Rosa keluar dari kamarnya dengan penuh percaya diri. Saat melihat wanita ini keluar dari kamar, dengan cepat para pelayan pun langsung berbaris menyambutnya sembari menundukkan kepala dengan hormat.
Rosa layaknya seorang ratu di rumah itu. Berbeda dengan dirinya yang dulu, berpakaian lusuh sembari berlinang air mata untuk meratapi kesedihannya. Kini, Rosa menjadi seorang wanita yang tangguh, tak termakan lagi oleh ucapan manis suaminya. Justru sebaliknya, Rosa berniat untuk melakukan hal yang sama, menorehkan luka serta membuat hidup Bara hancur, sama seperti hidupnya dulu.
Semua pelayan yang ada di sana, memang sudah tahu jika Rosa berada di atas kursi roda itu hanyalah bersandiwara belaka. Tak satu pun dari mereka yang berani melaporkan hal ini pada Bara. Karena Rosa tak segan-segan bersikap kasar pada mereka yang sulit untuk diatur. Selagi ada kompensasi atas sandiwara itu, maka para pelayan tersebut memilih untuk tetap mengunci mulut mereka.
Rosa tampak anggun berjalan menuju ke meja makan. Hidangan pun tersaji di atas meja. Tentu saja dengan masakan yang berbeda dengan yang tadi.
Zeline mulai menyantap makanannya dengan pelan. Mengunyahnya lalu kemudian menganggukkan kepala.
"Apakah Bara pernah menanyai kalian tentang diriku?" tanya Zeline seraya menyuapkan makanan tersebut ke dalam mulutnya.
"Tidak ada, Nyonya. Tuan hanya bertanya tentang kondisi nyonya. Itu saja yang ditanyakan oleh Tuan Bara," timpal salah satu pelayan yang mewakili pelayan lainnya.
"Bagaimana dengan sandiwara ku? Apakah dia tidak mencurigainya sama sekali?" tanya Rosa.
"Curiga atau tidaknya, kami kurang mengetahui hal itu, Nyonya. Namun, Tuan tidak bertanya apapun yang menyangkut sandiwara Nyonya," jelas pelayan tersebut.
Rosa melemparkan pandangannya pada pelayan yang lainnya. "Bagaimana dengan yang lain? Tidak adakah pertanyaan tersebut dilontarkan oleh Bara?" tanya Rosa.
"Tidak ada, Nyonya." Mereka menjawab serentak sembari menggelengkan kepala.
"Bagus. Aku harap, kalian bisa menjaga mulut kalian itu. Jika sampai ada yang berkhianat, maka kalian akan tahu akibatnya nanti. Aku akan membuat hidup kalian lebih sengsara," ancam Rosa dengan penuh penekanan.
Wanita itu kembali menyantap makanannya. Sesekali ia memejamkan mata, menikmati makanan dan juga waktunya yang terbebas dari sandiwara belaka dilakoninya selama ini. Berpura-pura menjadi sosok rapuh, layaknya patung yang diberi nyawa.
Setelah menghabiskan makanannya, Rosa pun segera pergi meninggalkan meja makan. Semua pelayan pun berbagi tugas untuk melayani Rosa dengan baik. Karena sesungguhnya, jika Rosa sudah murka, maka wanita satu ini akan jauh lebih kejam dari pada suaminya, Bara.
Rosa telah berubah seratus delapan puluh derajat dari pribadi yang sebelumnya. Jika dulu, ia dikenal dengan sosok yang manis dan penurut, akan tetapi bagi Rosa semua itu kebodohannya dahulu. Kini ia bermain licik, wanita itu tak ingin kembali diperlakukan semena-mena oleh suaminya. Dan sekarang, ia harus siap siaga jika suatu saat nanti kebohongannya terbongkar. Dan tentunya, Rosa telah menyiapkan semuanya dengan sangat matang.
Selama cctv itu bisa dimanipulasi, semua aktivitas yang ia lakukan di rumah tidak akan terbaca oleh suaminya. Bisa saja, Bara diam-diam memperhatikannya dari jauh, hanya merasa penasaran apa yang tengah dilakukan oleh Rosa di rumah. Dan bisa saja, pria itu juga mencurigai istrinya.
Di lain tempat, Bara tengah berada di ruang rapat. Ia memperhatikan sebuah proyek yang akan dikembangkan oleh salah tim perusahaan, memperhatikan setiap penjelasan tersebut dengan seksama.
"Bagaimana menurut Pak Bara? Apakah bapak setuju dengan usulan yang kami buat?" tanya pria yang berpenampilan rapi dengan model rambut yang dipotong cepak.
Bara mengetuk-ngetuk mejanya, ciri khas Bara saat mencari sesuatu kesalahan atau pun berpikir keras untuk mencari sebuah usulan.
"Jika saya perhatikan, semuanya sudah tertata dengan rapi. Rencana produk yang kalian buat juga sudah cukup. Namun, aku ingin mengusulkan satu hal," ujar Bara seraya menyentuh dagunya.
"Baik Pak, Silakan." Pria itu meminta kepada atasannya itu untuk menyampaikan usulan tersebut.
"Kalau bisa, suatu produk akan berkesan di mata konsumen jika dia memiliki ciri khas tertentu. Misalnya begini, kalian tambahkan sebuah ide yang unik menjadi ciri khas dari produk yang akan kita luncurkan kali ini. Entah itu dari segi kemasan, atau keunikan lainnya. Itu saja usulan dari saya," papar Bara.
"Baik, Pak. Usulan bapak kami terima. Kami akan berusaha untuk mewujudkan dan meletakkan keunikan pada produk ini," ujar pria berambut cepak itu.
Rapat pun telah selesai. Semua yang ada di sana, bersiap untuk meninggalkan ruangan tersebut. Bara keluar dari ruangan rapat terlebih dahulu diikuti dengan asistennya yang tak lain adalah pria yang paling ia percayai, yaitu Agam.
Agam telah lama bekerja dengan Bara. Dan bahkan, saat Bara meninggalkan perusahaan, Agam juga melakukan hal yang sama demi kesetiaannya kepada Bara. Hal itu lah yang membuat Bara cukup kagum dengan Agam dan kembali menarik Agam ke perusahaan.
Setelah peristiwa terbongkarnya siapa yang salah atas perkara perselingkuhan yang menimpa keluarganya kemarin, Bara pun meminta maaf kepada ayah asuhnya, Amran. Karena kesalahpahaman yang ditimbulkan oleh ibunya kemarin.
Amran tak memiliki anak dari istrinya, Diana. Sedangkan Bara adalah anak Diana yang memang sebelumnya sudah hamil di luar nikah. Sedikit rumit, akan tetapi memang inilah yang terjadi.
Namun, Amran menyayangi Bara layaknya sebagai putranya sendiri. Dan ia pun memberikan seluruh aset perusahaannya agar diurus oleh Bara.
Awalnya Bara menolak semua itu, akan tetapi Amran terus saja memaksa hingga mau tak mau Bara pun memenuhi permintaan ayahnya.
Setelah memberikan semua asetnya kepada Bara, Amran memutuskan untuk hidup jauh dari Bara. Membawa Diana, istrinya yang pernah mengalami gangguan jiwa untuk hidup di luar negeri. Amran sengaja memboyong sang istri, agar Diana tak lagi membebani Bara. Cukup sudah Bara menderita selama ini karena ibunya. Amran juga membiarkan putranya itu fokus mengurus istrinya agar tak lagi mengalami keguguran seperti kemarin-kemarin.
Bara memasuki lift diikuti oleh asistennya. Ruangan sempit itu membawanya menuju ke lantai atas, dimana tempat ruangan Bara berada.
"Apakah kamu mempunyai pasangan? Akhir-akhir ini, ku lihat kamu tampak sibuk dengan ponselmu," celetuk Bara berbicara pada sang asisten.
"Tidak, Tuan." Agam menjawab seadanya.
"Lalu ... siapa yang kamu hubungi?" tanya Bara seraya menyipitkan matanya, ia sangat penasaran akan kehidupan sang asisten yang menurutnya cukup misterius akhir-akhir ini.
"Maaf, Tuan. Pembahasan tentang hal tersebut sudah menyimpang dari pekerjaan. Sekali lagi saya minta maaf karena tidak bisa menjelaskan. Hal itu menyangkut privasi saya," papar Agam.
Bara terkekeh mendengar perkataan Agam. Bisa-bisanya ia merasa sangat ingin tahu dengan kehidupan sang asisten. Sementara jalan hidupnya saja, belum tentu tertata rapi.
"Haha maafkan saya, Agam. Saya hanya bercanda. Lagi pula, pekerjaan itu tidak usah terlalu tegang dan serius. Melihat ekspresi yang kamu tunjukkan saat ini, mungkin orang-orang yang memang belum mengenalmu akan merasa takut untuk mendekatimu," ucap Bara.
Agam hanya menganggukkan kepalanya, memahami apa yang dikatakan oleh atasannya itu. Pria yang satu ini memang hampir tidak pernah tersenyum. Dan tentunya hal itu lah yang membuat Bara menilai bahwa Agam adalah sosok yang cukup misterius.
Tingggg ....
Pintu lift terbuka, Bara dan juga Agam pun keluar dari tempat itu. Bara kembali ke ruangannya, sementara Agam kembali ke meja kerjanya.
Bersambung ....
Jangan lupa untuk klik favorit, supaya dpt notifikasi updatenya ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Putri Minwa
Awal yang menarik thor
2023-07-13
1
⏤͟͟͞R Kodok Terbang 🦟
masih teka teki ya mbu masih nyimak aq
2023-06-04
4