Belajar Khusus

"Gila bener gila! sumpah Lo berani banget sama Pak Dicky." ucap Laila.

"Siapa dulu dong, Hilda! " ucap Hilda dengan membanggakan diri.

"Lo jangan senang dulu, siapa tahu Pak Dicky sudah punya pacar atau dia mau nikah."ucap Axel.

" Nah betul itu, Lo jangan senang dulu."ucap Mila.

"Jangan dong, tapi no problem. Sebelum janur kuning melengkung, gua akan dapatkan dia. Kalau perlu, mau nikah gagal." ucap Hilda.

"Wah, benar - benar parah Lo."

Sedangkan di ruang guru, Dicky sedang mempersiapkan buku matematika, dan mempersiapkan materi yang akan di berikan pada kelas selanjutnya. Saat sedang fokus, membuka buku paketnya, Ibu Lia guru Bahasa Inggris mendekatinya.

"Pak Dicky, boleh minta nomer ponselnya? buat dimasukan ke dalam group sekolah!" ucapnya.

"Oh boleh Bu." ucap Dicky dengan ramah.

"Masukan saja, langsung ke ponsel saya." ucap Ibu Lia dengan menyerahkan ponselnya.

"Ini bu sudah." ucap Dicky mengembalikan ponselnya.

"Terima kasih ya, ehm... maaf Pak Dicky. Rumahnya dimana?" tanya Ibu Lia.

"Saya di kampung Bahari Bu."jawab Dicky.

" Oh disitu, RT berapa?"

"RT 12."

"Ah.. deket, saya RT 11."

"Oh iya kah bu, wah bisa saling silahturahmi ya Bu."

"Saya hanya tinggal sama anak saja berdua, saha janda loh."

"Oh iya Bu, maaf Bu saya mau ke kelas dulu. Bel sudah bunyi, permisi."

Ibu Lia tersenyum menatap punggung Dicky, lantas kembali ke kursinya.

***

"Pada kemana mereka?" tanya Hilda.

"Mereka masih ada disini, tapi sibuk dengan pekerjaan." jawab Bi Surti.

"Lagi - lagi, kalau mereka itu pulang. Kasih tahu Hilda biar, nggak pulang ke rumah." ucap Hilda dengan meletakkan sepatu, tas begitu saja. Dan Bi Surti, langsung membawanya.

"Kalau seperti itu, Non akan di marahi juga. Tetap di marahin, seharusnya Non itu bersyukur kalau Tuan dan Nyonya masih perhatian, sama Non."

"Perhatian yang bagaimana Bi, dari Hilda bayi yang rawat Bi Surti sama Pak Sholeh. Hilda itu anak mereka atau anak kalian! buat apa kemewahan, buat apa tercukupi, kalau kasih sayang tidak ada. Hilda hanya butuh kasih sayang, bukan seperti ini." ucap Hilda masuk kedalam kamarnya.

"Bibi juga bingung Non, harus bilang apa kalau sudah seperti ini." ucap Bi Surti.

****

"Mau berapa Bu nasi uduknya?" tanya Dicky saat melayani pembeli.

"Mau lima bungkus Bang." jawab pembeli.

"Boleh, pakai sambal semua?"ucap Dicky.

" Yang dua jangan Bang."

Husna datang, dengan membawa gorengan dagangannya, yang ikut di jual di lapak Dicky.

"Gorengan nya Bu, masih panas." tawar Husna.

"Boleh mba, beli 10 ribu saja." ucap pembeli.

"Campur atau tidak?" tanya Husna.

"Minta Bala - bala nya saja." jawabnya.

"Ok."

"Ini Bu, sudah jadi. " ucap Dicky sambil menyerahkan satu kantong kresek, berisi lima bungkus nasi uduk.

"Total sama gorengan berapa Bang?"

"Totalnya 60 ribu Bu." ucap Dicky.

Pembeli pun lantas pergi, setelah membayar nasi uduk dan gorengan. Dicky pun menyerahkan uang, dari pembeli tadi pada Husna.

"Ini uangnya." ucap Dicky.

"Sudah laris berapa porsi?" tanya Husna.

"Tadi itu penglaris." jawab Dicky.

"Alhamdulillah, saya bawa 100 biji Mas."

"Yaudah tinggal saja, nanti uangnya biasa."

"Ini sisa 90 ya Mas."

"Iya, eh iya Mas bungkus buat Ayah."

"Nggak usah Mas, saya masak. Nanti nggak dimakan, makasih ya."

"Beneran! Mas niat kasih loh."

"Nggak usah, makasih."

"Yaudah."

"Kalau begitu, saya permisi Mas."

"Hati - hati."

Hilda bersama Pak Sholeh sedang memutari jalan sekitar Alun - alun untuk mencari jajanan sore, dengan mobil mewah yang di pakainya keduanya membuat perhatian banyak mata.

"Pak, yang enak apa sih? dari tadi muter - muter terus." ucap Hilda.

"Non, mau nasi uduk sama gorengan? itu enak banget Non." ucap Pak Sholeh menawarkan.

"Yaudah coba, sekalian beli buat Bapak sama Bi Surti."

Mobil pun berhenti di salah satu gerobak nasi uduk Pak Sholeh pun turun terlihat banyak pembeli yang mengantri.

Hilda pun fokus pada layar ponselnya, dengan musik yang kencang di dalam mobil. Sesekali, pembeli menoleh ke arah mobil mewah, dengan suara musik yang keras.

Pak Sholeh melihat gorengan telah ludes, dan nasi uduk pun habis setelah satu orang pembeli terakhir pergi.

"Bapak Maaf habis." ucap Dicky.

"Yah, padahal saya sudah mengantri dari tadi." ucap Pak Sholeh.

"Maaf ya Pak, kalau mau di seberang sana juga ada yang jual. Disana lengkap, ada nasi campur, uduk dan kuning." saran Dicky.

"Nggak ah, enak disini."

"Maaf ya Pak."

"Iya nggak apa - apa, permisi."

Pintu mobil terbuka, Hilda menatap Pak Sholeh yang hanya membawa tangan kosong.

"Mana nasi uduknya?" tanya Hilda.

"Habis Non." jawab Pak Sholeh.

"Gimana sih Pak, nunggu dari tadi malah nggak bawa apa - apa. Nyebelin banget deh,Hilda lapar Pak."

"Jadi gimana Non, mau makan apa?"

"Beli di restoran biasa kita makan."

"Baik Non."

****

"Kalian kerjakan halaman 10,nanti di kumpulkan." ucap Dicky.

Hilda menatap soal yang membuatnya pusing, soalnya cerita, yang harus di bagi, di tambah dan di kali. Serta soal bangun ruang, Hilda lantas memilih diam tidak mengerjakan soal tersebut.

"Hilda, kenapa kamu tidak kerjakan?" tanya Dicky.

"Bisa bantu Hilda tidak pak? Hilda tidak bisa." jawab Hilda.

"Bukannya, ini soal sudah di bahas kemarin, dan kamu juga sempat bertanya. Apa kamu lupa?"

"Kalau Pak Dicky, mau mengajarkan secara khusus Hilda mau! " ucap Hilda dengan mengedipkan salah satu matanya.

"Maju kamu ke depan! " perintah Dicky sambil berjalan ke arah papan tulis.

Semua siswa menatap Hilda yang berjalan ke arah depan, dan Dicky memberikan spidol, untuk menulis di papan tulis.

"Tulis soal nomer satu."

"Soal mana Pak?" tanya Hilda.

"Soal cerita ini, lantas kamu kerjakan di depan teman - teman kamu. Dan yang lain, fokus pada tugas kalian masing - masing." ucap Dicky.

Hilda pun menulis soal tersebut, dan untuk menyelesaikan jawaban dari soal yang di tulis. Hingga semua siswa mengumpulkan soal yang di kerjakan, tidak dengan Hilda yang belum memecahkan soal tersebut.

"Kamu benar - benar tidak bisa?" tanya Dicky.

"Iya Pak, kan sudah di bilang. Harus secara khusus, Pak Dicky ajari Hilda." jawab Hilda.

"Setiap saya jelaskan, kamu perhatikan tidak? saya sering bilang, kalian mengerti tidak! yang tidak mengerti itu, boleh tanya dan nanti saya akan jelaskan ulang." ucap Dicky.

"Nilai Matematika gua jelek, apa Bapak bisa privat les Matematika! "

"Setiap hari jam pulang sekolah, kita belajar di kelas ini."

****

"Kok jantung gua berdetak kencang ya, saat Pak Dicky mau les gua setiap hari di sekolah. Tapi kenapa tidak di rumahnya, kok di sekolah! " ucap Hilda.

"Kalau di rumah, emang mau ngapain?" tanya Mila.

"Kayak di cerita novel gitu, deket - deket duduknya terus ada getaran terus ciuman." jawab Hilda.

Plaaaakkk

Laila memukul kepala Hilda dengan majalah yang di pegangnya, dengan cemberut Hilda memegang kepala yang sakit.

"Lo itu perlu di Ruqyah biar jin, setan di tubuh Lo keluar."

"Ya tapi nggak harus pukul kepala kali, sakit!" ucap Hilda kesal.

"Sebenarnya Lo itu bisa matematika, waktu SMP Lo itu jago, kenapa pas SMA semua pelajaran kamu jadi oon sih? " ucap Mila.

"Dengan semangat ada Pak Dicky, gua akan lulus memuaskan." ucap Hilda dengan percaya diri.

.

.

Terpopuler

Comments

Ara Julyana

Ara Julyana

hehehe senyum2 sendiri pas baca bagia ini, betul emang kalau cerita novel gtu😊

2023-07-27

2

Ryanti Yanti

Ryanti Yanti

ayo hilda semangat

2023-07-01

1

HARTIN MARLIN

HARTIN MARLIN

iya pintar kalau udah lama gak di asah akan luntur ke pintarannya

2023-06-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!