Ditinggal Pacar Dinikahi Bos

Ditinggal Pacar Dinikahi Bos

Bab 1.

Pagi yang cerah ini, Andini sedang berjalan memasuki perusahaan tempatnya bekerja selama 4 tahun. Ya, sudah 4 tahun lamanya Andini bekerja di perusahaan Karta Jaya Corp itu.

Bekerja sebagai seorang Sekretaris tentu membuat Andini memiliki tabungan yang lumayan. Karena gajinya juga lumayan dan pekerjaannya juga lumayan berat.

Namun beratnya pekerjaan yang di gelutinya masih lebih baik bagi Andini. Yang paling menyebalkan ialah bertemu dengan atasannya.

"Mana kopi?" Nah, baru saja Andini tiba dan membuka pintu ruang kerja sang Direktur.

Beginilah malasnya Andini kalau datang lebih lambat dari atasannya itu. Meski jam kantor belum di mulai. Tapi Andini sudah harus mulai bekerja begitu menginjakan kaki di lantai 25 gedung perkantoran itu.

"Saya mau kopi, bukan mau lihat wajah kamu yang jelek," ucapan ketus itu membuat Andini memutar bola matanya malas.

"Sok tampan," cibir Andini sebelum menutup pintu ruangan Direktur.

Meletakkan tasnya di meja kerja yang tak jauh dari pintu besar itu. Andini segera bergerak menuju tempat biasa ia membuat kopi.

"Pagi Mbak Dini, buatin kopi untuk Bos ya?" Sapa seorang OB yang kebetulan ada di pantry.

"Pagi, Pak Gus. Iya biasalah Pak, apa lagi kerjaan saya yang pertama kalau bukan ini." Andini yang sedikit kesal karena tadi mendapat ejekan melampiaskannya ke pada kopi yang sedang di aduknya.

Sendok kecil di tangannya bukannya di gunakan untuk mengaduk tapi malah untuk mencucuk kopi hitam yang tentu tidak merasakan apapun itu.

"Hihihi, Mbak Dini dengan Tuan Varel memang serasih. Semoga berjodoh ya, Mbak."

Kedua mata Andini langsunh melotot mendengar ucapan pria yang lebih tua darinya itu.

"Ngadi-ngadi aja Bapak ini, siapa juga yang mau si jutek itu?" Malas Andini.

"Jangan bilang begitu, Mbak. Jodoh siapa yang tahu kan? Biasa saja suatu saat nanti Mbak berjodoh dengan Tuan Varel," ucap si OB lagi.

"Ya, terserah Bapak ajalah mau bilang apa. Saya duluan, sebelum aumannya kedengeran sampai sini."

Andini yang malas meladeni OB itu memilih berlalu dengan cepat. Siapa yang tidak tahu bagaimana pasangan Bos dan Sekretarisnya itu. Varel yang terkenal dengan sikap ketus dan kemarahannya yang suka meluap jika pekerjaan tidak sesuai.

Bertemu dengan Sekretaris seperti Andini yang berani menjawab setiap ucapan Varel. Gadis yang di kenal memiliki mental baja karena baru Andini yang tahan hingga 4 tahun bekerja dengan Varel.

Bisa mengimbangi kegilaan Varel akan kerja serta mengimbangi kemarahan Varel.

"Lama banget sih? Cuma buat kopi aja lelet," Kata Varel ketus.

"Ini di buatnya pakai tangan ya, Bos. Bukan pakai magic yang sekedib mata bisa jadi," ketus Andini balik.

"Ck, balik kemeja kamu sana. Jangan korupsi waktu kerja," usir Varel.

"Gimana saya gak korupsi waktu kerja, lah wong Bos sendiri yang suruh," sahut Andini yang membuat Varel menatap gadis di depannya.

"Apa kamu bilang?" Tanya Varel tidak jadi meminum kopinya.

"Ah enggak, tadi ada burung terbang di luar." Andini menunjuk arah jendela kaca besar di belakang Varel.

Pemuda itu memutar kursinya untuk melihat arah tunjukan Andini. Dan kesempatan itu di gunakan oleh Andini untuk keluar dari ruangan Varel secepat mungkin.

"Tidak ada apa-apa ..." Kalimat Varel menggantung saat ia tak mendapati lagi keberadaan Andini di ruangannya.

Pemuda itu menghembuskan napasnya panjang karena merasa di kerjai oleh Andini.

Di luar ruangan Direktur, Andini baru saja duduk setelah keluar dari ruangan Varel. Mereka berdua memang terlihat seperti sering ribut kalau tidak sedang serius.

"Selamat," ucap Andini.

Gadis itu membuka komputer di depannya dan mulai bekerja mengerjakan sisa pekerjaannya. Hari ini jadwal Direktur tidak banyak, jadi kemungkinan Andini bisa menyelesaikan pekerjaannya lebih dulu sebelum siang.

Sebab setelah makan siang nanti Varel dan andini harus pergi ke restoran yang sudah di boking untuk membicarakan bisnis dengan perusahaan lainnya.

Hingga jam makan siang tiba, Varel keluar dari ruangannya membawa sebuah map di tangan.

"Bawa ini, kita langsung ke restoran." Andini menerima map itu dan mengambil beberapa berkas lain yang sudah di siapkannya.

Tanpa banyak bertanya atau berkata lagi, Andini mengikuti langkah kaki Varel. Gadis itu senang karena makan siang kali ini ia tidak perlu membayar.

Sesampainya di restoran mewah mereka segera masuk dan menuju kasir.

"Permisi reservasi atas nama Andini untuk VVIP," ucap Andini.

"Sebentar ya, Mbak." Andini hanya mengangguk saja hingga tak lama ia dan Varel di arahkan untuk menuju ke ruangan yang sudah di pesan.

"Bos, saya mau makan pesan yang sedikit banyak boleh ya? Soalnya kerjaan numpuk banget," ucap Andini sedikit berbisik pada Varel.

Saat ini mereka berdua sedang did alam lift bersama pelayan restoran yang akan mengantarkan mereka ke lantai 3.

"Bilang saja rakus," ejek Varel.

"Bukan rakus Bos, tapi laper," elak Andini.

"Alasan," ketus Varel.

"Bopeh ya, Bos? Kalau gak boleh di bolehin aja, ya?" Paksa Andini yang membuat Varel hanya bisa menghela napas sembari membuang pandangannya ke lain arah.

Jika Andini sudah memaksa seperti itu maka pilihannya lebih baik diam. Atau Andini akan terus terus membujuknya dengan kalimat yang sama dan berulang.

Andini tersenyum senang karena tidak mendapat penolakan dari bosnya. Ia sudah berencana untuk nanti membawa pulang sedikit pesanannya. Supaya nanti di rumah tidak perlu memasak lagi pikirnya.

Begitu keluar dari lift, senyum Andini pudar seiring dengan mendekatnya seseorang yang sangat di kenalnya. Orang itu tidak sendiri, ia bersama seorang wanita lain dan terlihat sangat mesra.

"Alfin!" Panggil Andini yang membuat Alfin menoleh.

Tadinya ia sedang berjalan sembari bersenda gurau dengan wanita di pelukannya. Namun suara yang familiar di telinganya membuatnya cukup kaget.

"Di Dini, kamu ... Kamu kok bisa di sini?" Gugup Alfin.

"Harusnya aku yang tanya, kenapa kamu bisa ada di sini secepat ini? Bahkan jam istirahat kantor baru 15 menit yang lalu dan kamu sudah akan pergi dari sini? Siapa dia?" Tunjuk Andin pada wanita yang terlihat sedikit bingung.

"Kamu kenapa sayang? Kok mukanya tegang gitu?" Wanita yang tadi di peluk Alfin merangkul lengan Alfin manja.

Bergemuruh rasanya dada Andini mendengar dan melihat apa yang ada di hadapannya.

"Sayang? Kamu panggil dia sayang?" Tanya Andini pada wanita yang merangkul Alfin.

"Ya iyalah, kita kan pacaran. Bahkan sebentar lagi tunangan, ia kan sayang." Wanita itu menatap manja pada Alfin yang nampak pucat.

"Apa?" Kaget Andini. "Berapa lama kalian pacaran?" Tanyanya lagi menahan amarah di dada.

"Sudah hampir 3 tahun, kita ketemu lagi waktu Alfin daftar S2. Akhirnya kita balikan lagi deh saat itu juga," kata si wanita dengan senangnya.

Andini menatap marah pada Alfin yang mulai salah tingkah.

"Balikan? Jadi kalian mantan kekasih yang merajut kisah kembali?"

"Iya, kamu siapa? Dari tadi tanya-tanya mulu, kamu iri ya sama kita?" Kata wanita itu pamer.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!