"Pak Sholeh, ini bonus buat kamu sama istri kamu. Atur saja, mau di bagi berapa. Saya kasih kamu cek senilai 50 juta, tapi ingat saya tidak mau ada berita yang tidak enak tentang Hilda." ucap Pak Bara.
"Siap Tuan." ucap Pak Sholeh menerima cek tersebut.
"Azizah bagaimana?" tanya Pak Bara.
"Tahun sekarang dia lulus , dan minta kuliah jurusan kedokteran." jawab Pak Sholeh.
"Kamu punya duit berapa? mau kuliahkan Azizah!" ucap Ibu Stevi.
"Alhamdulillah jalur beasiswa." ucap Sholeh.
"Lihat Pap, anak pembantu saja pintar. Malah dapat beasiswa lagi, kedokteran. Anak kita, kenapa jadi bodoh dan blangsak." ucap Ibu Stevi."
Hilda keluar dari kamarnya, tidak seperti biasanya Hilda hari ini bangun pagi - pagi, dan Bi Surti yang selalu memanjakannya membantu menuangkan sarapan pagi, yaitu nasi goreng.
"Papi sudah transfer uang, untuk kamu cari guru les. Kamu harus lihat Azizah, jadi motivasi agar kamu bisa dapat beasiswa. Masa anak majikan, kalah sama anak pembantu memalukan." ucap Pak Bara.
Hilda hanya diam, makan nasi goreng yang rasanya enak tapi terasa hambar karena kedua orang tuanya terus marah - marah.
***
"Pak, ko saya jadi kasihan sama Non Hilda. Dan merasa bersalah, kita salah didik Non Hilda. Padahal kita bisa saja, mendidik Non Hilda seperti Azizah." ucap Bi Surti.
"Bapak juga sama Bu, tapi Non Hilda itu seperti itu dia seolah cari perhatian, Ibu tidak paham dia itu ingin perhatian Tuan Bara dan Nyonya Stevi." ucap Pak Sholeh.
"Saya itu, kalau memilih lebih baik orang tuanya, tidak pulang - pulang. Kasihan kalau setiap pulang, bisanya marah - marah. Dulu waktu Non Hilda masih selalu dapat prestasi, hanya hadiah lagi hadiah, setiap ada acara sekolah kita saja Pak yang datang. Kalau Mami Papi nya mengerti, tidak seperti ini."
***
"Hilda berangkat sekolah dulu." ucap Hilda bersalaman dengan kedua orang tuanya, namun keduanya hanya fokus pada layar laptopnya, saat bersalaman.
"Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam." ucap Pak Bara dan Ibu Stevi.
Hilda segera berlari ke arah mobil , yang sudah terparkir di depan teras rumah. Bi Surti berlari dengan membawa gelas berisi susu putih.
"Non di minum dulu susu nya." ucap Bi Surti.
"Terima kasih Bi." ucap Hilda meminum susu buatan Bi Surti.
"Bi Surti, Pak Sholeh! mereka itu kapan sih balik ke luar negeri? ini telinga rasanya mau pecah, gendang telinganya. Harus mendengarkan mereka, seperti radio butut." ucap Hilda.
"Hus, nggak boleh bilang begitu. Yuk berangkat Non, nanti telat." ucap Pak Sholeh.
"Hati - hati. " ucap Bi Surti.
***
"Mas, saya hari ini harus keluar kota. Besok baru pulang, ada mendadak jadwal pemotretan. Dan pembuatan iklan produk cream terbaru." ucap Ibu Stevi.
"Kapan kamu, meluncurkan produk untuk dalam negeri?" tanya Pak Bara.
"Sedang dalam fase uji coba, untuk jenis kulit yang ada di negara kita." jawab Ibu Stevi.
"Saya juga, mau melihat pembangunan proyek untuk pabrik baru. Mungkin lusa sudah balik lagi ke Eropa, disana harus meninjau perusahaan yang ingin bergabung dengan perusahaan kita."
"Ok, nanti saya akan menyusul kesana."
"Ya."
"Saya harus siap - siap." ucap Ibu Stevi dengan mengecup bibir Pak Bara.
****
"Bete banget sih, jam segini sudah sampai disekolah." celetuk Hilda.
"Jadi kemarin, Lo kena marah bokap nyokap!" ucap Mila.
"Iya, sok - sok an perhatian sama sekolah gua lah, sok suruh cari guru les privat lah. Malas banget, bisanya marah - marah." ucap Hilda kesal.
"Berarti, mereka masih perhatian sama Lo. Dan Lo nya aja kagak paham, bisanya marah." ucap Axel.
"Lo kalau tidak tahu, tentang hidup gua mending nggak usah komen deh. Yang ada gua tambah kesel sama Lo." ucap Hilda.
"Eh, ada guru baru! " ucap Wawan, ketua kelas.
"Guru baru! guru pelajaran apa?" tanya Laila.
"Matematika, pengganti Pak Badrun. Dia mengajar di kelas lain, gurunya masih muda, dia sedang berjalan kemari." jawab Wawan.
"Selamat pagi semuanya."
"Selamat pagi..!! "
Suara riuh dalam kelas, terutama siswa perempuan saat melihat guru baru mereka yang tampan, dan masih muda.
"Kalau guru Matematikanya, model gini. Ya rajin dong, tiba - tiba Matematika jadi favorit." celetuk salah satu siswa perempuan.
Hilda menatap dengan mata tak berkedip, bahkan menyangga wajahnya dengan kedua tangan.
"My Teacher, My Favorite." ucap Hilda.
"Perkenalkan, nama Bapak Dicky Anugerah. Panggil saja Pak Dicky, saya guru baru di SMAN 9 Harapan akan mengajar matematika." ucap Dicky.
"Pak sudah punya pacar belum?" tanya Lita.
Langsung suara keributan muncul, dan Pak Dicky hanya tersenyum dengan menunjukkan lesung pipinya.
"Saya masih singel." jawab Pak Dicky.
"Wah boleh , daftar jadi calon istri dong." celetuk Rebeca.
"Sekolah aja Lo yang pinter." ucap Asep.
"Sekarang Bapak Absen satu persatu ya. "
"Aldi."
"Hadir Pak."
"Abay."
"Hadir Pak."
"Asep"
"Hadir Pak. "
"Alda."
"Hadir Pak."
Pak Dicky terus mengabsen satu persatu muridnya, hingga kini giliran Hilda yang di panggil.
"Hilda."
"Hadir sayang."
"Apa! " ucap Pak Dicky, yang membuat semuanya menoleh ke arah Hilda.
"Maksudnya, hadir Pak." ucap Hilda.
Lantas Dicky, melanjutkan mengabsen kembali. Hingga beralih memulai pelajaran, melanjutkan materi yang di ajarkan oleh Pak Badrun.
"Oh my god, Gua bakalan rajin ini. Ada pelajaran Pak Dicky, secara mendadak suka sama Matematika." ucap Hilda.
****
"Cukup sekian pelajaran dari saya, nanti jangan lupa PR halaman 10,di kumpulkan di kertas selembar." ucap Pak Dicky.
"Bapak! " panggil Hilda mendekat.
"Iya, ada apa?" tanya Dicky.
"Saya masih kurang paham, yang tadi bapak jelaskan. Apa bisa bapak ulangi, materi tadi?" ucap Hilda, yang sedang mencari kesempatan.
"Eh tuh bocah, sedang PDKT apa?" ucap Axel.
"Kayaknya! sudah mulai mengerti cowok ganteng." celetuk Mila.
Hilda menunjukkan soal yang tadi di bahas bersama, dengan telaten Dicky mengulangi materi yang tadi.
"Bagaimana, sudah paham?" tanya Dicky.
"Sudah Pak, makasih." jawab Hilda, namun saat di jelaskan ulang, Hilda tidak memperhatikan pelajaran, namun memperhatikan wajah Dicky.
"Sama - sama." ucap Dicky, lalu pergi.
"Gimana? tadi mengerti! " tanya Laila.
"Nggak mengerti." jawab Hilda.
***
"Hilda, mau gua traktir nggak?" ucap Rendi sambil berjalan di sebelah Hilda.
"Tanya saja sama mereka, mau nggak." ucap Hilda.
"Loh kok mereka, gua kan ajak Lo." ucap Rendi.
"Makasih Ren, saya masih kenyang." ucap Hilda dengan mempercepat langkahnya.
Rose and the gank terdiri dari Rara, Celine dan Mika menghadang Hilda, Laila, Mila dan Axel. Dengan berkacak pinggang, Rose berdiri di tengah - tengah koridor sekolah.
"Stop." perintah Rose.
"Ada apa sih Lo?" ucap Laila kesal.
"Gua peringatkan Lo, agar tidak dekati semua cowok yang ada di SMAN 9 ini. Karena ini, adalah kawasan gua, disini gua berhak mengatur siapa saja." ucap Rose.
"Memangnya gua pikirin." celetuk Hilda.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Ara Julyana
sok keren! sok berkuasa,angkuh banget!
2023-07-25
1
Ryanti Yanti
menarik
2023-07-01
1
ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ
𝖍𝖆𝖉𝖊𝖊𝖜 𝕶𝕰𝕸𝕭𝕬𝕹𝕲 𝖆𝖑𝖎𝖆𝖘 𝕽𝕺𝕾𝕰 𝖘𝖔𝖐 𝖓𝖌𝖊𝖇𝖔𝖘𝖘𝖞 𝖍𝖊𝖑𝖑𝖔𝖜 𝖘𝖎𝖙𝖚 𝖕𝖊𝖑𝖆𝖏𝖆𝖗𝖗 𝖜𝖔𝖞 𝖇𝖚𝖐𝖆𝖓 𝖕𝖗𝖊𝖒𝖆𝖓 𝖕𝖆𝖘𝖆𝖗
2023-06-03
1