Melahirkan Bayi Untuk Kakakku

Melahirkan Bayi Untuk Kakakku

1. Kecelakaan

Elin membanting setir ketika melihat truk besar menyongsong mobilnya. Ia menahan napas ketika ia tahu bahwa usahanya sama sekali tidak berhasil. Dalam sedetik, mobilnya tertumbuk body besar truk hingga terdorong beberapa meter sebelum akhirnya terbalik di jalanan yang ramai.

"Ah! Sakit!" Elin mengerjap, ia mencoba mengumpulkan kesadarannya meskipun seluruh tubuhnya terasa begitu parah. Elin menoleh ke kanan di mana semua tampak terbalik. Ia melihat kaki-kaki bergerak ke arah mobilnya. Beberapa orang berteriak keras. "Tolong!"

Elin merintih berkali-kali ketika ia mendengar panggilan orang di luar mobilnya. Ia hanya ingin keluar dari mobil, tetapi kemudian ia sadar, ia tidak sendirian di dalam mobil.

Elin menoleh ke kiri di mana Sinta tergolek dengan posisi aneh karena mobil mereka yang terbalik. Elin mengerjap berkali-kali, ia sangat takut lantaran ia melihat banyak sekali darah di tubuh kakak iparnya yang tengah mengandung itu.

"Mbak!" panggilnya lirih. Elin ingin melihat Sinta membuka mata, tetapi Sinta bergeming. Ia menggeleng pelan, ia tak ingin sesuatu yang buruk menimpa kakak iparnya.

"Kamu baik-baik saja?"

Elin terkesiap, ketika seseorang membuka paksa pintu mobil dan membantunya keluar. Ia merasa pusing setengah mati ketika dibaringkan di atas aspal yang panas.

"Tolong kakak saya," ujar Elin lirih. "Dia sedang hamil."

"Oke!"

Elin tak tahu lagi apa yang terjadi. Tadinya ia masih bisa melihat langit biru, tetapi perlahan semuanya menggelap. Elin mendengar deru ambulans dan obrolan panik orang-orang lain di sekitarnya. Ia berharap bisa mendengar suara Sinta agar ia tahu bahwa Sinta baik-baik saja, tetapi nyatanya hingga ia tak sadarkan diri, ia sama sekali tidak bisa mendengar suara Sinta.

***

Ketika Elin terbangun, ia masih merasa sangat pusing. Ia melihat langit-langit putih dan menghidu aroma obat-obatan tajam. Ia mengernyit lalu meraba keningnya yang dibalut perban. Ia mencoba duduk, tetapi ia tak sanggup bergerak.

"Anda sudah bangun?" tanya seorang wanita berpakaian serba putih. Elin tahu, wanita itu adalah seorang perawat. Elin mengedarkan matanya dan sadar ia sedang berada di rumah sakit.

"Ya, saya di mana, Sus?" tanya Elin.

"Anda di Rumah Sakit Medika Utama. Jangan banyak bergerak, Anda masih harus beristirahat."

Elin mengangguk pelan. Ia mencoba menggerakkan kakinya dan bersyukur kedua kakinya baik-baik saja. Ia juga mengangkat tangannya. Tangan kanannya dibalut perban hingga ia merasa sedikit panik, ia harus menulis dengan tangannya, ia tak ingin tangannya terluka seperti ini.

Elin ingin menangis sekarang karena tubuhnya begitu sakit. Ia bahkan sendirian di sini tanpa ada yang menemani. Tidak! Seharusnya ia tidak sendiri, pikirnya. Ia tadi bersama dengan Sinta. Mereka sedang dalam perjalanan pulang dari membeli makan siang.

"Suster! Suster!" panggil Elin sekeras mungkin.

Wanita berpakaian serba putih itu kembali mendekat ke brankar Elin. Ia menatap Elin dengan penuh tanya. "Ya? Ada apa? Apa Anda merasa pusing?"

Elin menggeleng pelan meskipun sebenarnya ia masih sangat pusing. "Saya tadi bersama kakak saya di mobil. Di mana dia?"

Perawat itu mengangkat alis. Ia membuka tirai pembatas brankar Elin hingga gadis itu bisa melihat beberapa pasien korban kecelakaan lainnya. "Ada banyak korban kecelakaan yang dirawat di sini? Siapa nama kakak Anda?"

"Sinta. Sinta Maharani. Di sedang hamil besar."

"Ah!" Perawat itu sepertinya langsung tahu siapa yang dimaksud oleh Elin. "Dia dibawa ke ruang operasi karena mengalami pendarahan yang cukup parah."

Elin terkesiap. Ia mulai menangis sekarang. Sinta akan melahirkan bulan depan. "Tapi ... dia baik-baik saja?"

"Saya belum tahu, tetapi walinya sudah datang. Anda perlu menghubungi seseorang. Orang tua Anda mungkin?"

Elin menggeleng. Ia hanya tinggal dengan Ariel, kakaknya, dan Sinta, kakak iparnya. Kedua orang tua dan adiknya tinggal di luar negeri. "Saya ingin melihat kakak saya."

"Anda bisa melihatnya nanti, Anda juga terluka. Jadi sebaiknya Anda beristirahat lebih dulu sekarang."

Elin mengusap wajahnya yang basah karena air mata. Ia yakin, Ariel pasti sangat marah padanya karena Sinta harus terluka parah bahkan dioperasi. Tidak! Apa yang terjadi pada Sinta? Ia sungguh ingin tahu. Ia harus tahu! Dan setelah Elin merasa jauh lebih baik, ia pun turun dari ranjang. Ia mencopot jarum infus di lengannya lalu berjalan ke meja informasi.

"Permisi, Kak. Saya ingin melihat kakak saya, dia juga dirawat di rumah sakit. Dia ... namanya Sinta Maharani."

Elin mendengarkan penjelasan singkat tentang di mana sekarang kakak iparnya dirawat. Ia juga tidak bisa menemukan ponselnya jadi ia tak bisa menghubungi Ariel untuk bertanya langsung. Elin pun berjalan pelan menuju lift lalu menekan tombol lantai sembilan. Ia mengusap keningnya yang dibalut perban, ia berharap dalam hati agar kakak iparnya baik-baik saja.

Elin mengedarkan matanya begitu ia keluar dari lift. Ia berjalan di koridor rumah sakit yang sepi karena rupanya ini sudah malam. Napas Elin tercekat begitu melihat eksistensi Ariel yang terduduk di kursi tunggu pasien. Ia berdebar keras lantaran takut jika ia mendapat amarah dari Ariel.

"Kak," panggil Elin lirih.

Ariel yang tertunduk lesu pun mengangkat kepala, ia menatap Elin yang baru saja datang lalu sontak berdiri. "Kenapa kamu ke sini?"

"Aku ... aku mau lihat Mbak Sinta," ujar Elin gemetar. Ia menelengkan kepala untuk melihat pintu kamar Sinta yang tertutup. "Gimana Mbak Sinta? Mbak Sinta baik-baik aja kan?"

Ariel tertawa getir. Ia mendorong pelan bahu Elin. "Semuanya gara-gara kamu!"

Kedua mata Elin bergetar, ia bisa melihat ekspresi pahit di wajah Ariel. Sesuatu pasti sudah terjadi pada Sinta, wanita yang sangat dicintai oleh sang kakak. "Apa yang terjadi?"

"Kamu udah bikin Sinta kecelakaan! Bayi kami baru saja meninggal dunia." Ariel mencengkeram bahu Elin kuat-kuat. "Kenapa kamu ngebut bawa mobil? Kenapa bahkan kamu ajak Sinta keluar rumah tadi siang? Kenapa?"

"Itu ... maaf," kata Elin terisak. "Tapi Mbak Sinta yang ngajak aku pergi."

"Bohong! Aku udah bilang sama Sinta buat tinggal di rumah selama aku pergi. Pasti kamu yang udah bujuk dia buat nganter kamu kan?"

Elin menggeleng. Ia turut sedih karena bayi yang dikandung oleh Sinta harus meninggal dalam kecelakaan tadi. "Itu kecelakaan, Kak. Aku nggak ngebut, aku bersumpah! Mbak Sinta yang pengen makan sup ikan kesukaannya. Aku ... aku ikut sedih. Maaf."

Ariel melepaskan bahu Elin. Ia kembali duduk lalu mengusap wajahnya dengan gusar. Percuma menyalahkan Elin atau siapapun juga. Karena semuanya tidak akan kembali. Hatinya terlalu sakit karena kehilangan yang ia alami sekarang.

Melihat kakaknya begitu terpuruk, Elin pun berlutut di depan Ariel. Ia menggenggam kedua tangan Ariel dengan kepala menengadah. "Aku beneran minta maaf, Kak. Tapi Mbak Sinta baik-baik aja kan?"

"Gimana bisa dia baik-baik aja setelah bayi kami meninggal?" Ariel kembali berdiri. Ia membuat Elin terjengkang ke lantai karena gerakannya, tetapi ia terlalu marah untuk peduli. "Sinta bahkan ... Sinta mengalami perobekan rahim yang parah karena kecelakaan itu. Rahimnya harus diangkat karena pendarahan. Kami ... kami nggak akan pernah bisa memiliki anak lagi!"

"Apa?" tanya Elin tak percaya. Ia menutup bibirnya rapat-rapat karena kaget dengan apa yang dikatakan Ariel.

"Semuanya salah kamu! Gara-gara kamu, aku udah kehilangan banyak hal! Apa yang harus aku katakan sama Sinta begitu dia bangun? Bahwa dia nggak bakal bisa hamil lagi?" Ariel melotot pada Elin yang terisak-isak. Ia berjongkok di depan Elin. "Karena kamu sudah membuat Sinta seperti itu, kamu harus tanggung jawab! Kamu harus mengganti bayi kami yang telah tiada!"

Terpopuler

Comments

Eva Rosiana

Eva Rosiana

padahal murni kecelakaan tapi elin harus disalahkan

2023-07-07

0

Nur Hidayah

Nur Hidayah

inikan musibah woeeee kenapa malah nyalahin Elin..Gilak kali

2023-07-07

0

Windhy Attaya

Windhy Attaya

Hoho siapa yang nabung bawang dipart awal ini😭😭😭 ksihan bnget sintaaa

2023-06-28

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan
2 2. Kondisi Sinta
3 3. Mengetahui Fakta
4 4. Dijenguk Galang
5 5. Kemarahan Ariel
6 6. Mengabari Orang Tua
7 7. Pulang ke Rumah
8 8. Permintaan Sinta
9 9. Petaka di Tempat Kerja
10 10. Membuat Rencana
11 11. Meminjam Rahim Elin
12 12. Minta Waktu
13 13. Memberitahu Sinta
14 14. Surat Kontrak
15 Bab 15. Pernikahan Elin & Ariel
16 16. Malam Pertama
17 17. Makan Siang dengan Galang
18 18. Menolak Cinta Galang
19 19. Malam-malam Panas
20 20. Elin Mual-mual
21 21. Elin Hamil
22 22. Kebahagiaan Sinta
23 23. Antar Jemput Elin
24 24. Permintaan Elin
25 25. Kecemburuan Sinta
26 26. Pekerjaan Mulai Kacau
27 27. Diminta Berhenti Bekerja
28 28. Ditinggal Sendirian di Rumah
29 29. Di Rumah Lama
30 30. Elin Mendapatkan Mangga Muda
31 31. Pertengkaran Ariel dan Sinta
32 32. Surat Pengunduran Diri Elin
33 33. Elin Menjadi Pengangguran
34 34. Rasa Sedih Elin
35 35. Berduaan dengan Elin
36 36. Dibenci Istri Pertama
37 37. Meminta Penjelasan Elin
38 38. Sinta Jatuh Sakit
39 39. Elin Tak Bisa Tidur
40 40. Sarapan untuk Sinta
41 41. Memahami Elin
42 42. Bertemu Galang & Firda
43 43. Mendengarkan Detak Jantung
44 44. Membantu Sinta Membuat Kue
45 45. Cinta Elin Lebih Besar
46 46. Telepon dari Mama
47 47. Elin Sakit Hati
48 48. Ditinggal Malam Mingguan
49 49. Elin Terjebak
50 50. Elin Mengunci Diri
51 51. Memutuskan Pergi
52 52. Mencari Elin
53 53. Elin di Tempat Sepi
54 54. Elin Bertemu Galang
55 55. Petunjuk dari Elin
56 56. Ariel Cemburu?
57 57. Sekamar dengan Ariel
58 58. Permintaan Maaf Ariel
59 59. Bicara dengan Sinta
60 60. Galang Curiga
61 61. Membujuk Elin Pulang
62 62. Ketahuan Galang?
63 63. Akan Dikurung?
64 64. Pulang ke Rumah
65 65. Sikap Ariel di Rumah
66 66. Para Penjaga
67 67. Sinta yang Licik
68 68. Elin Dijaga Ketat
69 69. Pagi Hari yang Berbeda
70 70. Tendangan Bayi
71 71. Ingin Mencintai
72 72. Sinta Bersama Miko
73 73. Elin Bertemu Firda
74 74. Keegoisan Ariel
75 75. Kekesalan Elin
76 76. Sinta Marah
77 77. Ingin Mengungkapkan
78 78. Melihat Rumah Baru
79 79. Sinta dan Miko
80 80. Sinta Ketagihan
81 81. Untung Tak Ketahuan
82 82. Meminta Jarak
83 83. Kejutan!
84 84. Menjelaskan
85 85. Dibawa Oleh Mama
86 86. Berpisah
87 87. Elin Melahirkan
88 88. Derita Elin
89 89. Pergi untuk Selamanya
90 90. Pertemuan
91 91. Dari Hati ke Hati
92 92. Akhir Kisah
Episodes

Updated 92 Episodes

1
1. Kecelakaan
2
2. Kondisi Sinta
3
3. Mengetahui Fakta
4
4. Dijenguk Galang
5
5. Kemarahan Ariel
6
6. Mengabari Orang Tua
7
7. Pulang ke Rumah
8
8. Permintaan Sinta
9
9. Petaka di Tempat Kerja
10
10. Membuat Rencana
11
11. Meminjam Rahim Elin
12
12. Minta Waktu
13
13. Memberitahu Sinta
14
14. Surat Kontrak
15
Bab 15. Pernikahan Elin & Ariel
16
16. Malam Pertama
17
17. Makan Siang dengan Galang
18
18. Menolak Cinta Galang
19
19. Malam-malam Panas
20
20. Elin Mual-mual
21
21. Elin Hamil
22
22. Kebahagiaan Sinta
23
23. Antar Jemput Elin
24
24. Permintaan Elin
25
25. Kecemburuan Sinta
26
26. Pekerjaan Mulai Kacau
27
27. Diminta Berhenti Bekerja
28
28. Ditinggal Sendirian di Rumah
29
29. Di Rumah Lama
30
30. Elin Mendapatkan Mangga Muda
31
31. Pertengkaran Ariel dan Sinta
32
32. Surat Pengunduran Diri Elin
33
33. Elin Menjadi Pengangguran
34
34. Rasa Sedih Elin
35
35. Berduaan dengan Elin
36
36. Dibenci Istri Pertama
37
37. Meminta Penjelasan Elin
38
38. Sinta Jatuh Sakit
39
39. Elin Tak Bisa Tidur
40
40. Sarapan untuk Sinta
41
41. Memahami Elin
42
42. Bertemu Galang & Firda
43
43. Mendengarkan Detak Jantung
44
44. Membantu Sinta Membuat Kue
45
45. Cinta Elin Lebih Besar
46
46. Telepon dari Mama
47
47. Elin Sakit Hati
48
48. Ditinggal Malam Mingguan
49
49. Elin Terjebak
50
50. Elin Mengunci Diri
51
51. Memutuskan Pergi
52
52. Mencari Elin
53
53. Elin di Tempat Sepi
54
54. Elin Bertemu Galang
55
55. Petunjuk dari Elin
56
56. Ariel Cemburu?
57
57. Sekamar dengan Ariel
58
58. Permintaan Maaf Ariel
59
59. Bicara dengan Sinta
60
60. Galang Curiga
61
61. Membujuk Elin Pulang
62
62. Ketahuan Galang?
63
63. Akan Dikurung?
64
64. Pulang ke Rumah
65
65. Sikap Ariel di Rumah
66
66. Para Penjaga
67
67. Sinta yang Licik
68
68. Elin Dijaga Ketat
69
69. Pagi Hari yang Berbeda
70
70. Tendangan Bayi
71
71. Ingin Mencintai
72
72. Sinta Bersama Miko
73
73. Elin Bertemu Firda
74
74. Keegoisan Ariel
75
75. Kekesalan Elin
76
76. Sinta Marah
77
77. Ingin Mengungkapkan
78
78. Melihat Rumah Baru
79
79. Sinta dan Miko
80
80. Sinta Ketagihan
81
81. Untung Tak Ketahuan
82
82. Meminta Jarak
83
83. Kejutan!
84
84. Menjelaskan
85
85. Dibawa Oleh Mama
86
86. Berpisah
87
87. Elin Melahirkan
88
88. Derita Elin
89
89. Pergi untuk Selamanya
90
90. Pertemuan
91
91. Dari Hati ke Hati
92
92. Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!