Rosa dengan baik," titah Bara.

"Siap, Tuan." Sang pelayan pun mengangguk patuh.

Bara menuju ke mobilnya. Ia membunyikan klakson terlebih dahulu sebelum benar-benar pergi meninggalkan tempat tersebut.

Setelah melihat kepergian Bara, dengan cepat Rosa menghubungi orang yang ia percayai untuk memanipulasi kembali cctv yang ada di rumah. Setelah melakukan hal tersebut, ia langsung menoleh ke samping, melihat pelayannya yang sudah siap siaga.

"Tolong kamu minta pada dokter langganan ku agar dia mengantarkan obat yang biasa aku minum," ucap Rosa.

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!