Makan malam

"Iya Arkan. Cepat ke sini ya Arkan."

"Iya Ma"

Setelah lampu hijau menyala, Arkan pun menancapkan gasnya dan meluncur pergi meninggalkan kepadatan lalu lintas itu.

Setelah menempuh beberapa menit perjalanan dari kantor sampai ke rumah ibunya, akhirnya Arkan sampai juga di depan rumah ibunya.

Arkan turun dari mobilnya dan melangkah ke teras depan rumah ibunya.

Tok tok tok...

Arkan mengetuk pintu rumah ibunya. Beberapa saat kemudian, seorang wanita tiga puluh tahunan mucul dari balik pintu.

"Selamat malam Tuan Arkan," ucap Mbak Irma asisten rumah tangga Bu Erina, ibu Arkan.

"Malam. Mama mana?" tanya Arkan.

"Nyonya Erina sudah menunggu anda di dalam Tuan Arkan. Silahkan masuk Tuan."

"Terimakasih."

Setelah Mbak Irma mempersilahkan Arkan masuk, Arkan pun kemudian masuk mengikut Mbak Irma sampai ke ruang makan.

Sudah lama Arkan tidak pernah main lagi ke rumah ibunya. Terakhir dia ke rumah Bu Erina, waktu ayah tirinya meninggal enam bulan yang lalu.

Setelah ayah tiri Arkan meninggal, di rumah Bu Erina hanya tinggal sendiri. Karena adik tiri Arkan saat ini, sedang menempuh pendidikannya di luar negeri.

Sesampainya di ruang makan, Arkan menghentikan langkahnya. Arkan menatap makanan yang ada di atas meja makan.

"Mbak Irma. Banyak banget makanannya?" tanya Arkan.

"Ini Nyonya yang masak Tuan Arkan. Katanya akan ada tamu malam ini," ucap Mbak Irma menjelaskan.

"Oh. Terus mana Mama?" tanya Arkan.

"Tadi nyonya di sini. Mungkin dia lagi ke kamarnya dulu Tuan Arkan," ucap Mbak Irma.

"Oh. Ya udah, aku tunggu Mama di sini deh," ucap Arkan.

Arkan menarik kursi setelah itu dia menghempaskan tubuhnya dan duduk di atas kursi.

Beberapa saat kemudian, Bu Erina menghampiri Arkan.

"Arkan, kamu udah datang?" tanya Bu Erina sembari menghempaskan tubuhnya dan duduk di depan Arkan.

"Ma, banyak banget makanan ini? Mama masak banyak begini mau ngundang siapa aja Ma?" tanya Arkan.

Bu Erina menatap anaknya lekat dan tersenyum.

"Arkan, akhirnya kamu mau datang juga ke sini. Mama fikir, kamu nggak akan datang Arkan. Apa Papa kamu tahu kalau kamu ke sini?" tanya Bu Erina.

Arkan menggeleng.

"Kenapa kamu nggak ijin dulu sama Papa kamu Arkan?"

"Untuk apa aku izin sama Papa. Tanpa aku izin pun, Papa pasti sudah membolehkan aku untuk ketemu Mama."

"Iya juga sih. Tapi nanti Papa kamu nggak nyariin?"

"Nggaklah. Kalau dia nyariin, kan dia bisa telpon aku."

"Kamu dari kantor langsung ke sini ya?"

"Iya Ma. Sebenarnya aku capek dan malas untuk ke sini. Tapi aku sempat-sempatin aja untuk ke sini. Karena lama juga aku nggak ke sini."

"Makasih ya Arkan, karena kamu masih mau perduli sama Mama. Kamu sudah berubah Arkan. Sekarang kamu jauh lebih dewasa."

"Iya Ma. Ini semua aku lakukan karena Papa."

Di sela-sela Arkan dan Bu Erina ngobrol, tiba-tiba saja ketukan dari luar rumah terdengar.

Bu Erina tersenyum saat mendengar suara itu.

"Mama yakin, itu pasti tamu Mama udah datang. Kamu tunggu di sini dulu ya Arkan. Mama mau lihat ke depan."

"Iya Ma."

Tanpa butuh waktu lama, Bu Erina buru-buru berjalan ke ruang tamu untuk membuka pintu depan.

Bu Erina tersenyum saat melihat Bu Hana sudah ada di depan rumahnya.

"Selamat malam Jeng Hana," ucap Bu Erina sembari cipika-cipiki seperti kebiasaannya saat bertemu temannya.

Bu Hana adalah teman baik Bu Erina. Di sisi Bu Hana, seorang gadis cantik tersenyum ramah pada Bu Erina.

"Selamat malam Tante," ucap Nilam anak Bu Hana.

"Malam. Ini ya, anaknnya Jeng Hana," ucap Bu Erina. Dia sejak tadi masih menatap gadis cantik yang ada di sisi Bu Hana berdiri.

"Iya. Dia anak saya Nilam."

"Cantik ya. Arkan pasti seneng melihat kalian datang ke sini."

Nilam menatap Bu Erina dan tersenyum. Dia kemudian mencium punggung tangan Bu Erina.

"Nilam masih kuliah?" tanya Bu Erina pada gadis cantik itu.

"Sudah lulus Tan," jawab Nilam singkat.

"Oh. Kalau begitu ayo masuk. Tante akan kenalkan kamu sama Arkan. Arkan ada di dalam sekarang."

"Iya Tan. Makasih."

Setelah Bu Erina mempersilahkan Nilam dan Bu Hana masuk, mereka kemudian masuk. Mereka mengikuti Bu Erina sampai ke ruang makan.

Di ruang makan, Bu Hana dan Nilam terkejut saat melihat Arkan.

Arkan terlihat sangat tampan malam ini, hidung mancung, kulit bersih, dan tubuh yang tinggi membuat semua wanita terpana saat pertama kali melihatnya.

Saat ini, Arkan masih mengenakan baju kantornya. Dia terlihat seperti lelaki dewasa yang telah mapan. Padahal usianya saat ini masih 24 tahun. Dan dia kerja masih di bawah bimbingan ayahnya.

Nilam sejak tadi masih tidak berkedip menatap Arkan. Sementara Arkan, dia sama sekali tidak merasa diperhatikan. Dia masih cuek saja pada ke dua tamu ibunya. Dia lebih fokus menatap ke layar ponselnya.

"Ehm, Arkan," ucap Bu Erina yang membuat Arkan menoleh ke arahnya.

"Ada apa Ma?" tanya Arkan.

Bu Erina tersenyum.

"Ini, Tante Hana teman Mama. Dan ini anaknya Tante Hana. Namanya Nilam," ucap Bu Erina memperkenalkan Bu Hana dan Nilam pada Arkan.

"Oh. Jadi mereka tamu mama yang mama undang ke sini?"

"Iya Arkan."

"Dan Jeng Hana, Nilam. Ini Arkan anak saya. Saya memang sengaja undang Arkan ke sini, agar kalian mengenalnya. Selama ini Arkan ikut dengan ayahnya."

Nilam mengulurkan tangannya mengajak Arkan bersalaman. Namun Arkan diam. Dia sama sekali tidak menyambut uluran tangan Nilam.

Ih, ini cowok kok belagu amat ya. Aku nggak suka cowok arogan seperti ini. Dia beda banget sama Tante Erina, batin Nilam.

"Oh iya. Ayo Nilam, Jeng Hana. Silahkan duduk. Saya sudah masak banyak nih."

"Makasih Jeng."

Bu Hana dan Erina menghempaskan tubuhnya di atas kursi dan duduk berbaur bersama Arkan.

Arkan, Bu Erina, dan Nilam mulai makan bersama. Tak ada satu katapun yang terucap dari mulut Arkan saat ini. Arkan memang paling malas kalau mamanya mengenalkannya pada temannya. Pasti ujung-ujungnya Bu Erina akan menjodoh-jodohkan Arkan dengan anak temannya.

Sejak tadi, Nilam masih memperhatikan Arkan. Sepertinya ketampanan Arkan sudah menghipnotisnya.

Kalau anaknya Tante Erina setampan ini, aku mau banget di jodohkan sama dia. Nggak apa-apa kalau dia itu dingin. Tapi aku suka kok, ucap Nilam dalam hati.

Sejak tadi Nilam masih mencuri pandang ke arah Arkan. Sementara Arkan cuek sekali pada gadis itu.

Setelah Arkan menghabiskan makanannya, Arkan bangkit dari duduknya.

"Arkan, kamu mau ke mana selesaikan dulu makannya," ucap Bu Erina.

"Aku udah habis kok Ma Aku mau pulang Ma. Udah malam."

"Lho, kok cepat banget Arkan."

" Mama ngundang aku ke sini, untuk makan malam. Kan aku sudah habis makanannya. Jadi aku udah boleh pulang dong" ucap Arkan santai.

"Ya, terserah kamu sih Arkan."

Bu Erika sudah tahu sifat Arkan. Dia itu lelaki yang keras kepala dan tidak mudah untuk di atur.

"Kalau mau pulang, nggak apa-apa kok. Mama titip salam ya, buat Papi kamu."

"Iya Ma."

Arkan bangkit dari duduknya. Setelah itu dia pergi meninggalkan rumah ibunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!