3. Mengetahui Fakta

Siang itu, Elin kembali diperiksa dokter. Ia mengalami benturan, tetapi tidak cukup fatal sehingga ia hanya perlu dirawat di rumah sakit selama satu malam lagi. Ia sudah mendapatkan kamar perawatan karena semalaman ia ada di depan ruang Sinta. Namun, Elin sama sekali tidak bisa beristirahat di kamarnya.

"Sus, boleh saya pinjam ponselnya?" tanya Elin ketika seorang perawat mengunjungi kamarnya untuk melakukan pemeriksaan pada beberapa pasien yang ada di kamar tersebut.

"Oh ya. Tentu." Perawat itu mengulurkan ponselnya pada Elin lalu ia berjalan ke pasien di sebelah Elin.

Elin mengetikkan sebuah kontak di layar ponsel sang perawat. Ia tidak bisa bekerja hari ini dan ia harus memberi kabar pada Galang, atasannya. Ponselnya belum ditemukan, entah bagaimana nasib barang-barangnya yang ada di mobil saat kecelakaan kemarin, ia tak tahu.

"Boleh saya pakai telepon sebentar, Sus?" tanya Elin meminta izin.

"Ya. Silakan." Perawat itu tersenyum sembari mengganti infus milik pasien.

"Terima kasih." Elin pun menekan tombol panggil pada nomor Galang. Beruntung, ia mengingat jelas nomor kontak Galang jadi ia bisa segera menghubunginya.

"Halo, siapa ini?"

"Ini Elin, Pak." Elin menggigit bibirnya. Ia selalu merasa aneh ketika memanggil Galang dengan sebutan Pak karena mereka hanya berbeda beberapa tahun.

"Oh, Elin? Kamu ganti nomor baru? Kenapa kamu tidak masuk hari ini?"

"Maaf. Kemarin siang saya mengalami kecelakaan. Jadi saya tidak bisa masuk hari ini."

"Kamu kecelakaan? Di mana? Bagaimana keadaan kamu? Kamu di rumah sakit mana?" tanya Galang dengan nada khawatir.

"Saya nggak papa, Pak. Tangan saya luka sedikit kena gores, selebihnya saya baik-baik saja. Saya mau minta izin beberapa hari tidak masuk, Pak. Naskahnya bakal saya kerjakan di rumah," kata Elin. Ia tidak hanya sakit, ia juga sedang berduka karena bayi Sinta meninggal dunia.

"Kamu di mana? Saya datang sebentar lagi."

"Ehm, saya beneran nggak papa. Bapak nggak usah ke sini," kata Elin tak enak hati.

"Elin, saya khawatir sama kamu. Saya sedang di luar. Kamu sudah makan? Ada yang jaga kamu di sana?"

Elin kembali menggigit bibirnya. Ia sendirian. Tak ada yang menemaninya, tetapi ia juga tidak butuh. Toh, ia hanya sakit sedikit, pikirnya.

"Bilang sama saya. Kamu di rumah sakit mana?" tanya Galang dengan nada menuntut.

"Rumah Sakit Medika Utama, Pak. Saya di bangsal Melati kamar nomor 14," jawab Elin seraya membaca nomor kamarnya yang tertera di dekat pintu masuk.

"Oke. Kamu tunggu di sana. Kamu sudah makan?"

"Sudah, Pak," jawab Elin berdusta. Ia sama sekali tidak bisa menelan makanan sejak semalam. Bahkan, jika ia lapar, ia pun tak berselera sama sekali.

"Ya udah. Saya ke sana sebentar lagi."

Elin meletakkan ponsel sang perawat di pangkuannya. Ia tahu, Galang selalu baik padanya. Ia sudah bekerja sebagai penulis naskah film-film pendek atau dokumenter sejak setahun yang lalu setelah ia lulus kuliah. Dan Galang adalah pria pertama yang selalu memberikan dukungan padanya. Mereka sedang dalam proses menggarap film baru di kota itu.

"Makasih ya, Sus." Elin mengembalikan ponsel itu pada sang perawat.

"Sama-sama. Semoga temennya lekas datang ya, Mbak. Kasian dari kemarin nggak ada kerabatnya."

Elin tertegun. Yah, ia hanya tinggal bertiga dengan Ariel dan Sinta selama ini. Jadi, ketika Sinta sakit sudah pasti Ariel akan memilih menjaga istrinya. Elin membuang napas panjang, ia penasaran apa yang sedang terjadi di kamar Sinta sekarang. Sinta sudah tahu bahwa bayinya meninggal dunia, tetapi apakah Sinta sudah tahu bahwa rahimnya juga telah diangkat?

Elin mengusap wajahnya gusar. Ia membuang napas berkali-kali ketika ia mengingat kecelakaan mengerikan kemarin. Ia juga ingat betapa banyaknya darah yang ada di tubuh Sinta. Seandainya saja kemarin ia langsung pulang setelah makan siang, mungkin kecelakaan itu tidak akan terjadi. Elin baru ingat, setelah makan, ia berniat mengajak Sinta mampir untuk membeli laptop baru. Mereka tidak sedang dalam perjalanan pulang, tetapi mereka sedang menuju ke pusat perbelanjaan elektronik yang cukup jauh dari rumah.

Dan karena itulah, Ariel marah padanya.

***

"Aku nggak bakal bisa hamil lagi?" tanya Sinta dengan kedua mata bergetar. Ia sudah menangis sejak pagi, dan siang itu meskipun ia mendengar fakta menyakitkan rasanya ia sudah kehabisan air mata. "Dokter bohong kan? Mas! Dokter bohong sama aku kan?"

"Sin, tenang. Kondisi kamu cukup parah hingga itu adalah opsi terbaik untuk menyelamatkan kamu," kata Ariel mencoba menenangkan istrinya.

Sinta menggeleng, rasa sedihnya akibat kehilangan bayi seperti ditingkatkan menjadi berkali-kali lipat. Ia tak akan menjadi sosok sempurna lagi di depan Ariel! Ia cacat. Ia tak bisa memberikan keturunan untuk suaminya. Dan itu sangat menyiksa sanubari Sinta.

"Kamu fokus sembuh aja, Sayang. Nggak usah terlalu kamu pikirkan, oke? Aku mau kamu tenang," ujar Ariel lemah. Ia meminta Sinta untuk lebih tenang padahal hatinya sendiri tidak.

"Seharusnya aku melahirkan bulan depan, Mas. Dan sekarang ... kenapa semua ini terjadi sama aku?" tanya Sinta lirih.

"Kita harus ikhlas, hm?" Ariel mengusap-usap pipi Sinta yang memerah karena goresan luka. "Kita nggak punya pilihan lain. Kita hanya bisa ikhlas, Sin."

"Aku mungkin bisa ikhlasin bayi aku yang udah tiada, Mas. Tapi ... tapi aku nggak bakal bisa hamil lagi. Aku ... nggak bisa kasih kamu bayi." Sinta menatap nanar suaminya yang menangis. Ia tahu, Ariel begitu mendambakan seorang bayi. Mereka sudah merencanakan untuk memiliki setidaknya dua anak. Mereka sudah menyiapkan nama-nama, kamar bayi dengan segala peralatan bayi. Mereka sudah membuat tabungan khusus untuk anak mereka. Namun, semuanya terasa mustahil.

"Yang penting kamu sehat, Sin. Aku hanya mau lihat kamu sembuh dan bisa pulang ke rumah. Aku nggak peduli jika kita nggak bisa punya anak." Ariel mencoba untuk meyakinkan Sinta bahwa ia baik-baik saja.

"Aku nggak sempurna, Mas. Aku cacat. Kamu masih mau sama wanita cacat kayak aku?" Sinta melepaskan genggaman tangan Ariel. Ia memiringkan tubuhnya dengan perlahan, tetapi ia tetap merasa sakit luar biasa. Ia tak bisa menghadapi Ariel saat ini. Ia merasa begitu hancur.

"Sayang, kenapa kamu tanya kayak gitu?" tanya Ariel. Ia berpindah duduk di tepi ranjang Sinta lalu merundukkan badannya agar bisa mencium pipi Sinta. "Aku sayang banget sama kamu. Aku beneran nggak peduli, yang penting kita bisa tetap bersama, Sayang."

Sinta memejamkan matanya rapat-rapat ketika ia merasakan kecupan lembut di pipinya dua kali. Ia juga bisa merasakan air mata Ariel yang menetes ke wajahnya. Itu menyakitkan baginya, ia selalu ingin Ariel bahagia, tetapi sekarang ia sudah sehancur ini.

"Sayang," panggil Ariel seraya memeluk lembut tubuh Sinta dan mengusap punggungnya beberapa kali. "Aku tahu kamu sedih dan tertekan. Aku juga sedih, tapi kita bisa melewati semua ini bersama. Kamu sama aku. Oke? Aku cinta sama kamu."

Sinta terisak-isak kembali. Ia ingin berpura-pura tidur karena ia tidak bisa menatap wajah pedih Ariel saat ini. Namun, ia terlalu sedih untuk tidak menangis lagi. Ia pun mengusap wajahnya lalu menoleh pada Ariel. Ia menatap kedua mata gelap suaminya. Dengan lembut, ia membelai pipi sang suami.

"Mas, kamu tahu aku udah nggak sempurna lagi. Aku nggak bakal bisa kasih kamu keturunan sampai kapanpun. Apa yang bakal orang tua kamu katakan tentang aku sekarang? Aku ... aku tahu mereka ingin segera memiliki cucu. Tapi, aku nggak bisa. Aku bukan istri yang pantas buat kamu. Aku pikir, kamu harus cari wanita lain yang jauh lebih sempurna daripada aku, Mas."

Terpopuler

Comments

Lisa Meliana

Lisa Meliana

😭😭😭 Sinta mau melepaskan Ariel krna Sinta berfikir dia udh nga bisa ngasih keturunan buat Ariel apa yg di katakan keluarga Ariel nanti klau Sinta nga bisa hamil🤧🤧🤧

2023-07-18

0

Julie Rahmat

Julie Rahmat

susternya baik mau pinjamin hp

2023-06-25

0

Kisti

Kisti

smg elin nikah sama galang.dan iklas jka nanti anaknya ada yg d adopsi kakak nya yaaa.shingga kalian smpurna bahagia dlm takaran iklas 🙏

2023-06-24

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan
2 2. Kondisi Sinta
3 3. Mengetahui Fakta
4 4. Dijenguk Galang
5 5. Kemarahan Ariel
6 6. Mengabari Orang Tua
7 7. Pulang ke Rumah
8 8. Permintaan Sinta
9 9. Petaka di Tempat Kerja
10 10. Membuat Rencana
11 11. Meminjam Rahim Elin
12 12. Minta Waktu
13 13. Memberitahu Sinta
14 14. Surat Kontrak
15 Bab 15. Pernikahan Elin & Ariel
16 16. Malam Pertama
17 17. Makan Siang dengan Galang
18 18. Menolak Cinta Galang
19 19. Malam-malam Panas
20 20. Elin Mual-mual
21 21. Elin Hamil
22 22. Kebahagiaan Sinta
23 23. Antar Jemput Elin
24 24. Permintaan Elin
25 25. Kecemburuan Sinta
26 26. Pekerjaan Mulai Kacau
27 27. Diminta Berhenti Bekerja
28 28. Ditinggal Sendirian di Rumah
29 29. Di Rumah Lama
30 30. Elin Mendapatkan Mangga Muda
31 31. Pertengkaran Ariel dan Sinta
32 32. Surat Pengunduran Diri Elin
33 33. Elin Menjadi Pengangguran
34 34. Rasa Sedih Elin
35 35. Berduaan dengan Elin
36 36. Dibenci Istri Pertama
37 37. Meminta Penjelasan Elin
38 38. Sinta Jatuh Sakit
39 39. Elin Tak Bisa Tidur
40 40. Sarapan untuk Sinta
41 41. Memahami Elin
42 42. Bertemu Galang & Firda
43 43. Mendengarkan Detak Jantung
44 44. Membantu Sinta Membuat Kue
45 45. Cinta Elin Lebih Besar
46 46. Telepon dari Mama
47 47. Elin Sakit Hati
48 48. Ditinggal Malam Mingguan
49 49. Elin Terjebak
50 50. Elin Mengunci Diri
51 51. Memutuskan Pergi
52 52. Mencari Elin
53 53. Elin di Tempat Sepi
54 54. Elin Bertemu Galang
55 55. Petunjuk dari Elin
56 56. Ariel Cemburu?
57 57. Sekamar dengan Ariel
58 58. Permintaan Maaf Ariel
59 59. Bicara dengan Sinta
60 60. Galang Curiga
61 61. Membujuk Elin Pulang
62 62. Ketahuan Galang?
63 63. Akan Dikurung?
64 64. Pulang ke Rumah
65 65. Sikap Ariel di Rumah
66 66. Para Penjaga
67 67. Sinta yang Licik
68 68. Elin Dijaga Ketat
69 69. Pagi Hari yang Berbeda
70 70. Tendangan Bayi
71 71. Ingin Mencintai
72 72. Sinta Bersama Miko
73 73. Elin Bertemu Firda
74 74. Keegoisan Ariel
75 75. Kekesalan Elin
76 76. Sinta Marah
77 77. Ingin Mengungkapkan
78 78. Melihat Rumah Baru
79 79. Sinta dan Miko
80 80. Sinta Ketagihan
81 81. Untung Tak Ketahuan
82 82. Meminta Jarak
83 83. Kejutan!
84 84. Menjelaskan
85 85. Dibawa Oleh Mama
86 86. Berpisah
87 87. Elin Melahirkan
88 88. Derita Elin
89 89. Pergi untuk Selamanya
90 90. Pertemuan
91 91. Dari Hati ke Hati
92 92. Akhir Kisah
Episodes

Updated 92 Episodes

1
1. Kecelakaan
2
2. Kondisi Sinta
3
3. Mengetahui Fakta
4
4. Dijenguk Galang
5
5. Kemarahan Ariel
6
6. Mengabari Orang Tua
7
7. Pulang ke Rumah
8
8. Permintaan Sinta
9
9. Petaka di Tempat Kerja
10
10. Membuat Rencana
11
11. Meminjam Rahim Elin
12
12. Minta Waktu
13
13. Memberitahu Sinta
14
14. Surat Kontrak
15
Bab 15. Pernikahan Elin & Ariel
16
16. Malam Pertama
17
17. Makan Siang dengan Galang
18
18. Menolak Cinta Galang
19
19. Malam-malam Panas
20
20. Elin Mual-mual
21
21. Elin Hamil
22
22. Kebahagiaan Sinta
23
23. Antar Jemput Elin
24
24. Permintaan Elin
25
25. Kecemburuan Sinta
26
26. Pekerjaan Mulai Kacau
27
27. Diminta Berhenti Bekerja
28
28. Ditinggal Sendirian di Rumah
29
29. Di Rumah Lama
30
30. Elin Mendapatkan Mangga Muda
31
31. Pertengkaran Ariel dan Sinta
32
32. Surat Pengunduran Diri Elin
33
33. Elin Menjadi Pengangguran
34
34. Rasa Sedih Elin
35
35. Berduaan dengan Elin
36
36. Dibenci Istri Pertama
37
37. Meminta Penjelasan Elin
38
38. Sinta Jatuh Sakit
39
39. Elin Tak Bisa Tidur
40
40. Sarapan untuk Sinta
41
41. Memahami Elin
42
42. Bertemu Galang & Firda
43
43. Mendengarkan Detak Jantung
44
44. Membantu Sinta Membuat Kue
45
45. Cinta Elin Lebih Besar
46
46. Telepon dari Mama
47
47. Elin Sakit Hati
48
48. Ditinggal Malam Mingguan
49
49. Elin Terjebak
50
50. Elin Mengunci Diri
51
51. Memutuskan Pergi
52
52. Mencari Elin
53
53. Elin di Tempat Sepi
54
54. Elin Bertemu Galang
55
55. Petunjuk dari Elin
56
56. Ariel Cemburu?
57
57. Sekamar dengan Ariel
58
58. Permintaan Maaf Ariel
59
59. Bicara dengan Sinta
60
60. Galang Curiga
61
61. Membujuk Elin Pulang
62
62. Ketahuan Galang?
63
63. Akan Dikurung?
64
64. Pulang ke Rumah
65
65. Sikap Ariel di Rumah
66
66. Para Penjaga
67
67. Sinta yang Licik
68
68. Elin Dijaga Ketat
69
69. Pagi Hari yang Berbeda
70
70. Tendangan Bayi
71
71. Ingin Mencintai
72
72. Sinta Bersama Miko
73
73. Elin Bertemu Firda
74
74. Keegoisan Ariel
75
75. Kekesalan Elin
76
76. Sinta Marah
77
77. Ingin Mengungkapkan
78
78. Melihat Rumah Baru
79
79. Sinta dan Miko
80
80. Sinta Ketagihan
81
81. Untung Tak Ketahuan
82
82. Meminta Jarak
83
83. Kejutan!
84
84. Menjelaskan
85
85. Dibawa Oleh Mama
86
86. Berpisah
87
87. Elin Melahirkan
88
88. Derita Elin
89
89. Pergi untuk Selamanya
90
90. Pertemuan
91
91. Dari Hati ke Hati
92
92. Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!