Pria paruh baya yang di panggil Andini itu tersenyum senang melihat kedatangan anak gadis bungsunya.
"Dini."
Papa dan anak itu saling berpelukan melepas rindu. Sedangkan wanita paruh baya yang di abaikan menatap heran pada anak gadisnya yang malah beralih ke sang suami.
"Astaga anak ini, Mama yang udah bersiap menyambut malah Papa yang di peluk," dumelnya tidak terima di abaikan.
Andini dan Pak Bejo melepas pelukan mereka lalu menatap Bu Asih yang terlihat kesal.
"Mama, gitu aja ngambek." Andini memeluk Bu Asih manja.
"Biasa aja sih, karena kamu memang paling nempel sama Papa dari dulu."
Ketiga orang itu berjalan masuk ke dalam rumah beriringan. Mereka duduk di ruang keluarga bersama. Andini merebahkan dirinya di sofa panjang dengan wajah yang masih nampak sedikit murung.
"Kamu kenapa, Nak? Pulang dari minggat sedih begitu. Kehidupan di luar sana gak sesuai ekspetasimu, ya?" Tanya Pak Bejo.
"Aku gak pernah minggat dari rumah, kemarin itu cuma pergi aja," kata Andini yang tidak mau di bilang minggat.
"Sama aja itu, cuma bahasanya lebih halus aja," ucap Bu Asih yang membuat Andini cemberut.
"Kurang lama kamu perginya, ini juga baru 3 tahun kamu pergi dari rumah."
"Ih, Papa. Udah anaknya pergi waktu itu gak di cariin, sekarang anaknya pulang di bilang kurang lama perginya," gerutu Andini.
"Buat apa Papa cariin kamu kalau ujung-ujungnya nanti malah pergi semakin jauh. Cukup Papa tahu kamu masih ada di kota ini juga, lagian Papa juga yakin kalau kamu bakalan pulang lagi ke sini. Sekarang terbuktikan?"
"Aku kan cuma gak mau di jodohin Pa waktu itu, lagian kan aku udah punya pacar juga."
"Trus sekarang kemana pacar kamu itu? Di gondol tuyul seksi atau mantan tak terlupakan yang kisahnya belum kelar. Atau mungkin dompet kamu udah kosong makanya di campakkan?" Ejek pak Bejo yang membuat Amdini menangis.
"Hua hua ... Papa kok tega ejek anaknya begitu hua ... Aku ini lagi sedih Papa hua ... Kenapa malah di ejek hua ... Papa tega ..."
Pak Bejo jadi gelagapan sendiri melihat anak bungsu kesayangannya menangis. Padahal niatnya hanya bercanda tapi malah membuat anaknya menangis.
"E eeh kok malah nangis beneran sih? Papa tadi cuma bercanda aja kok," ucap pak Bejo bingung.
"Haduh Papa Papa, makanya kalau mau becandain anak lihat situasi dulu dong," kata bu Asih yang langsung mendekap anak gadisnya.
"Iya iya maaf, Papa tahu salah."
"Ada apa ini?" Tanya seseorang yang baru saja datang bersama seorang wanita.
"Kalian udah pulang?" Tanya pak Bejo di angguki si pria.
"Loh, Dini! Itu Dini kan Pa?" Pria itu mendekati Andini yang masih menangis di dekapan sang mama.
"Iya."
"Din, kamu kenapa Dek?" Tanya Anto yang merupakan saudara kandung Andini.
"Dini kenapa, Ma?" Tanya Anto lagi yang kini beralih ke sang mama.
"Biasa, lagi dalam suasana galau di becandain sama Papa. Ya gini jadinya," sahut Bu Asih.
"Si manja udah pulang, bakalan rame lagi rumah ini," ucap Anto di angguki papa Bejo.
"Kapan Dini pulangnya, Ma?" Tanya Riri, istri Anto.
"Tadi waktu Mama sama Papa baru tiba, Mama lihat ada orang di depan pintu. Mama kira siapa, tapi waktu balik badan rupaya adik kalian."
"Syukurlah kalau akhirnya Dini mau pulang," ucap Riri sembari tersenyum tulus dan lega.
Andini memang kabur dari rumah saat pak Bejo memberitahu akan rencana perjodohan Andini dengan anak temannya. Padahal baru rencana tapi gadis itu sudah menolak keras dan malah kabur tengah malah saat semua orang istirahat.
Andini juga mengelabui Satpam penjaga agar bisa keluar dari rumah. Bu Asih sempat pingsan saat mengetahui kalau anak gadisnya pergi daei rumah karena menolak di jodohkan.
Sebenarnya dalam satu hari saja, orang-orang suruhan pak Bejo sudah bisa menemukan keberadaan Andini. Hanya saja pak Bejo sengaja membiarkan anak gadisnya bebas dan ingin melihat sampai mana Andini bertahan di luar tanpa bantuan orang tuanya.
Andini bahkan bisa bekerja dengan kemampuannya sendiri di perusahaan Varel. Pak Bejo selalu mengawasi semua gerak-gerik Andini tanpa di sadari gadis itu sendiri.
Bahkan apa yang terjadi pada Andini semua di ketahui oleh pak Bejo dan keluarga. Namun mereka tetap diam dan memantau sekalian menunjukkan pada Andini kalau tidak selama orang yang terlihat baik dan mencintai kita itu benar-benar tulus.
Buktinya Alfin, sejak dulu hanya selalu memanfaatkan keuangan Andini saja. Meski tidak tahu kalau Andini anak orang kaya, tapi karena Andini selalu punya uang yang cukup. Alfin memanfaatkan hal tersebut.
Apa lagi Andini yang memang anak polos dan baru merasakan jatuh cinta pada Alfin saja. Karena pak Bejo dan Anto yang selalu membatasi pergaulan Andini karena takut dengan pergaulan bebas anak-anak jaman sekarang.
Andini membuka matanya saat hari sudah malam, ia terbangun di kamarnya yang ia tinggalkan 3 tahun lalu. Karena menangis tadi membuat Andini tertidur di pelukan mamanya.
Entah kenapa ejekan papanya tadi membuatnya menangis. Andini hanya merasa sangat sedih saat mendengar ejekan papanya dan kembali mengingat saat ia meninggalkan keluarganya hanya demi Alfin dan menolak rencana perjodohan dari papanya.
Andini menghela napas panjang lalu beranjak untuk mandi. Selesai mandi Andini meraih ponselnya dan mencari file yang di butuhkannya.
"Syukurlah rekamannya masih ada, di tambah bukti transfer dan semua pesan yang pernah Alfin kirim. Aku rasa itu cukup untuk nekan dia supaya mau balikin semua uangku," guman Andini.
Gadis itu bertekat untuk mendapatkan kembali semua uang yang sudah ia keluarkan untuk Alfin. Mana Andini rela uangnya hilang begitu saja sedangkan orang yang dulu di perjuangkan membuangnya.
"Hah ... Betapa bodohnya aku dulu."
Andini merebahkan tubuhnya di kasur empuk yang nyaman. Selama pergi dari rumah, Andini tinggal di kosan sederhana. Tidur hanya beralaskan tilam tipis dan makan pun tidak teratur dan sembarangan.
Tok tok tok
"Dini! Ayo makan malam, Nak." Suara bu Asih terdengar memanggil.
"Iya, Ma."
Andini beranjak dari rebahannya dan segera keluar kamar menuju lantai bawah untuk makan malam.
Suasana ceria kembali terasa di rumah mewah itu karena kehadiran anak bungsu mereka yang selalu membawa keceriaan. Pak Bejo dan bu Asih tersenyum bahagia karena kedua anaknya berkumpul.
Belum lagi ada sang menantu yang sedang mengandung setelah 4 tahun pernikahan.
Di tempat lain, Varel juga sedang makan malam dengan keluarganya.
"Bagaimana kabar Andini, Rel? Apa dia masih bekerja dengan kamu?" Tanya Bu Tata di sela makannya.
"Masih, tadi sore dia pulang ke rumah om Bejo."
"Dari mana kamu tahu?" Tanya pak Narman.
"Ku ikuti," sahut Varel santai.
"Wah, bagus kalau Andini sudah kembali ke rumah orang tuanya. Ayah akan bahas lagi perjodohan kalian, kali ini harus jadi." Semangat pak Narman membuat istrinya mengangguk setuju.
"Iya, Yah. Lebih cepat lebih baik," ucap bu Tata.
Varel hanya tersenyum tipis saja melihat semangat orang tuanya.
Ya, Varel memang orang yang dulunya akan di jodohkan dengan Andini. Namun gadis itu tidak tahu akan hal itu, Varel tahu kalau Andini yang akan di jodohkan dengannya. Itu sebabnya ia menerima gadis itu bekerja di perusahaannya. Apa pagi nilai Andini juga memang bagus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
syahdewi diana
wah indahnya bentar lagi nikah nih buang jauh2 cowok yg g berguna suka manfaatin dan selingkuh...tuntut uangmu andini jgn pernah lepas..matilah dia uangnya pasti banyak..mana sanggup dia bayar paling nanti ujungnya ngerayu lagi kalau ga ada selingkuhannya mrasa menyesal..kalau gitu kelaut aja lo
2023-08-15
0