5. Kemarahan Ariel

Ariel membuka pintu kamar perawatan Elin dan menerobos masuk. Ia menatap Galang sengit. Ia sudah sering melihat Elin bersama dengan Galang dan ia mengira Galang adalah pacar dari adiknya. Kemunculan Ariel sontak membuat tawa di bibir Elin musnah. Ia terkesiap karena Ariel datang dengan tampang marah.

"Ini ponsel sama tas kamu!" Ariel meletakkan benda-benda milik Elin di ujung tempat tidur pasien. "Kamu baik-baik aja kan?"

"Makasih," ujar Elin seraya melirik layar ponselnya yang retak serta terkena bercak darah. Ia tak yakin itu darahnya atau darah Sinta. "Aku nggak papa, besok udah pulang. Gimana Mbak Sinta?"

"Masih harus dirawat di sini selama beberapa hari. Kamu bisa ngurus kepulangan kamu sendiri kan?" tanya Ariel.

"Ya. Tenang aja."

Ariel bertemu tatap dengan Galang selama beberapa detik. Galang mencoba melemparkan senyuman pada Ariel. "Ehm, saya Galang Prakoso. Saya atasan Elin di tempat dia bekerja."

"Kamu dekat sekali dengan Elin untuk ukuran atasan dan bawahan," ujar Ariel dengan nada mencela.

"Pak Galang baru ada di dekat sini, jadi beliau bisa mampir," kata Elin yang tak ingin Ariel salah paham dengannya.

"Begitu?" Ariel mengalihkan tatapannya pada Elin yang hanya bisa mengangguk. "Bagus ya, kamu bisa ketawa-ketawa di sini seolah kamu lupa, apa yang udah kamu lakuin sama Sinta kemarin!"

Elin menelan keras. Ia tak ingin Ariel marah dan semakin marah padanya. Sementara Galang hanya menatap Ariel penuh tanya. Ia tidak mengira kakak dari Elin akan marah seperti ini padahal adiknya sedang sakit.

"Aku minta maaf," kata Elin. Entah sudah berapa kali ia meminta maaf pada Ariel sejak kemarin, ia tak tahu. "Nanti aku jenguk Mbak Sinta ke kamarnya."

"Nggak perlu. Kamu nikmati saja waktu kamu dengan dia."

Elin terkesiap. Ia ingin bicara lebih banyak pada Ariel, tetapi pria 31 tahun itu sudah lebih dulu meninggalkan kamarnya. Elin menatap Galang tak enak. Ia sedikit malu karena mendapat amarah di depan atasannya.

"Kenapa kakak kamu ketus gitu? Apa biasanya dia emang kayak gitu, El?" tanya Galang yang tak tahan lagi. Ia sungguh penasaran.

"Nggak juga, Mas. Kak Ariel baik kok," jawab Elin. Ia meneguk air minum di gelasnya hingga habis.

"Jadi, kenapa dia marah-marah? Harusnya dia khawatir liat kamu kayak gini. Kepala dan tangan kamu terluka bahkan diperban lho. Apa dia nggak peduli sama kamu?" tanya Galang dengan sedikit emosi.

Mendengar ucapan Galang, membuat hati Elin begitu pedih. Yah, seharusnya begitu. Ia juga ingin mendapatkan sedikit perhatian dari Ariel. Sayangnya, ia hanya dimarahi bahkan dibenci seperti sekarang.

"Saya udah bikin Kak Ariel marah, jadi wajar dia kayak gitu," jawab Elin. "Sebenarnya kemarin waktu saya kecelakaan kan saya yang nyetir, saya bareng sama Mbak Sinta. Dia istri kakak saya. Dan Mbak Sinta yang lagi hamil besar harus kehilangan bayinya."

"Apa?" Galang membelalak. "Bayinya nggak selamat?" Elin mengangguk dengan kepala tertunduk. "Tapi itu kecelakaan, nggak seharusnya kakak kamu marah sama kamu."

"Saya tahu, Mas. Tapi, itu salah saya. Harusnya setelah makan siang, saya bawa pulang Mbak Sinta, tapi saya ngajak dia mampir sekalian nyari laptop baru," kata Elin penuh sesal. Jika ia bisa membalik waktu, ia pasti tak akan membiarkan Sinta terluka.

"Tetap aja, itu murni kecelakaan kan? Bukan karena kamu sengaja ngebut atau nabrak?" tanya Galang dengan nada tak percaya.

"Kak Ariel sayang banget sama istrinya. Jadi, kalau ada sesuatu yang buruk menimpa Mbak Sinta, dia pasti marah. Apalagi kali ini sangat fatal banget. Mbak Sinta ...." Elin menghentikan ucapannya karena ia tak ingin menceritakan perihal kondisi Sinta yang sebenarnya pada Galang.

"Saya mengerti, kamu nggak usah cerita," kata Galang menenangkan. "Mungkin kakak kamu hanya sedang marah dan kehilangan saja."

Elin mengangguk. Setidaknya itu yang ia harapkan. Ia tak ingin Ariel berlarut-larut membencinya. Ia juga masih agak khawatir jika ia harus bertemu dengan Sinta nanti. Apakah Sinta bisa menerima permintaan maafnya? Ataukah Sinta akan marah seperti Ariel? Jauh lebih marah mungkin?

"Kamu pulang jam berapa besok?" tanya Galang memecah keheningan. Ia mengaduk sop ayam yang tersisa di meja Elin lalu menyingkirkan semuanya karena ia yakin Elin tak lagi berselera makan.

"Belum tahu, Mas. Tadi dokter cuma bilang kemungkinan besok saya udah boleh pulang."

"Kamu nggak ada yang nememin kan? Besok saya jemput. Nanti saya bawakan kamu baju ganti juga. Apalagi yang kamu perlukan?" tanya Galang sembari merapikan nakas kecil yang ada di sisi kanan tempat tidur pasien. Ia meletakkan beberapa botol air mineral di sana agar Elin bisa menjangkaunya dengan mudah.

Elin menatap Galang tak percaya. Ia tahu Galang memang baik, tetapi ia tidak bisa menerima kebaikan Galang seperti ini. Ia tak ingin teman-temannya di kantor salah paham.

"Ehm, saya bisa telepon Mirna buat ke sini nanti, Mas. Nggak usah deh, kalau soal baju ganti itu gampang. Besok juga pulangnya saya naik taksi aja." Elin meraih ponselnya yang ada di ujung tempat tidur. Ia mencoba mengaktifkan benda pipih itu. Namun, usahanya tidak membuahkan hasil. Ia menatap layar ponselnya yang retak di mana-mana hingga spontan bibirnya mencebik.

"Rusak mungkin. Sini biar saya lihat," kata Galang. Ia mengambil ponsel Elin lalu memeriksanya. "Kayaknya ini perlu diservis atau bahkan harus ganti yang baru. Nanti sekalian saya bawa ke tukang servis aja dulu."

"Tapi, Mas ... saya nggak mau ngerepotin."

Galang tersenyum tipis. "Sama sekali nggak repot. Kamu tenang aja. Nanti malam saya balik ke sini ya. Kalau sekarang saya harus ke kantor lagi. Kamu istirahat aja," kata Galang. Ia menyelipkan ponsel Elin ke dalam tasnya. "Kamu perlu ke toilet atau gimana-gimana nggak sebelum saya pergi?"

"Oh, nggak. Tenang aja, Mas. Saya baik-baik aja."

"Oke. Ini saya udah siapin air sama buah kalau kamu laper lagi. Bisa dibagi sama pasien sebelah itu juga kalau kamu nggak suka," ujar Galang.

Elin mengangguk. "Makasih ya, Mas. Maaf ya, saya banyak ngerepotin."

Galang mengibaskan tangannya sebagai kode bahwa Elin tak perlu mengatakan hal itu. "Ya udah, saya pergi dulu ya."

Elin mengangguk pelan. Ia melambai tangannya pada Galang hingga pria itu menghilang di balik daun pintu. Ia membuang napas pelan lalu merebahkan tubuhnya. Ia mendengar kasak-kusuk dari brankar sebelah yang memuji kebaikan Galang. Ia hanya tersenyum tipis. Yah, ia tahu Galang sangat baik, tetapi ia merasa tidak nyaman dengan kebaikan Galang padanya. Apalagi Galang adalah atasannya. Ia tak ingin ada gosip di tempat kerjanya.

***

Sementara itu, Ariel baru saja kembali ke ruangan Sinta. Ia meletakkan makanan yang ia beli di atas nakas dengan hati-hati karena Sinta sedang tidur. Tadinya ia hendak memberikan makanan itu pada Elin juga, tetapi melihat Elin sedang disuapi oleh Galang membuat Ariel mengurungkan niatnya. Ariel membuang napas panjang. Karena ia dititipi Elin oleh orang tua mereka, ia menjadi sangat sensitif ketika Elin dekat dengan teman prianya. Entah bagaimana, ia sangat tidak suka jika Elin berdekatan dengan pria lain.

Ariel merogoh ponsel di kantongnya. Ia tahu ponsel Elin rusak parah, tetapi ia sengaja tidak memberikan ponsel baru karena ia masih marah. Ia meletakkan ponsel milik Sinta di atas nakas setelah menancapkan kabel data untuk mengisi daya. Ia membaca sejenak beberapa pesan yang masuk di ponsel istrinya itu.

Kedua mata Ariel melebar seketika ketika ia membaca pesan singkat dari mertuanya, ibu Sinta, yang tinggal di desa.

"Sin, Ibu pengen datang ke kota. Ibu mau menemani kamu melahirkan anak pertama kamu. Ibu nggak sabar pengen lihat cucu ibu. Kamu bilang dong sama suami kamu, ibu boleh nggak datang dan menginap di rumah kalian?"

Terpopuler

Comments

Al-rayan Sandi Syahreza

Al-rayan Sandi Syahreza

sebenarnya si Ariel cemburu apa bagaimana yah liat si Elin sama atasan nya itu

2023-07-02

0

Rin Hidayat

Rin Hidayat

apakah Ariel itu cemburu atau gimana ya??
tapi kasar banget dech marah2 in Elin di depan bos nya. kan tengsin,malu Elin nya

2023-06-22

0

Rin Hidayat

Rin Hidayat

galang baik banget, mgkn galang suka sama kamu lin..

2023-06-22

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan
2 2. Kondisi Sinta
3 3. Mengetahui Fakta
4 4. Dijenguk Galang
5 5. Kemarahan Ariel
6 6. Mengabari Orang Tua
7 7. Pulang ke Rumah
8 8. Permintaan Sinta
9 9. Petaka di Tempat Kerja
10 10. Membuat Rencana
11 11. Meminjam Rahim Elin
12 12. Minta Waktu
13 13. Memberitahu Sinta
14 14. Surat Kontrak
15 Bab 15. Pernikahan Elin & Ariel
16 16. Malam Pertama
17 17. Makan Siang dengan Galang
18 18. Menolak Cinta Galang
19 19. Malam-malam Panas
20 20. Elin Mual-mual
21 21. Elin Hamil
22 22. Kebahagiaan Sinta
23 23. Antar Jemput Elin
24 24. Permintaan Elin
25 25. Kecemburuan Sinta
26 26. Pekerjaan Mulai Kacau
27 27. Diminta Berhenti Bekerja
28 28. Ditinggal Sendirian di Rumah
29 29. Di Rumah Lama
30 30. Elin Mendapatkan Mangga Muda
31 31. Pertengkaran Ariel dan Sinta
32 32. Surat Pengunduran Diri Elin
33 33. Elin Menjadi Pengangguran
34 34. Rasa Sedih Elin
35 35. Berduaan dengan Elin
36 36. Dibenci Istri Pertama
37 37. Meminta Penjelasan Elin
38 38. Sinta Jatuh Sakit
39 39. Elin Tak Bisa Tidur
40 40. Sarapan untuk Sinta
41 41. Memahami Elin
42 42. Bertemu Galang & Firda
43 43. Mendengarkan Detak Jantung
44 44. Membantu Sinta Membuat Kue
45 45. Cinta Elin Lebih Besar
46 46. Telepon dari Mama
47 47. Elin Sakit Hati
48 48. Ditinggal Malam Mingguan
49 49. Elin Terjebak
50 50. Elin Mengunci Diri
51 51. Memutuskan Pergi
52 52. Mencari Elin
53 53. Elin di Tempat Sepi
54 54. Elin Bertemu Galang
55 55. Petunjuk dari Elin
56 56. Ariel Cemburu?
57 57. Sekamar dengan Ariel
58 58. Permintaan Maaf Ariel
59 59. Bicara dengan Sinta
60 60. Galang Curiga
61 61. Membujuk Elin Pulang
62 62. Ketahuan Galang?
63 63. Akan Dikurung?
64 64. Pulang ke Rumah
65 65. Sikap Ariel di Rumah
66 66. Para Penjaga
67 67. Sinta yang Licik
68 68. Elin Dijaga Ketat
69 69. Pagi Hari yang Berbeda
70 70. Tendangan Bayi
71 71. Ingin Mencintai
72 72. Sinta Bersama Miko
73 73. Elin Bertemu Firda
74 74. Keegoisan Ariel
75 75. Kekesalan Elin
76 76. Sinta Marah
77 77. Ingin Mengungkapkan
78 78. Melihat Rumah Baru
79 79. Sinta dan Miko
80 80. Sinta Ketagihan
81 81. Untung Tak Ketahuan
82 82. Meminta Jarak
83 83. Kejutan!
84 84. Menjelaskan
85 85. Dibawa Oleh Mama
86 86. Berpisah
87 87. Elin Melahirkan
88 88. Derita Elin
89 89. Pergi untuk Selamanya
90 90. Pertemuan
91 91. Dari Hati ke Hati
92 92. Akhir Kisah
Episodes

Updated 92 Episodes

1
1. Kecelakaan
2
2. Kondisi Sinta
3
3. Mengetahui Fakta
4
4. Dijenguk Galang
5
5. Kemarahan Ariel
6
6. Mengabari Orang Tua
7
7. Pulang ke Rumah
8
8. Permintaan Sinta
9
9. Petaka di Tempat Kerja
10
10. Membuat Rencana
11
11. Meminjam Rahim Elin
12
12. Minta Waktu
13
13. Memberitahu Sinta
14
14. Surat Kontrak
15
Bab 15. Pernikahan Elin & Ariel
16
16. Malam Pertama
17
17. Makan Siang dengan Galang
18
18. Menolak Cinta Galang
19
19. Malam-malam Panas
20
20. Elin Mual-mual
21
21. Elin Hamil
22
22. Kebahagiaan Sinta
23
23. Antar Jemput Elin
24
24. Permintaan Elin
25
25. Kecemburuan Sinta
26
26. Pekerjaan Mulai Kacau
27
27. Diminta Berhenti Bekerja
28
28. Ditinggal Sendirian di Rumah
29
29. Di Rumah Lama
30
30. Elin Mendapatkan Mangga Muda
31
31. Pertengkaran Ariel dan Sinta
32
32. Surat Pengunduran Diri Elin
33
33. Elin Menjadi Pengangguran
34
34. Rasa Sedih Elin
35
35. Berduaan dengan Elin
36
36. Dibenci Istri Pertama
37
37. Meminta Penjelasan Elin
38
38. Sinta Jatuh Sakit
39
39. Elin Tak Bisa Tidur
40
40. Sarapan untuk Sinta
41
41. Memahami Elin
42
42. Bertemu Galang & Firda
43
43. Mendengarkan Detak Jantung
44
44. Membantu Sinta Membuat Kue
45
45. Cinta Elin Lebih Besar
46
46. Telepon dari Mama
47
47. Elin Sakit Hati
48
48. Ditinggal Malam Mingguan
49
49. Elin Terjebak
50
50. Elin Mengunci Diri
51
51. Memutuskan Pergi
52
52. Mencari Elin
53
53. Elin di Tempat Sepi
54
54. Elin Bertemu Galang
55
55. Petunjuk dari Elin
56
56. Ariel Cemburu?
57
57. Sekamar dengan Ariel
58
58. Permintaan Maaf Ariel
59
59. Bicara dengan Sinta
60
60. Galang Curiga
61
61. Membujuk Elin Pulang
62
62. Ketahuan Galang?
63
63. Akan Dikurung?
64
64. Pulang ke Rumah
65
65. Sikap Ariel di Rumah
66
66. Para Penjaga
67
67. Sinta yang Licik
68
68. Elin Dijaga Ketat
69
69. Pagi Hari yang Berbeda
70
70. Tendangan Bayi
71
71. Ingin Mencintai
72
72. Sinta Bersama Miko
73
73. Elin Bertemu Firda
74
74. Keegoisan Ariel
75
75. Kekesalan Elin
76
76. Sinta Marah
77
77. Ingin Mengungkapkan
78
78. Melihat Rumah Baru
79
79. Sinta dan Miko
80
80. Sinta Ketagihan
81
81. Untung Tak Ketahuan
82
82. Meminta Jarak
83
83. Kejutan!
84
84. Menjelaskan
85
85. Dibawa Oleh Mama
86
86. Berpisah
87
87. Elin Melahirkan
88
88. Derita Elin
89
89. Pergi untuk Selamanya
90
90. Pertemuan
91
91. Dari Hati ke Hati
92
92. Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!