Bab 3. Luka Yang Sama

Rosa mendapatkan kabar bahwa Bara sedang dalam perjalanan menuju ke rumah. Wanita itu kembali memainkan perannya. Ia langsung ke kamar, duduk di atas kursi roda dan bersandiwara seolah dirinya sudah kehilangan sebuah gairah untuk hidup.

Di depan suaminya, hanya ini lah yang bisa dilakukan oleh Rosa. Ia tak ingin memperlihatkan dirinya yang sudah sehat dengan begitu mudah. Karena bagaimana pun juga, Rosa merasa bahwa inilah peluang baginya untuk melampiaskan luka yang pernah ditorehkan oleh Bara, dengan cara menambah luka yang sama pada pria itu.

Semua pelayan pun juga mulai memasang ekspresi yang biasa-biasa saja. Melakukan pekerjaannya masing-masing tanpa menghiraukan Rosa. Kecuali satu pelayan yang memang ditugaskan untuk menjaga Rosa dengan baik.

CCTV yang awalnya dimanipulasi, kini telah dikembalikan seperti semula. Permainan yang dilakukan oleh Rosa benar-benar bersih.

Dulu, Bara sempat pernah curiga tentang sandiwara Rosa. Dan kini, setelah mereka kembali kehilangan buah hatinya, membuat Bara pun tak menaruh rasa curiga apapun terhadap sang istri. Bisa saja, karena kehilangan bayi tersebut, Rosa kembali kambuh. Ditambah lagi dengan cctv yang selalu menunjukkan aktivitas Rosa yang hanya duduk di atas kursi roda saja.

Bara tak mengetahui semua itu. Padahal, semua itu adalah akal licik Rosa yang mencoba bermain bersih tanpa ketahuan sedikit pun pada istrinya.

Saat ini Rosa sudah memasang wajah tanpa ekspresi dengan sebaik mungkin. Mendalami perannya agar terlihat sangat natural, tanpa cacat sedikit pun.

Dua puluh menit ia menunggu dengan posisi yang tak bergerak sama sekali, tentu saja hal itu menjadi terbiasa baginya karena memang hampir satu tahun ini, ia juga melakukan hal yang sama. Jika orang lain, bisa saja ia akan merasa keram atau pun pegal-pegal.

Selang beberapa saat, mobil yang dikendarai oleh Bara pun tiba di pekarangan rumah. Pria itu turun dari mobilnya, dan segera menuju ke pintu masuk.

"Istriku, ...." Saat melihat keberadaan Rosa di ruang tengah, Bara langsung menghampiri istrinya dan memberikan kecupan pada pipi kiri dan kanan sang istri.

"Aku sangat senang melihatmu menungguku seperti ini," ujar Bara seraya mengembangkan senyumnya.

"Siapa pula yang menunggu kamu pulang. Aku sangat berharap jika kamu segera mati saja!" batin Rosa berbicara. Entah mengapa ia sangat muak melihat Bara, apalagi senyum kepalsuan yang diperlihatkan oleh pria itu kepadanya, membuat Rosa merasa ingin muntah saja.

"Bi, tolong siapkan makan malam. Setelah mandi, aku dan Rosa akan langsung makan malam," titah Bara.

"Baik, Tuan." Pelayan tersebut mengangguk paham. Ia sedikit menunduk, pamit undur diri dari hadapan kedua majikannya itu.

Bara mengusap puncak kepala sang istri dengan lembut, pria itu berjongkok tepat di hadapan Rosa.

"Kita mandi dulu ya, Sayang. Setelah itu baru sarapan," ujar Bara yang kembali beranjak, dan mendorong kursi roda Rosa menuju ke kamar mereka.

Sesampainya di sana, Bara meletakkan tas kerja yang masih ada di tangannya. Pria tersebut lalu kemudian berjalan kembali menghampiri sang istri.

"Kita mandi dulu ya, Sayang."

Bara mulai melepas satu persatu pakaian yang ada di tubuh Rosa. Sementara wanita itu hanya pasrah, membiarkan pria yang amat ia benci itu melihat tubuhnya yang polos. Dirinya sudah telanjur dirusak. Jadi, hal seperti ini tak lagi ia permasalahkan. Asalkan satu hal, luka yang ia alami harus dibayar dengan luka pula. Dan dibalik semua itu, tentunya pasti ada sebuah pengorbanan besar yang harus dialami oleh Rosa.

Bara juga ikut melepas seluruh pakaiannya. Pria tersebut langsung membawa Rosa, menggendong sang istri ala bridal style.

Tatapan Bara tampak begitu memuja saat melihat tubuh Rosa yang tak memakai sehelai benang pun. Membuat sesuatu yang ada di bawah sana memberontak, meronta-ronta untuk minta dituntaskan hasratnya.

Bara mulai menyentuh kulit Rosa, membuat wanita tersebut sedikit merinding. Saat Bara mulai menjamahnya, Rosa selalu mengumpat dalam hati. Ingin sekali ia membunuh Bara saat itu juga. Namun, Rosa masih menunggu waktu yang tepat untuk melakukan aksinya.

Setelah menuntaskan hasratnya, diakhiri dengan mencium kening Rosa, Bara pun langsung membilas tubuh sang istri dengan air hangat, membersihkannya dari sisa hasil perbuatannya tadi.

"Ku harap, suatu saat nanti aku kembali mendengar berita tentang kehamilanmu. Sungguh, aku menantikan hal itu," ujar Bara.

"Jangan harap kamu akan mendapatkan berita itu, Bara. Bagaimana pun juga, aku akan selalu melakukan berbagai cara agar aku tidak mengandung benih darimu. Jika aku telah memiliki keturunan denganmu, mulai dari sana lah semua rencana yang telah aku susun akan sia-sia. Aku tidak mau lagi menjadi bodoh karenamu. Aku juga tidak ingin hatiku kembali luluh pada sosok bajingan yang ada di depanku ini," batin Rosa.

"Aku mencintaimu, Rosa. Aku tidak akan menyakitimu. Aku berjanji akan hal itu," ujar Bara melanjutkan kalimatnya.

"Dan aku ... aku sangat membencimu, Bara! Sampai kapan pun aku akan tetap membencimu!! Kamu telah menghancurkan hidupku!" batin Rosa lagi.

Rasa bencinya terhadap sang suami, membuat Rosa tak menginginkan kebaikan Bara lagi. Pria tersebut bersikap demikian, tentunya hanya bersifat sementara saja. Jika ia tahu, Rosa sebenarnya sudah sembuh total, mungkin Bara akan kembali menyiksa Rosa dan melukai batinnya. Dan Rosa tidak ingin hal itu terjadi lagi. Cukup kemarin ia dibodohi oleh Bara.

Bara memandikan Rosa, mengusap tubuh sang istri dengan begitu lembut. Setelah cukup lama berada di dalam kamar mandi, keduanya pun keluar dengan kondisi yang lebih segar dari sebelumnya.

Bara menyiapkan pakaian untuk Rosa. Memasangkannya ke tubuh wanita tersebut satu persatu. Setelah Rosa selesai di pasangkan baju dan juga dirapikan rambutnya, Bara pun mulai mencari setelan tidur untuk ia pakai. Setelah semuanya selesai, pria itu kembali meletakkan sang istri di atas kursi rodanya. Mendorong benda tersebut untuk membawanya menuju ke meja makan.

Semua pelayan berdiri rapi menyambut kedatangan Bara dan juga Rosa. Sudah cukup lama mereka menunggu majikannya di sana. Namun, apa boleh buat? Mereka harus melatih rasa sabar yang begitu besar. Selain tekanan dari Bara, mereka juga mendapatkan tekanan yang cukup besar dari Rosa.

Bara dan Rosa melewati para pelayan yang menunduk hormat. Hingga akhirnya, pria itu terhenti saat benar-benar berada di depan meja makan tersebut.

Bara menjatuhkan bokongnya di sana, ia langsung mengambilkan makanan untuk Rosa dan menyuapinya. Sesekali Bara tersenyum melihat istrinya. Ia mencubit pelan pipi Rosa saat makanan tersebut telah ditelan habis oleh wanita itu.

Terkadang beberapa pelayan merasa kasihan pada Bara. Bagaimana tidak? Rosa yang sebenarnya sudah pulih total. Sementara Bara yang selalu memberikan perhatian pada wanita itu, selalu saja ditipu oleh Rosa.

Namun, Rosa bersikap seperti itu karena memang Bara yang memulainya lebih dulu. Kali ini, Bara sedang merasakan sebagian dari lukanya. Dan suatu saat nanti, ia baru merasakan perihnya luka yang ditorehkan oleh Rosa, wanita yang pernah ia lukai sebelumnya.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

⏤͟͟͞R Kodok Terbang 🦟

⏤͟͟͞R Kodok Terbang 🦟

dendam apaan ya Rossa sampe merasakan sakit oleh sang suami,,,hilih mbu teka teki za

2023-06-06

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!