SCANDAL KENCAN SEMALAM

SCANDAL KENCAN SEMALAM

MENJUAL DIRI

"Baik, Tuan. Semoga kerjasama kita berjalan dengan baik."

Pria berambut hitam itu menyambut uluran tangan di hadapannya.  Menatap lekat, sambil menunjukkan senyum tipis, "Sama-sama."

"Tuan Leon, bagaimana jika kita minum di bar saya untuk merayakan kerjasama ini?" sang partner bisnis kembali berucap setelah jabatan tangan mereka terlepas.

"Tentu," jawabnya yang memicu senyum lebar orang itu.

Leon Victor Januartha, umur 27 tahun. Seorang putra sulung pemilik J Corp, perusahaan asal Amerika Serikat yang memproduksi dan menjual perangkat keras dan perangkat lunak komputer, yang memiliki cabang yang tersebar di banyak negara.

Milyader muda itu terlahir di dalam keluarga yang harmonis dan tidak pernah kekurangan apapun sejak kecil. Di samping kemampuan bisnis yang luar biasa, dia adalah seorang yang sering di berita.

Namun.

Temperamennya itu, ya dia juga terkenal. Karena memiliki temperamen yang buruk.

Dia hobi bermain dengan wanita, dan tidak pernah mempunyai hubungan yang stabil. Dia juga menderita Disleksia, sering mengabaikan orang-orang di sekitarnya, dan berapa rendahnya dia membuat sarkasme.

Prok! Prok!

Saat Leon sudah berada di bar, pria yang menjadi partner bisnisnya bertepuk tangan sebanyak dua kali. Seolah memberi isyarat pada seseorang.

Dan benar saja, tidak berselang lama seorang wanita bergaun merah ketat datang mendekat pada mereka.

"Tuan Leon, saya ingin mengenalkan primadona di bar ini, dia barang baru."

Leon yang baru meneguk minumannya, menoleh ke samping. Tepatnya, ke arah yang ditunjukkan pria itu.

"Jecy, kenalkan. Ini Tuan Leon Januartha, tolong layani dia dengan baik."

Tak ada senyum di wajah wanita itu, meski dikenalkan pada seorang lelaki berparas tampan, bak Dewa Yunani. Tatapannya terlihat tidak hidup.

Hal itu tak luput dari bola mata hazel.

"Kemarin Jecy!" kembali dengan bangga pria itu memperkenalkan wanita yang baru saja dia panggil.

Wanita itu mendekati Leon yang sedang menatapnya intens. Ketika bola mata hazel dan amber bertemu, seketika dia langsung menunduk. Menyembuhkan wajah cantik yang gugup.

"Halo, Tuan. Saya Jecy, merasa beruntung bisa diperkenalkan dengan anda," wanita itu duduk di samping Leon, sambil menyilangkan kedua kakinya canggung.

Jelas sekali, dia adalah pemula. Benar-benar barang baru. Meski begitu, wanita itu memiliki bentuk tubuh yang indah.

"Jecy akan menemani malam anda, Tuan! Saya sudah pilihkan yang terbaik untuk anda!" ucap pria itu dengan senyum puas. Merasa bangga jika dia sudah memberikan yang terbaik untuk CEO J Crop, dengan memperkenalkan Jecy.

Leon tersenyum sinis, dia menghargai usaha sang partner bisnis untuk membuatnya senang. Diperhatikannya si wanita dari ujung kaki hingga naik ke atas. Seolah sedang menilai penampilannya.

Rambut cokelat muda yang mungkin terasa lembut jika disentuh oleh jari-jarinya, leher putih yang halus, mata amber yang menatapnya dengan bulu mata lentik, dan ekspresi enggan yang terlihat jelas.

Oh, My Goodness. Kontur wanita itu begitu lugu dan entah mengapa membuat Leon ingin sekali mengatakan bahwa Jecy punya sesuatu yang berbahaya untuk dijadikan senjata menggoda. Untungnya Jecy tidak menyadari potensinya, dia bisa saja membuat Leon salah tingkah hanya dengan sekali kedipan mata.

Sebenarnya wanita itu tidak masuk dalam kriteria Leon, dia orang yang pemilih dan sedikit bersenang-senang juga liar. Sedangkan Jecy seperti tipikal wanita yang hanya menurut tanpa mau diajak keluar dari zona aman. Leon tidak menyukai sifat pasif. Jecy pasti terlalu monoton, hidupnya terlalu mudah untuk dimonopoli. Membosankan.

Namun, kenapa Leon tertarik padanya? Mungkin ini hanya daya tarik seksual karena rasa penasaran pada wanita lugu.

"Masih perawan?" tanya Leon yang membuat wajah wanita itu pucat pasi.

Jecy meremas ujung roknya, menahan emosi dan kegelisahan.

"Kau tuli? Kenapa diam saja?" tanya Leon ketus, "Kalau tuli pergi saja! Saya tidak butuh kau!"

"Y-ya, saya masih perawan, Tuan," jawab Jecy mengigit bibir bawahnya.

Ada sesuatu tentang Jecy yang membuat Leon merasa berbeda. Wanita itu memang cantik. Akan tetapi, dia sudah bertemu yang lebih cantik berkali-kali lipat. Seksi? Ya wanita penghibur itu memang seksi sekali.

Apapun itu, Leon tidak berkedip memandangi tubuh molek Jecy yang duduk di sebelahnya. Dia tidak sabar membawa wanita itu ke atas ranjang. Pria itu ingin bisa leluasa untuk bertindak nakal.

**

Leon membuka dasi dan jas yang dikenakannya, meletakkannya pada sandaran sofa, lalu mendudukkan tubuhnya dengan santai.

Berbeda dengan Jecy yang berdiri kaku dengan kepala yang menunduk, dia benar-benar merasa canggung.

"Duduklah," ujar Leon mempersilakan.

Jecy tersentak mendengar suara berat yang lebih terdengar seperti memerintah. Bulu matanya bergetar cepat. Dengan keraguan, dia menatap Leon yang dengan elegannya menuangkan wine ke dalam gelas.

"Ayo minum dulu," Leon tersenyum tipis dan mengangkat gelas yang sudah terisi cairan berwarna merah keunguan.

Jecy mendudukkan tubuhnya di sofa tepat di depan Leon. Dia menggeleng dan berucap, "Aku tidak minum alkohol, Tuan."

"Berapa umurmu, hmm?" tanya Leon, dan tidak melepas lirikan dari wanita yang duduk di depannya.

"Dua puluh tahun, Tuan."

"Setidaknya kau tidak di bawah umur," kekeh Leon pelan sambil menganggukkan kepala. Menatap gelas anggur, dan meneguknya.

Please, jangan ditanya bagaimana rasa berdebar di dalam dada Jecy. Dentumannya sudah seperti genderang perang. Bahkan, keringat dingin sudah membasahi telapak tangan.

"Untuk apa kau menjual diri? Kurasa kau memiliki alasan lain daripada membutuhkan uang untuk bisa kau hamburkan," entah kenapa Leon merasa penasaran.

"I-itu sebenarnya untuk pengobatan ibu saya."

"Hmm?"

Jecy enggan berbicara lebih, entah malu atau ingin privasi. Namun, lewat tatapan mata hazel intimidasi itu seolah memaksa dia mengaku.

"Ibu saya sedang sakit dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Saya juga memiliki hutang pada rentenir."

Jecy Ketlovly telah kehilangan keberuntungannya selama yang dia ingat. Di antara ibu yang sakit, mendapat ancaman dari rentenir karena hutang yang ditinggalkan ayahnya, dan bos lama yang melecehkannya hingga membuatnya hampir tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. Dia benar-benar kehabisan pilihan.

Suatu hal yang harus dia pertaruhkan untuk mendapatkan uang, yakni menjual tubuhnya.

"Tuan," Jecy mengucapkan kata 'tuan' dengan lidah menyentuh atap rongga mulut. Terdengar seperti deshan. "Saya akan menemani malam anda. Saya akan memberikan se-service terbaik."

Heh? Memang apa yang wanita lugu itu tahu tentang service terbaik?

Leon tersenyum dingin, lalu memberi isyarat dengan menepuk pangkuannya, "Kalau begitu, duduklah di sini!"

"A-apa?" gagap Jecy tidak langsung menurut.

"Kenapa? Tidak mau? Bukankah kau sendiri yang ingin memberikan service terbaik? Aku menyuruhmu duduk di pangkuanku saja harusnya sudah terhormat buatmu," dengan Leon sinis.

Jecy benar-benar merasa mati kutu. Tangannya menjadi dingin dan gemetar. Rendah! Ya, dialah yang memilih jalan untuk direndahkan. Meski sebenarnya dia ingin menampar dan menjambak rambut pria mesum itu sampai lepas semuanya. Namun, dia butuh uang.

Hatinya ketakutan dan sedih pada saat bersamaan. Apa harus sedemikian rupa mencari uang untuk kesembuhan ibunya? Dia harus menyerahkan malam pertama dan kesuciannya kepada sang milyader muda.

Perlahan, Jecy beranjak menuju pangkuan si pria berambut hitam tebal. Dia menyelipkan tubuh di antara kedua kaki Leon yang terbuka dan duduk di salah satu paha kokoh itu. Paha mulusnya bergesekan dengan celana hitam yang dikenakan pria itu. Rok yang super mini membuat kakinya ditutup rapat.

"Kenapa diam? Takut? Ingin berubah pikiran dan melarikan diri?" desis Leon.

Haruskah Jecy menjawab jujur? Akan tetapi, kepalanya menggeleng.

"Tenang saja, aku hanya ingin memastikan dari dekat, kalau kau memang cantik. Banyak yang ingin kulakukan padamu malam ini," ucap Leon pongah.

Jari telunjuk Leon menekan bibir merah Jecy. Kini jarak di antara bibir keduanya hanya sekitar sepuluh centimeter saja.

"Sekarang cium aku!"

Batin Jecy bergemuruh. Menolak bukan sesuatu yang bisa dia lakukan, bukan? Ada nasib sang ibu di dalam genggaman tangannya. Oleh karena itu, dia harus kuat.

Pilihannya adalah menyelamatkan keluarga satu-satunya, meski ia harus hancur berantakan. Ini adalah pilihan yang sadar ia buat. Mengikuti kemauan Leon demi uang berlimpah adalah keputusan yang sudah dia setuju.

Benar, begini pun tidak apa. Jika hal ini bisa menyelesaikan segalanya.

_To Be Continued_

Terpopuler

Comments

Fitray Uni

Fitray Uni

mampir kak, 🙏

2023-12-02

0

Erlina

Erlina

aq mampir Thor😊
salam kenal dari qu😘

2023-06-16

1

Hanisah Nisa

Hanisah Nisa

sudah masuk Thor.....

2023-06-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!