My Teacher, My Favorite

My Teacher, My Favorite

Hilda Granetta

"Ya Allah Non, cepat bangun! ini sudah jam berapa? nanti bisa telat masuk sekolah." ucap Bi Surti, yang sedang membangun kan Hilda yang masih bergulung dalam selimut.

"Ah... Bi, masih ngantuk." ucap Hilda dengan malas membuka kedua matanya, dan memeluk guling.

Bi Surti membuka gorden kamar Hilda, kamar bernuansa pink itu, tampak begitu terang karena sinar matahari yang masuk. Bi Surti, lantas menyiapkan seragam sekolah milik Hilda, tas dan menyusun buku pelajaran untuk hari ini.

"Non, cepat bangun. Nanti telat, terus tidak masuk sekolah lagi nantinya. Makannya, kalau setiap malam jangan main game terus, jadi gini kan." ucap Bi Surti, dengan memasukan buku - buku pelajaran, untuk hari ini.

"Astagfirullah, Non..! " teriak Bi Surti.

"Aaaaa... Bi, 5 menit lagi." ucap Hilda.

"Ayo bangun, mandi." tarik paksa Bi Surti, pada Hilda.

Hilda dengan malas dan mengantuk, lantas masuk kedalam kamar mandi.

****

"Non Hilda sudah bangun?" tanya Pak Sholeh, supir pribadi keluarga Hilda, sekaligus suami Bi Surti.

Keduanya, telah lama bekerja di keluarga Hilda. Dan sejak kecil, Hilda di asuh oleh Bi Surti, sedangkan kedua orang tua Hilda sibuk dengan kegiatannya, bahkan jarang untuk pulang ke rumah, hanya sebatas mengirimkan uang.

"Cepat Non, ini sudah 15 menit lagi masuk." ucap Pak Sholeh, saat Hilda keluar dari kamarnya.

"Sarapan dulu, nanti Bibi suapin." ucap Bi Surti sambil menyuapi Hilda, dan Hilda sambil menali sepatunya.

"Bi, hari ini main ke rumah Laila ya."

"Nanti jam berapa pulangnya? jangan malam - malam."ucap Bi Surti.

"Soalnya Bapak hari ini Non, mau pergi ke kota S bapak mau nengok Azizah di pesantren." ucap Pak Sholeh.

"Hilda pulang sendiri saja Pak, kalau Hilda belum pulang, cari saja di rumah Laila." ucap Hilda sambil menerima suapan dari Bi Surti.

"Sudah Non yuk berangkat, ini pasti telat lagi." ucap Pak Sholeh beranjak bangun.

"Eh tunggu Non, minum susunya dulu." ucap Bi Surti dengan mengarahkan gelas pada mulut Hilda.

*****

"Yah.. telat lagi!" ucap Hilda saat turun dari mobilnya.

Pintu gerbang tertutup rapat, tanda sudah masuk. Hilda lantas berlari ke samping sekolah, mencari lokasi untuk olahraga panjat tembok.

"Anak jaman sekarang, tidak ada pintu, tembok pagar pun jadi." ucap Pak Sholeh, yang sudah hafal kebiasaan anak majikannya.

Hilda menatap tembok sekolah, dengan tinggi 5 meter. Dengan naik ke atas pohon mangga, yang ada di kebun samping sekolah Hilda naik, dan dengan tanpa rasa takut, Hilda meraih tembok sekolah yang tinggi. Kini dirinya sudah berada, di atas tembok sekolah, dan siap untuk turun.

Buuuughhhhh

Aaawwww

Hilda berhasil loncat dan turun, walau kotor mengenai lututnya. Bagai seorang maling, yang takut tertangkap basah, Hilda berjalan mengendap. Dan segera bersembunyi, saat melihat Pak Kepala sekolah sedang berjalan dengan seorang guru.

Hilda lantas langsung berlari, melihat Ibu Dwi yang sedang menulis di papan tulis. Hilda dengan pelan membuka pintu, dan berhasil duduk di kursinya.

"Kebiasaan deh, telat 10 menit." bisik Laila.

"Ngatuk banget, tuh gara - gara semalam mabar sama si Axel." ucap Hilda.

"Nanti malam kita Mabar lagi gimana?" bisik Axel yang duduk di belakang Hilda.

"Kita Mabar, di rumah Laila gimana?" ucap Hilda.

"Kapan?" tanya Axel.

"Hari ini." jawab Hilda pelan.

"Ikut dong." ucap Mila.

"Iya, sudah nulis lagi, nanti ketahuan kita ngobrol, sama Ibu Dwi kena lempar spidol." ucap Laila pelan.

"Anak - anak, ini nanti di kumpulkan, biar tahu siapa yang tidak mencatat." ucap Ibu Dwi.

"Baik Bu."

*****

"Pak Dicky nanti mengajar ke 11 tiga kelas, dan di kelas 10 full 7 kelas dan kelas 12 hanya 5 kelas." ucap Pak Barkah, kepala sekolah SMAN 9 Harapan.

"Siap Pak." ucap Dicky.

"Pak Dicky, tadinya honor di mana?"

"Saya honor di SMAN 2 Harapan, sambil mengajar di SMA Erlangga, karena saya di SMAN 2 itu tidak full, dari senin sampai rabu, dan kamis sampai sabtu saya disana."

"Dan sekarang di SMA Erlangga masih mengajar?"

"Sudah tidak Pak, kemarin saya sudah memutuskan resign, karena disini jadwalnya full banget."

"Selamat bergabung menjadi keluarga besar di SMAN 9 Harapan. "

"Terima kasih Pak." ucap Dicky sambil berjabat tangan.

****

"Hallo Hilda, ini ada cokelat buat kamu? tuh dari si Rendi." ucap Firman.

"Thanks ya." ucap Hilda tersenyum ke arah Rendi.

Firman kembali ke mejanya bersama Rendi, sedangkan Rendi terus menatap ke arah Hilda. Gadis cantik, yang sudah lama di taksir Rendi.

"Makin hari, calon bini makin cantik." ucap Rendi.

"Kalau kamu, berhasil dapatkan tuh Hilda, kamu harus traktir gua makan sepuasnya di kantin ini." ucap Firman.

"Jangankan traktir, kantinnya gua beli." ucap Rendi dengan nada sombong.

"Wuis.. mantap."

Sedangkan Hilda dan teman - temannya, sedang asik makan cemilan yang di belinya. Tidak dengan cokelat pemberian Rendi, hanya tergeletak begitu saja.

"Ini Cokelat, mau di makan tidak?" tanya Axel.

"Makan saja, nggak suka cokelat." jawab Hilda.

"Masa! " ucap Mila.

"Iya, kalau mau makan. Nanti di makan, ada guna - gunanya, ih.. serem takut itu cokelat dari dukun." ucap Hilda.

"Ah kalau dari dukun, nggak mau makan. Nanti malah gua lagi, yang ngejar - ngejar si Rendi." ucap Axel.

"Kalau yang makan orang lain, katanya itu bakalan luntur mantra - mantranya." ucap Laila.

"Sumpah Lo, nggak bohong?" ucap Axel.

"Iya, suer itu kata Nenek gua." ucap Laila.

"Udah deh, tinggal makan saja. Lagian hari gini, masih saja percaya sama begituan." ucap Hilda.

"Yaudah gua makan." ucap Axel, memakan cokelat pemberian dari Rendi.

"Wah dasar Asem tuh si Axel." ucap Rendi.

****

"Hilda, gua antar yuk." ajak Rizky, ketua OSIS SMAN 9 Harapan.

"Thanks ya Riz, gua mau main ke rumah Laila." tolak Hilda.

"Oh yaudah, duluan ya." ucap Rizky lantas melajukan motornya.

"Beruntung banget, Kamu di ajak pulang bareng, sama ketua OSIS ganteng itu." ucap Laila heboh.

"Kenapa sih? biasa saja kali." ucap Hilda.

"Secara, dia banyak yang naksir. Tapi dia kan mantan nya Kamela."

"Emangnya gua suka sama dia!" ucap Hilda berjalan meninggal Laila.

"Buruan yuk, panas." ucap Axel dari dalam mobil.

Keduanya pun masuk ke dalam mobil, yang di dalamnya sudah ada Mila. Sedangkan dari jauh, Rose dan gank nya menatap tak suka dengan Hilda, yang menurut dirinya adalah saingannya.

"Kenapa sih, semua cowok pada naksir dia? hebatnya apa dia, cantik doang! kenalkan Rose tidak hanya cantik, tapi otaknya pintar." ucap Rose, kakak kelas Hilda yang menganggap Hilda adalah saingannya.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Ara Julyana

Ara Julyana

salam kenal kk...aku mampir

2023-07-19

2

Ryanti Yanti

Ryanti Yanti

seruuuu juga

2023-07-01

1

HARTIN MARLIN

HARTIN MARLIN

Assalamualaikum hai 🖐🖐 salam kenal dari ku

2023-06-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!