Anak CEO Yang Tersembunyi

Anak CEO Yang Tersembunyi

Semalam bersama

Drrttt drrttt drrttt...

Jam alarm di ponsel Arkan berbunyi.

Waktu saat ini, sudah menunjukkan jam setengah lima pagi. Arkan dan Arumi masih berbaring di dalam satu selimut yang sama dalam keadaan tubuh polos tanpa busana.

Setelah semalam mereka melewati malam penuh gairah, akhirnya mereka pun terlelap.

Arkan yang merasa terganggu dengan suara alarmnya, mengerjapkan matanya. Dia terkejut saat melihat Arumi tidur di sisinya.

Arkan beringsut duduk dan menyingkap selimutnya. Dia kembali terkejut saat dia dalam keadaan tidak berbusana.

"Apa yang terjadi sebenarnya. Kenapa Arumi bisa tidur di sini bersamaku. Dan apa yang sudah kita lakukan semalam," ucap Arkan.

Arkan mencoba untuk mengingat kejadian apa yang sudah terjadi semalam. Namun Arkan sama sekali tidak mengingat sesuatu.

Arkan buru-buru membangunkan Arumi.

"Arumi, bangun Arumi," ucap Arkan dengan suara serak khas bangun tidur.

Arumi mengerjapkan matanya dan terbangun saat mendengar suara Arkan. Arumi terkejut saat melihat ke sampingnya tidur.

"Tu-tuan Arkan," ucap Arumi dengan tubuh gemetaran.

Arumi buru-buru beringsut duduk. Dia mengangkat selimutnya dan langsung menutupi bagian tubuhnya dengan selimut.

Arumi masih ingat betul bagaimana kejadian semalam. Sementara Arkan sama sekali tidak mengingat apa yang sudah dia lakukan ke Arumi semalam, karena semalam Arkan mabuk.

"Arumi, bisa kamu jelaskan apa yang terjadi semalam Arumi?" tanya Arkan datar.

Arumi tidak langsung menjawab pertanyaan Arkan. Dia yang ditanya hanya bisa menangis.

Arkan menatap Arumi tajam. Dia kemudian memegang ke dua bahu Arumi dan mencengkeramnya dengan kuat.

"Arumi. Ayo katakan sama aku! apa yang terjadi semalam Arumi...!" Arkan sudah meninggikan nada suaranya, yang membuat Arumi ketakutan.

"Tu-tuan, semalam mabuk. Dan Tuan, semalam memaksa aku untuk melakukannya," jelas Arumi yang masih tampak gugup.

"Melakukan apa!" Arkan melotot ke arah Arumi.

Dengan tubuh bergetar, Arumi berkata. "Tu-Tuan sudah menodaiku semalam."

"Apa! nggak mungkin itu Arumi. Kamu jangan bohong Arumi...!"

"Untuk apa aku bohong. Tuan lihat sendiri kan sekarang, kenapa aku bisa ada di sini. Dan lihat keadaan kita. Ini semua karena perbuatan bejat Tuan," ucap Arumi menegaskan.

Arkan menatap Arumi nanar. Rahangnya sudah mulai mengeras. Dia kemudian mengepalkan tangannya geram. Sepertinya dia marah pada Arumi.

Arkan memungut bajunya yang ada di lantai. Dia kemudian memakai baju itu. Setelah rapi, Arkan turun dari tempat tidurnya. Dia kemudian mengambil baju Arumi yang masih tergeletak di lantai. Dia kemudian melemparkan baju Arumi sampai mengenai wajah Arumi.

"Pakai bajumu. Dan jangan pernah kamu ceritakan ke siapapun masalah kita semalam," ucap Arkan dengan tatapan yang begitu dingin.

Arumi sejak tadi masih menangis. Sementara Arkan tidak berhenti bicara dan terus mengancam Arumi.

"Kalau kamu sampai ceritakan kejadian semalam pada orang tuamu, atau pada siapapun, aku akan hancurkan keluarga kamu Arumi. Bila perlu, aku akan usir kalian dari rumahku. Biar kalian jadi gembel sekalian," ancam Arkan.

****

Semalam, Arkan pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Dan Arumi yang membawa Arkan masuk ke dalam rumah dan membawanya sampai ke dalam kamar.

Namun, apa yang terjadi saat di dalam kamar Arkan. Arkan memaksa Arumi untuk berhubungan dengannya.

Arumi sangat sayang sama kedua orang tuanya. Arumi tidak mau terjadi apa-apa sama ke dua orang tuanya. Arkan mengancam Arumi akan membuat keluarga Arumi hancur. Dan Arumi takut ancaman Arkan itu tidak main-main.

Arumi sudah mengenal betul siapa Arkan. Dia tidak pernah main-main dengan ucapannya. Arkan sangat berbeda sekali dengan Mahendra ayahnya, yang terkenal baik dan bijaksana.

Arkan, Dia lelaki yang angkuh, keras kepala dan sulit untuk di atur. Dia juga sosok lelaki yang kejam.

"Hiks...hiks...hiks..." tangis Arumi masih terdengar nyaring di dalam kamar Arkan.

Arkan menatap tajam ke arah Arumi.

"Kenapa kamu malah nangis di sini? cepat sana pergi dari kamar aku...!" sentak Arkan.

Arumi mencoba memberanikan diri untuk menatap Arkan.

Arkan, lelaki tampan namun tak tersentuh. Hatinya beku seperti es. Dia tidak pernah mau mengenal yang namanya cinta.

Sejak ibunya pergi meninggalkan ayahnya dengan lelaki lain, dia seakan membenci semua wanita. Dia fikir, semua wanita itu sama seperti ibunya.

"Tu-tuan Arkan, aku takut. Aku takut hamil..." ucap Arumi dengan berderaian air mata.

Arkan terkejut saat mendengar ucapan Arumi.

Hah, hamil. Duh, bagaimana kalau wanita ini hamil. Apa yang harus aku lakukan kalau Arumi sampai hamil, batin Arkan.

"Hamil?" Arkan menatap Arumi tajam.

Arumi mengangguk.

"hiks...hiks... Iya Tuan Arkan. Aku takut aku hamil, karena semalam, kita tidak melakukannya cuma satu kali. Tapi..."

"Sudah cukup! hentikan bicaramu. Sekarang, aku minta sama kamu, pergi dari kamarku...! jangan menangis di sini, dan jangan membuat semua orang curiga kalau semalam kamu tidur bersamaku di kamar ini."

"I-iya Tuan."

Arumi memungut bajunya yang berserakan di atas tempat tidur Arkan. Dia kemudian memakai bajunya kembali.

Arumi akan beranjak pergi dari tempat tidur Arkan, namun rasanya sulit sekali. Karena dia masih merasakan perih di kedua pangkal pahanya.

"Kenapa kamu malah duduk ! Ayo pergi dari sini...!" Arkan sejak tadi sudah mengusir Arumi. Namun Arumi belum mau pergi juga dari kamarnya.

Arkan takut jika kelamaan Arumi berada di kamarnya, akan ada orang yang melihat mereka berdua di dalam kamar.

"I-iya Tuan," ucap Arumi dengan terbata.

Aku harus kuat, aku harus pergi dari kamar terkutuk ini. Kalau sampai Tuan Mahendra tahu aku ada di sini, bisa marah besar dia sama aku dan Tuan Arkan," batin Arumi.

Arumi turun dari tempat tidur Arkan. Dengan langkah berat, dia kemudian pergi meninggalkan kamar Arkan.

Arumi menuruni anak tangga dengan perlahan. Dia berjalan ke arah paviliun yang ada di belakang rumah Tuan Mahendra.

Ya, selama ini Arumi tinggal di sebuah paviliun yang letaknya terpisah dari rumah utama Tuan Mahendra.

Dia tinggal bersama ibu, ayah, dan kakak perempuannya. Sementara pembantu yang lain, tidur di kamar pembantu yang sudah disediakan di belakang rumah Tuan Mahendra.

Hanya keluarga Arumi saja yang dispesialkan oleh Tuan Mahendra, dan diberikan paviliun yang letaknya ada di belakang rumah Tuan Mahendra.

Karena mereka sudah mengabdi lama di rumah Tuan Mahendra. Mungkin sejak Arkan dan Arumi kecil mereka sudah bekerja di rumah keluarga Mahendra.

"Arumi. Kamu dari mana?" tanya Hesti ibu Arumi tiba-tiba.

"Ibu. Aku... aku nggak dari mana-mana," ucap Arumi tampak gugup.

Bu Hesti menatap wajah anaknya yang tampak pucat.

"Kamu kenapa Arumi? kamu nggak apa-apa kan? wajah kamu pucat?"tanya Bu Hesti.

Arumi menggeleng.

"Aku... aku nggak apa-apa Bu."

"Mata kamu sembab. Kamu habis nangis?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!