Kebebasan

Suara musik berdegup kencang di dalam mobil, semuanya bernyanyi dan menggoyangkan tubuh mereka. Suara mereka hingga membuat di dalam mobil membuat, bila yang mendengar langsung menutup telinga.

This is my life, full of color, dye your love, with the sincerity of your heart

Hingga Axel, mengemudi sembari memukul - pukul setir mobilnya. Dengan terus suara penyanyi aslinya, hilang karena suara mereka.

Dicky mengendarai motor tuanya, dengan sangat pelan, namun tiba - tiba harus terkena percikan air, yang mengenang jalan berlubang akibat mobil, yang melaju kencang.

"Hey... bisa bawa mobil pelan nggak sih?" teriaknya saat melihat pakaian seragamnya harus kotor terkena air campur lumpur.

"Ah.. bau lagi air nya." ucap Dicky lantas melanjutkan mengemudikan motor, setelah berhenti sesaat.

**

"Loh baju kamu kenapa Dicky?" tanya tetangga Dicky, ibu soimah yang sedang mengangkat jemuran.

"Ini bu, tadi ada mobil bawanya kencang kena seragam saya."

"Oh, harus segera di rendam biar cepat rontok nodanya."

"Iya bu."

Dicky masuk kedalam rumahnya, mengganti pakaiannya. Dan bersiap untuk lanjut berjualan sore di Alun - alun kota.

Hidup sendiri, membuat Dicky harus bisa mencukupi untuk keperluan hidupnya, karena Dicky sejak kecil menjadi Yatim piatu dan harus bekerja agar tidak bergantung pada orang lain.

"Mas." sapa Husna.

"Husna, kamu sudah pulang?"ucap Dicky.

" Baru saja Mas, ini saya belikan makan siang buat Mas Dicky."

"Terima kasih ya, jadi merepotkan."

"Nggak kok, sudah mau siap - siap buat bahan nasi uduk ya, buat jualan nanti sore?"

"Iya, biar jam 5 sore, sudah ada di Alun - alun."

"Kalau begitu, saya pamit."

"Sekali lagi terima kasih." ucap Dicky lantas membuka nasi bungkus pemberian dari Husna.

****

"Hajar terus Xel, hajar ah... payah Lo." ucap Hilda membanting ponselnya.

"Eh kalian pada ingat nggak sih? besok itu ada PR Matematika!" ucap Mila.

"Kerjain dong, gua paling malas. Besok gua mau nggak ikut pelajaran Matematika." ucap Hilda.

"Hilda, Lo itu sudah alfa loh beberapa kali. Bahkan banyak ijin yang kamu buat - buat. Mending masuk deh, dari pada orang tua Lo di panggil karena tidak pernah masuk." ucap Laila.

"Silahkan saja, lagian yang datang pembokat gua."

"Mil, Lo kan yang jago tuh buat pecahin soal. Lo kerjain gih, nanti kita - kita pada nyontek." ucap Axel yang sibuk, dengan Video game nya.

"Iya, nanti gua kerjain."

Ceklek

"Kalian mau pada makan nggak? Ibu sudah masakin sayur sop sama goreng tempe." ucap Ibu Laila.

"Wah, kebetulan Tan." ucap Axel.

"Yuk pada makan." ucap Ibu Laila, lantas pergi.

"Yuk pada makan, mumpung masih panas."ajak Laila.

****

"Hilda ponsel kamu bunyi." ucap Mila.

"Biar saja." ucap Hilda.

"Hilda ponsel kamu bunyi lagi loh, angkat lah." ucap Laila.

Hilda mengabaikan panggilan dari Mami nya, lantas berganti Papinya menelepon tapi Hilda tidak mengangkatnya.

"Loh, itu ponselnya bunyi terus. Kenapa tidak di angkat?" ucap Ibu Laila, bernama Asih.

"Biarkan saja Bu." ucap Hilda sambil makan.

"Barangkali penting."

"Nggak kok bu."

****

"Apa ini kebiasaan dia? jam 5 sore belum pulang ke rumah! " ucap Ibu Stevi, Mami Hilda.

"Bi, kamu itu suruh jaga anak kami, jaga seperti anak sendiri. Masa kamu biarkan, Hilda anak perempuan jam segini masih di luar rumah." ucap Pak Bara, Papi Hilda.

Kedua orang tua Hilda, sibuk dengan bisnis mereka. Yang harus sering ke luar negeri. Ibu Stevi, adakah seorang model, dan pengusaha kosmetik yang pasarannya hanya di jual di luar negeri, dan untuk penunjang fashion show internasional.

Sedangkan Pak Bara, adalah seorang pengusaha sukses ekspor impor, yang keduanya sangat gila pekerjaan, demi kepentingan dunia dan rela meninggalkan tanggung jawab masing - masing.

"Maafkan saya Tuan, Non Hilda main juga di rumah sahabatnya, saya yakin dia juga tidak akan nakal di luar sana." ucap Bi Surti.

"Bi, kamu itu jangan suka membela Hilda. Kamu kita tugaskan didik dia yang baik, karena kita itu tidak ada waktu buat dia, sekarang suami kamu mana? suruh jemput Hilda." ucap Ibu Stevi.

"Maaf Nyonya, suami saya ada di kota S. Malam baru sampai." ucap Bi Surti.

"Bagus ya! biasanya pulang jam berapa?" tanya Pak Bara.

"Jam 8 malam pulang."

"Astaga! kalian benar - benar membebaskan anak saya. Kalau sampai anak saya, terkena pergaulan bebas, kalian berdua yang akan saya hajar." ucap Pak Bara marah, lantas bangun dari duduknya.

***

"Non, cepat pulang. Naik taksi atau apa! Tuan sama nyonya pulang." ucap Bi Surti saat menelepon Hilda.

"Ini sedang di jalan Bi, mereka datang jam berapa?"

"Tadi sore, Bibi juga tidak tahu, kalau Tuan sama Nyonya pulang."

"Tunggu di depan Bi, saya sebentar lagi sampai."

****

"Lihat Pap, nilai - nilai Hilda hancur! coba lihat nilai Matematikanya, benar - benar mereka tidak memperhatikan belajar anak kita." ucap Ibu Stevi marah, dengan menunjukkan beberapa buku tugas milik Hilda.

"Entahlah Mam, Papi bingung mau bilang apa. Mau pecat mereka, Hilda sudah nyaman dengan Bi Surti dan Pak Sholeh. Mau kita bawa, Mami sibuk, Papi juga sibuk."

Hilda turun dari taksi, Bi Surti sudah menyambut kedatangan anak majikannya. Hilda yang tahu, akan kena marah kedua orang tuanya.

"Non, nanti diam saja ya. Jangan jawab apa - apa, kalau Nyonya sama Tuan bicara. Non jangan melawan, ingat pesan Bibi." ucap Bi Surti.

"Assalamu'alaikum." ucap Hilda memberikan salam.

"Walaikumsalam."ucap Pak Bara dan Ibu Stevi.

Plaaakkkk

Sebuah tamparan di daratkan pada pipi kanan Hilda, Ibu Stevi dengan kesal menampar pipi kiri Hilda.

Plaaaakkk

" Mau jadi apa hah! lihat pelajaran kamu, nilai nya jelek. Dan lihat, Matematika kamu, kenapa nilai D semua. Kerjaan kamu main terus hah! " bentak Ibu Stevi.

"Hilda, kamu fasilitas apa saja, kami penuhi. Kalau kamu kurang paham, dan kurang masuk ke otak masalah pelajaran, kamu bisa les. Papi akan bayar berapapun untuk sewa guru les, kamu tahu Hilda untuk masuk universitas favorit di luar negeri, harus punya nilai bagus. Papi sama Mami tidak mau, kamu masuk asal universitas. Dulu waktu SD sampai SMP kamu pintar, sekarang kenapa kamu jadi bodoh!" bentak Pak Bara.

"Bi, saya minta sama kamu. Jangan manjakan dia, kita lihat dari mulai SMA dia berubah, memalukan. Bagaimana nanti kalau ada berita, anak orang sukses tapi anaknya tidak sukses." ucap Ibu Stevi.

"Maafkan Hilda, Mami Papi Maaf!" ucap Hilda langsung berlari masuk kedalam kamarnya.

***

Hiks.. hiks.. hiks..

"Hilda bosan hidup seperti ini, hiks.. hiks.. Hilda ingin cari apa yang Hilda ingin."

.

.

Terpopuler

Comments

Ara Julyana

Ara Julyana

Hilsa merasa tertekan

2023-07-25

1

Ryanti Yanti

Ryanti Yanti

orang tua egois

2023-07-01

1

Tiara Shp

Tiara Shp

orang tua yang tidak peduli sama anaknya

2023-06-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!