2. Kondisi Sinta

Elin jelas kaget mendengar ucapan Ariel yang menuntutnya untuk mengganti bayi Sinta. Bagaimana bisa? Ia menatap bingung Ariel dan tak tahu bagaimana merespon ucapan sang kakak.

"Aku ... aku minta maaf," kata Elin. Hanya kata-kata itu yang meluncur dari bibirnya.

Ariel berdiri pelan. Ia menyugar rambutnya dengan gusar. Desah napasnya terdengar di koridor seketika. "Aku harus mengurus pemakaman bayi kami. Kamu tunggu Sinta dengan baik. Aku segera kembali ke sini."

Elin menatap punggung Ariel yang menjauh darinya. Ia menunduk lalu mulai menangis tersedu-sedu. Ariel bahkan tidak bertanya tentang kondisinya. Ia mungkin tidak separah Sinta, tetapi ia juga sakit.

Yah, Elin sudah lama menyimpan perasaan pada Ariel yang merupakan kakak angkatnya. Elin diadopsi di keluarga Ariel sejak ia masih bayi dan diperlakukan seperti anak kandung oleh keluarga itu. Namun, seiring Elin tumbuh dewasa, ia menyimpan rasa cinta untuk Ariel. Ariel selalu baik padanya, Ariel bahkan sangat menyayanginya, dulu. Sejak Ariel menikah dengan Sinta, Elin merasa bahwa Ariel sama sekali tidak memiliki waktu untuknya. Ia sudah kehilangan sosok Ariel sejak saat itu.

Elin berdiri perlahan sembari menahan rasa sakit di tubuhnya. Ia mendekati pintu kamar Sinta lalu membukanya pelan. Kedua mata Elin terpaku pada sosok Sinta yang terbaring di ranjang dengan berbagai selang menancap di tubuhnya.

"Mbak Sinta," panggil Elin lemah. Ia duduk di kursi kecil yang ada di sebelah ranjang lalu menggenggam tangan Sinta erat-erat. "Maafin aku."

Elin mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi tadi siang sebelum kecelakaan. Sinta ingin membeli makan sup ikan kesukaannya dan ia pun ikut karena bosan di rumah. Elin yakin ia menyetir dengan kecepatan yang standar, ia tidak mengebut sama sekali.

Elin baru ikut pindah ke rumah Ariel dan Sinta sejak dua bulan lalu karena ia memiliki pekerjaan di kota yang sama. Sebelumnya, Elin tinggal sendiri di rumah orang tua mereka. Namun, karena orang tua mereka dan adiknya, Gladis, memutuskan untuk pindah ke luar negeri, Elin pun menumpang di rumah Ariel.

"Ayo, Mbak, bangun," gumam Elin.

Sesungguhnya, Elin tak tahu apa yang akan ia katakan pada Sinta jika Sinta terbangun nantinya. Kedua matanya menatap perut Sinta yang sudah mengecil, padahal siang tadi Sinta sudah berceloteh riang tentang bayinya yang terus menendang. Sekarang, semuanya terasa begitu pedih.

***

"Bangun!"

Elin merasakan bahunya diremas oleh seseorang. Ia mengangkat kepalanya lalu menoleh pada Ariel yang sudah kembali ke rumah sakit. Ia masih bisa merasakan tatapan menusuk dari Ariel. Ia yakin, ia masih dianggap sebagai tersangka utama atas kecelakaan tadi siang.

"Kamu keluar aja," kata Ariel begitu Elin berdiri.

"Aku mau lihat Mbak Sinta bangun," kata Elin.

"Keluar!" hardik Ariel seraya menunjuk ke arah pintu kamar.

Elin membuang napas panjang. Ia baru saja ketiduran ketika menunggu Sinta dan sekarang ia baru sadar bahwa hari sudah berganti. Ia tak punya pilihan selain keluar dari kamar karena ia tak mau Ariel lebih marah padanya.

Begitu Elin meninggalkan kamar, Ariel pun duduk di kursi yang tadi dipakai oleh Elin. Sama seperti Elin, ia menggenggam erat tangan Sinta. Kedua matanya terpaku pada wajah pucat Sinta.

"Sayang, ayo bangun," gumam Ariel. Ia mengusap kening Sinta dengan lembut lalu menciumi punggung tangan Sinta.

Setelah waktu subuh berlalu, Ariel yang baru selesai menunaikan ibadah sholat pun mendengar rintihan lirih. Ia berdiri lalu mendekati ranjang Sinta. Kedua matanya melebar sempurna ketika Sinta menggeliat dengan mata menyipit.

"Sayang! Sinta, kamu udah bangun?"

Sinta mengangguk. Tangan kirinya meraba kening karena pusing yang mendera. "Aku di mana, Mas?"

"Tenang, Sayang. Kamu di rumah sakit," jawab Ariel setenang mungkin. Ia berdebar keras karena ia harus segera menjelaskan semuanya pada Sinta. Bahwa bayi mereka telah tiada! Bahwa mereka tidak akan pernah bisa memiliki bayi lagi!

"Aku ...." Sinta mengernyit ketika berusaha mengingat apa yang sudah terjadi padanya.

"Kamu bakal baik-baik saja. Aku janji." Ariel menggenggam erat tangan Sinta. Ia mengusap-usap puncak kepala Sinta agar Sinta lebih tenang.

"Mas, bayi kita gimana?" Sinta mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat perutnya. Sontak, ia membelalak. Kesadarannya seolah kembali begitu saja. Ia ingat, ia baru makan sup ikan dengan Elin lalu mereka dalam perjalanan pulang dan mereka mengalami tabrakan.

"Tenang, Sayang." Ariel menelan keras. Bibirnya terasa kelu hingga ia tak sanggup menjelaskan.

"Bayi kita udah lahir?" tanya Sinta seraya meletakkan kembali kepalanya di atas bantal.

Ariel mengangguk dengan air mata menggenang. "Ya, bayi perempuan kita udah lahir."

Sinta tersenyum tipis, tetapi entah bagaimana, ia merasa sangat sedih. "Bayinya di mana? Dia baik-baik aja?"

Sinta menunggu Ariel menjawab. Karena tubuhnya terasa begitu parah, ia tiba-tiba tidak yakin dengan kondisi bayinya. Apalagi Ariel langsung meneteskan air mata.

"Mas! Apa yang terjadi sama bayi aku?" tanya Sinta panik. Ia menggeliat untuk mencoba bangun, tetapi Ariel menahannya. Lagipula ia tak bisa banyak bergerak, perutnya sakit luar biasa. "Mas, jawab!"

"Maaf, Sayang. Tapi bayi kita nggak selamat. Kamu mengalami pendarahan," kata Ariel.

"Nggak mungkin! Nggak! Kamu bohong kan, Mas?" tanya Sinta tak percaya. Ia menggeleng berkali-kali pada suaminya.

"Aku nggak bohong, kondisi kamu nggak bagus karena kecelakaan itu," kata Ariel.

Sinta menangis sejadi-jadinya di atas tempat tidur. Ia bahkan tidak bisa banyak bergerak. Ia ingin bisa memeluk bayinya tetapi Ariel berkata ia sudah memakamkan bayi mereka dengan alasan, ia tidak tega jika Sinta harus melihat kondisi bayi yang sebenarnya akan lahir bulan depan itu.

"Aku mengambil foto bayi kita sebelum dia dimakamkan, Sayang. Tapi sebaiknya kamu melihatnya nanti setelah kamu sedikit membaik. Hm?"

Pagi itu, Sinta menangis bersama Ariel atas kemalangan yang menimpanya. Ia bahkan belum tahu bahwa ia tak akan memiliki kesempatan untuk bisa hamil lagi. Ariel masih mengurungkan niatnya untuk memberitahu Sinta, ia juga meminta dokter untuk merahasiakan ini dari Sinta hingga kondisinya jauh lebih baik.

Sementara itu, Elin yang duduk di depan ruangan Sinta pun bisa mendengar tangisan pilu pasangan suami istri itu. Ariel masih marah padanya, bisa saja Sinta juga akan menyalahkannya karena tidak bisa membawa mobil dengan baik. Sinta adalah kakak ipar yang sangat baik dan penyayang, jadi ia juga sangat menyayangkan kejadian ini.

Bahkan, Elin memendam perasaannya untuk Ariel selama ini karena ia tahu Sinta sangat mencintai Ariel. Begitu juga dengan Ariel yang sangat mencintai istrinya. Ia sudah membuat Ariel marah padanya, dan mungkin saja Ariel akan membencinya.

"Kak Ariel nggak boleh benci sama aku," gumamnya. Ia menoleh ke arah pintu kamar Sinta. "Apa yang harus aku lakuin biar Kak Ariel nggak marah lagi?"

Elin menyeka wajahnya yang basah dengan telapak tangan. Ariel ingin ia mengganti bayinya yang telah tiada. Ia tahu, itu hanyalah permintaan spontan yang keluar dari bibir Ariel ketika ia sedang berduka dan marah. Lagipula, bagaimana caranya ia bisa mengganti bayi tersebut? Tidak mungkin ia harus hamil dan melahirkan. Ia bahkan belum menikah. Dan jika ia hamil suatu hari nanti, bisakah ia memberikan bayinya pada Ariel dan Sinta?

Elin menggeleng pelan karena merasa apa yang ia pikirkan barusan begitu konyol. Ia berharap, Ariel tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya tadi.

Terpopuler

Comments

Lisa Meliana

Lisa Meliana

perempuan mana yang nga sakit hati klau lagi hamil trus tiba" keguguran 😭😭😭 mana lagi nga sempat ngeliatnya😭😭 gmna nga nangis tuu sinta

2023-07-18

0

Eva Rosiana

Eva Rosiana

Kasian Sinta juga elin
semua nya musibah ga ada yang ingin itu terjadi namun gimana lagi

2023-07-07

0

Kisti

Kisti

smg kalian bertiga dlm keiklasan dan damai pd takdir dan kenyataan.memang berat tapi tdk bsa saling menyalahkn bgtu 😭🤲🙏

2023-06-24

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan
2 2. Kondisi Sinta
3 3. Mengetahui Fakta
4 4. Dijenguk Galang
5 5. Kemarahan Ariel
6 6. Mengabari Orang Tua
7 7. Pulang ke Rumah
8 8. Permintaan Sinta
9 9. Petaka di Tempat Kerja
10 10. Membuat Rencana
11 11. Meminjam Rahim Elin
12 12. Minta Waktu
13 13. Memberitahu Sinta
14 14. Surat Kontrak
15 Bab 15. Pernikahan Elin & Ariel
16 16. Malam Pertama
17 17. Makan Siang dengan Galang
18 18. Menolak Cinta Galang
19 19. Malam-malam Panas
20 20. Elin Mual-mual
21 21. Elin Hamil
22 22. Kebahagiaan Sinta
23 23. Antar Jemput Elin
24 24. Permintaan Elin
25 25. Kecemburuan Sinta
26 26. Pekerjaan Mulai Kacau
27 27. Diminta Berhenti Bekerja
28 28. Ditinggal Sendirian di Rumah
29 29. Di Rumah Lama
30 30. Elin Mendapatkan Mangga Muda
31 31. Pertengkaran Ariel dan Sinta
32 32. Surat Pengunduran Diri Elin
33 33. Elin Menjadi Pengangguran
34 34. Rasa Sedih Elin
35 35. Berduaan dengan Elin
36 36. Dibenci Istri Pertama
37 37. Meminta Penjelasan Elin
38 38. Sinta Jatuh Sakit
39 39. Elin Tak Bisa Tidur
40 40. Sarapan untuk Sinta
41 41. Memahami Elin
42 42. Bertemu Galang & Firda
43 43. Mendengarkan Detak Jantung
44 44. Membantu Sinta Membuat Kue
45 45. Cinta Elin Lebih Besar
46 46. Telepon dari Mama
47 47. Elin Sakit Hati
48 48. Ditinggal Malam Mingguan
49 49. Elin Terjebak
50 50. Elin Mengunci Diri
51 51. Memutuskan Pergi
52 52. Mencari Elin
53 53. Elin di Tempat Sepi
54 54. Elin Bertemu Galang
55 55. Petunjuk dari Elin
56 56. Ariel Cemburu?
57 57. Sekamar dengan Ariel
58 58. Permintaan Maaf Ariel
59 59. Bicara dengan Sinta
60 60. Galang Curiga
61 61. Membujuk Elin Pulang
62 62. Ketahuan Galang?
63 63. Akan Dikurung?
64 64. Pulang ke Rumah
65 65. Sikap Ariel di Rumah
66 66. Para Penjaga
67 67. Sinta yang Licik
68 68. Elin Dijaga Ketat
69 69. Pagi Hari yang Berbeda
70 70. Tendangan Bayi
71 71. Ingin Mencintai
72 72. Sinta Bersama Miko
73 73. Elin Bertemu Firda
74 74. Keegoisan Ariel
75 75. Kekesalan Elin
76 76. Sinta Marah
77 77. Ingin Mengungkapkan
78 78. Melihat Rumah Baru
79 79. Sinta dan Miko
80 80. Sinta Ketagihan
81 81. Untung Tak Ketahuan
82 82. Meminta Jarak
83 83. Kejutan!
84 84. Menjelaskan
85 85. Dibawa Oleh Mama
86 86. Berpisah
87 87. Elin Melahirkan
88 88. Derita Elin
89 89. Pergi untuk Selamanya
90 90. Pertemuan
91 91. Dari Hati ke Hati
92 92. Akhir Kisah
Episodes

Updated 92 Episodes

1
1. Kecelakaan
2
2. Kondisi Sinta
3
3. Mengetahui Fakta
4
4. Dijenguk Galang
5
5. Kemarahan Ariel
6
6. Mengabari Orang Tua
7
7. Pulang ke Rumah
8
8. Permintaan Sinta
9
9. Petaka di Tempat Kerja
10
10. Membuat Rencana
11
11. Meminjam Rahim Elin
12
12. Minta Waktu
13
13. Memberitahu Sinta
14
14. Surat Kontrak
15
Bab 15. Pernikahan Elin & Ariel
16
16. Malam Pertama
17
17. Makan Siang dengan Galang
18
18. Menolak Cinta Galang
19
19. Malam-malam Panas
20
20. Elin Mual-mual
21
21. Elin Hamil
22
22. Kebahagiaan Sinta
23
23. Antar Jemput Elin
24
24. Permintaan Elin
25
25. Kecemburuan Sinta
26
26. Pekerjaan Mulai Kacau
27
27. Diminta Berhenti Bekerja
28
28. Ditinggal Sendirian di Rumah
29
29. Di Rumah Lama
30
30. Elin Mendapatkan Mangga Muda
31
31. Pertengkaran Ariel dan Sinta
32
32. Surat Pengunduran Diri Elin
33
33. Elin Menjadi Pengangguran
34
34. Rasa Sedih Elin
35
35. Berduaan dengan Elin
36
36. Dibenci Istri Pertama
37
37. Meminta Penjelasan Elin
38
38. Sinta Jatuh Sakit
39
39. Elin Tak Bisa Tidur
40
40. Sarapan untuk Sinta
41
41. Memahami Elin
42
42. Bertemu Galang & Firda
43
43. Mendengarkan Detak Jantung
44
44. Membantu Sinta Membuat Kue
45
45. Cinta Elin Lebih Besar
46
46. Telepon dari Mama
47
47. Elin Sakit Hati
48
48. Ditinggal Malam Mingguan
49
49. Elin Terjebak
50
50. Elin Mengunci Diri
51
51. Memutuskan Pergi
52
52. Mencari Elin
53
53. Elin di Tempat Sepi
54
54. Elin Bertemu Galang
55
55. Petunjuk dari Elin
56
56. Ariel Cemburu?
57
57. Sekamar dengan Ariel
58
58. Permintaan Maaf Ariel
59
59. Bicara dengan Sinta
60
60. Galang Curiga
61
61. Membujuk Elin Pulang
62
62. Ketahuan Galang?
63
63. Akan Dikurung?
64
64. Pulang ke Rumah
65
65. Sikap Ariel di Rumah
66
66. Para Penjaga
67
67. Sinta yang Licik
68
68. Elin Dijaga Ketat
69
69. Pagi Hari yang Berbeda
70
70. Tendangan Bayi
71
71. Ingin Mencintai
72
72. Sinta Bersama Miko
73
73. Elin Bertemu Firda
74
74. Keegoisan Ariel
75
75. Kekesalan Elin
76
76. Sinta Marah
77
77. Ingin Mengungkapkan
78
78. Melihat Rumah Baru
79
79. Sinta dan Miko
80
80. Sinta Ketagihan
81
81. Untung Tak Ketahuan
82
82. Meminta Jarak
83
83. Kejutan!
84
84. Menjelaskan
85
85. Dibawa Oleh Mama
86
86. Berpisah
87
87. Elin Melahirkan
88
88. Derita Elin
89
89. Pergi untuk Selamanya
90
90. Pertemuan
91
91. Dari Hati ke Hati
92
92. Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!