NovelToon NovelToon

My Teacher, My Favorite

Hilda Granetta

"Ya Allah Non, cepat bangun! ini sudah jam berapa? nanti bisa telat masuk sekolah." ucap Bi Surti, yang sedang membangun kan Hilda yang masih bergulung dalam selimut.

"Ah... Bi, masih ngantuk." ucap Hilda dengan malas membuka kedua matanya, dan memeluk guling.

Bi Surti membuka gorden kamar Hilda, kamar bernuansa pink itu, tampak begitu terang karena sinar matahari yang masuk. Bi Surti, lantas menyiapkan seragam sekolah milik Hilda, tas dan menyusun buku pelajaran untuk hari ini.

"Non, cepat bangun. Nanti telat, terus tidak masuk sekolah lagi nantinya. Makannya, kalau setiap malam jangan main game terus, jadi gini kan." ucap Bi Surti, dengan memasukan buku - buku pelajaran, untuk hari ini.

"Astagfirullah, Non..! " teriak Bi Surti.

"Aaaaa... Bi, 5 menit lagi." ucap Hilda.

"Ayo bangun, mandi." tarik paksa Bi Surti, pada Hilda.

Hilda dengan malas dan mengantuk, lantas masuk kedalam kamar mandi.

****

"Non Hilda sudah bangun?" tanya Pak Sholeh, supir pribadi keluarga Hilda, sekaligus suami Bi Surti.

Keduanya, telah lama bekerja di keluarga Hilda. Dan sejak kecil, Hilda di asuh oleh Bi Surti, sedangkan kedua orang tua Hilda sibuk dengan kegiatannya, bahkan jarang untuk pulang ke rumah, hanya sebatas mengirimkan uang.

"Cepat Non, ini sudah 15 menit lagi masuk." ucap Pak Sholeh, saat Hilda keluar dari kamarnya.

"Sarapan dulu, nanti Bibi suapin." ucap Bi Surti sambil menyuapi Hilda, dan Hilda sambil menali sepatunya.

"Bi, hari ini main ke rumah Laila ya."

"Nanti jam berapa pulangnya? jangan malam - malam."ucap Bi Surti.

"Soalnya Bapak hari ini Non, mau pergi ke kota S bapak mau nengok Azizah di pesantren." ucap Pak Sholeh.

"Hilda pulang sendiri saja Pak, kalau Hilda belum pulang, cari saja di rumah Laila." ucap Hilda sambil menerima suapan dari Bi Surti.

"Sudah Non yuk berangkat, ini pasti telat lagi." ucap Pak Sholeh beranjak bangun.

"Eh tunggu Non, minum susunya dulu." ucap Bi Surti dengan mengarahkan gelas pada mulut Hilda.

*****

"Yah.. telat lagi!" ucap Hilda saat turun dari mobilnya.

Pintu gerbang tertutup rapat, tanda sudah masuk. Hilda lantas berlari ke samping sekolah, mencari lokasi untuk olahraga panjat tembok.

"Anak jaman sekarang, tidak ada pintu, tembok pagar pun jadi." ucap Pak Sholeh, yang sudah hafal kebiasaan anak majikannya.

Hilda menatap tembok sekolah, dengan tinggi 5 meter. Dengan naik ke atas pohon mangga, yang ada di kebun samping sekolah Hilda naik, dan dengan tanpa rasa takut, Hilda meraih tembok sekolah yang tinggi. Kini dirinya sudah berada, di atas tembok sekolah, dan siap untuk turun.

Buuuughhhhh

Aaawwww

Hilda berhasil loncat dan turun, walau kotor mengenai lututnya. Bagai seorang maling, yang takut tertangkap basah, Hilda berjalan mengendap. Dan segera bersembunyi, saat melihat Pak Kepala sekolah sedang berjalan dengan seorang guru.

Hilda lantas langsung berlari, melihat Ibu Dwi yang sedang menulis di papan tulis. Hilda dengan pelan membuka pintu, dan berhasil duduk di kursinya.

"Kebiasaan deh, telat 10 menit." bisik Laila.

"Ngatuk banget, tuh gara - gara semalam mabar sama si Axel." ucap Hilda.

"Nanti malam kita Mabar lagi gimana?" bisik Axel yang duduk di belakang Hilda.

"Kita Mabar, di rumah Laila gimana?" ucap Hilda.

"Kapan?" tanya Axel.

"Hari ini." jawab Hilda pelan.

"Ikut dong." ucap Mila.

"Iya, sudah nulis lagi, nanti ketahuan kita ngobrol, sama Ibu Dwi kena lempar spidol." ucap Laila pelan.

"Anak - anak, ini nanti di kumpulkan, biar tahu siapa yang tidak mencatat." ucap Ibu Dwi.

"Baik Bu."

*****

"Pak Dicky nanti mengajar ke 11 tiga kelas, dan di kelas 10 full 7 kelas dan kelas 12 hanya 5 kelas." ucap Pak Barkah, kepala sekolah SMAN 9 Harapan.

"Siap Pak." ucap Dicky.

"Pak Dicky, tadinya honor di mana?"

"Saya honor di SMAN 2 Harapan, sambil mengajar di SMA Erlangga, karena saya di SMAN 2 itu tidak full, dari senin sampai rabu, dan kamis sampai sabtu saya disana."

"Dan sekarang di SMA Erlangga masih mengajar?"

"Sudah tidak Pak, kemarin saya sudah memutuskan resign, karena disini jadwalnya full banget."

"Selamat bergabung menjadi keluarga besar di SMAN 9 Harapan. "

"Terima kasih Pak." ucap Dicky sambil berjabat tangan.

****

"Hallo Hilda, ini ada cokelat buat kamu? tuh dari si Rendi." ucap Firman.

"Thanks ya." ucap Hilda tersenyum ke arah Rendi.

Firman kembali ke mejanya bersama Rendi, sedangkan Rendi terus menatap ke arah Hilda. Gadis cantik, yang sudah lama di taksir Rendi.

"Makin hari, calon bini makin cantik." ucap Rendi.

"Kalau kamu, berhasil dapatkan tuh Hilda, kamu harus traktir gua makan sepuasnya di kantin ini." ucap Firman.

"Jangankan traktir, kantinnya gua beli." ucap Rendi dengan nada sombong.

"Wuis.. mantap."

Sedangkan Hilda dan teman - temannya, sedang asik makan cemilan yang di belinya. Tidak dengan cokelat pemberian Rendi, hanya tergeletak begitu saja.

"Ini Cokelat, mau di makan tidak?" tanya Axel.

"Makan saja, nggak suka cokelat." jawab Hilda.

"Masa! " ucap Mila.

"Iya, kalau mau makan. Nanti di makan, ada guna - gunanya, ih.. serem takut itu cokelat dari dukun." ucap Hilda.

"Ah kalau dari dukun, nggak mau makan. Nanti malah gua lagi, yang ngejar - ngejar si Rendi." ucap Axel.

"Kalau yang makan orang lain, katanya itu bakalan luntur mantra - mantranya." ucap Laila.

"Sumpah Lo, nggak bohong?" ucap Axel.

"Iya, suer itu kata Nenek gua." ucap Laila.

"Udah deh, tinggal makan saja. Lagian hari gini, masih saja percaya sama begituan." ucap Hilda.

"Yaudah gua makan." ucap Axel, memakan cokelat pemberian dari Rendi.

"Wah dasar Asem tuh si Axel." ucap Rendi.

****

"Hilda, gua antar yuk." ajak Rizky, ketua OSIS SMAN 9 Harapan.

"Thanks ya Riz, gua mau main ke rumah Laila." tolak Hilda.

"Oh yaudah, duluan ya." ucap Rizky lantas melajukan motornya.

"Beruntung banget, Kamu di ajak pulang bareng, sama ketua OSIS ganteng itu." ucap Laila heboh.

"Kenapa sih? biasa saja kali." ucap Hilda.

"Secara, dia banyak yang naksir. Tapi dia kan mantan nya Kamela."

"Emangnya gua suka sama dia!" ucap Hilda berjalan meninggal Laila.

"Buruan yuk, panas." ucap Axel dari dalam mobil.

Keduanya pun masuk ke dalam mobil, yang di dalamnya sudah ada Mila. Sedangkan dari jauh, Rose dan gank nya menatap tak suka dengan Hilda, yang menurut dirinya adalah saingannya.

"Kenapa sih, semua cowok pada naksir dia? hebatnya apa dia, cantik doang! kenalkan Rose tidak hanya cantik, tapi otaknya pintar." ucap Rose, kakak kelas Hilda yang menganggap Hilda adalah saingannya.

.

.

.

Kebebasan

Suara musik berdegup kencang di dalam mobil, semuanya bernyanyi dan menggoyangkan tubuh mereka. Suara mereka hingga membuat di dalam mobil membuat, bila yang mendengar langsung menutup telinga.

This is my life, full of color, dye your love, with the sincerity of your heart

Hingga Axel, mengemudi sembari memukul - pukul setir mobilnya. Dengan terus suara penyanyi aslinya, hilang karena suara mereka.

Dicky mengendarai motor tuanya, dengan sangat pelan, namun tiba - tiba harus terkena percikan air, yang mengenang jalan berlubang akibat mobil, yang melaju kencang.

"Hey... bisa bawa mobil pelan nggak sih?" teriaknya saat melihat pakaian seragamnya harus kotor terkena air campur lumpur.

"Ah.. bau lagi air nya." ucap Dicky lantas melanjutkan mengemudikan motor, setelah berhenti sesaat.

**

"Loh baju kamu kenapa Dicky?" tanya tetangga Dicky, ibu soimah yang sedang mengangkat jemuran.

"Ini bu, tadi ada mobil bawanya kencang kena seragam saya."

"Oh, harus segera di rendam biar cepat rontok nodanya."

"Iya bu."

Dicky masuk kedalam rumahnya, mengganti pakaiannya. Dan bersiap untuk lanjut berjualan sore di Alun - alun kota.

Hidup sendiri, membuat Dicky harus bisa mencukupi untuk keperluan hidupnya, karena Dicky sejak kecil menjadi Yatim piatu dan harus bekerja agar tidak bergantung pada orang lain.

"Mas." sapa Husna.

"Husna, kamu sudah pulang?"ucap Dicky.

" Baru saja Mas, ini saya belikan makan siang buat Mas Dicky."

"Terima kasih ya, jadi merepotkan."

"Nggak kok, sudah mau siap - siap buat bahan nasi uduk ya, buat jualan nanti sore?"

"Iya, biar jam 5 sore, sudah ada di Alun - alun."

"Kalau begitu, saya pamit."

"Sekali lagi terima kasih." ucap Dicky lantas membuka nasi bungkus pemberian dari Husna.

****

"Hajar terus Xel, hajar ah... payah Lo." ucap Hilda membanting ponselnya.

"Eh kalian pada ingat nggak sih? besok itu ada PR Matematika!" ucap Mila.

"Kerjain dong, gua paling malas. Besok gua mau nggak ikut pelajaran Matematika." ucap Hilda.

"Hilda, Lo itu sudah alfa loh beberapa kali. Bahkan banyak ijin yang kamu buat - buat. Mending masuk deh, dari pada orang tua Lo di panggil karena tidak pernah masuk." ucap Laila.

"Silahkan saja, lagian yang datang pembokat gua."

"Mil, Lo kan yang jago tuh buat pecahin soal. Lo kerjain gih, nanti kita - kita pada nyontek." ucap Axel yang sibuk, dengan Video game nya.

"Iya, nanti gua kerjain."

Ceklek

"Kalian mau pada makan nggak? Ibu sudah masakin sayur sop sama goreng tempe." ucap Ibu Laila.

"Wah, kebetulan Tan." ucap Axel.

"Yuk pada makan." ucap Ibu Laila, lantas pergi.

"Yuk pada makan, mumpung masih panas."ajak Laila.

****

"Hilda ponsel kamu bunyi." ucap Mila.

"Biar saja." ucap Hilda.

"Hilda ponsel kamu bunyi lagi loh, angkat lah." ucap Laila.

Hilda mengabaikan panggilan dari Mami nya, lantas berganti Papinya menelepon tapi Hilda tidak mengangkatnya.

"Loh, itu ponselnya bunyi terus. Kenapa tidak di angkat?" ucap Ibu Laila, bernama Asih.

"Biarkan saja Bu." ucap Hilda sambil makan.

"Barangkali penting."

"Nggak kok bu."

****

"Apa ini kebiasaan dia? jam 5 sore belum pulang ke rumah! " ucap Ibu Stevi, Mami Hilda.

"Bi, kamu itu suruh jaga anak kami, jaga seperti anak sendiri. Masa kamu biarkan, Hilda anak perempuan jam segini masih di luar rumah." ucap Pak Bara, Papi Hilda.

Kedua orang tua Hilda, sibuk dengan bisnis mereka. Yang harus sering ke luar negeri. Ibu Stevi, adakah seorang model, dan pengusaha kosmetik yang pasarannya hanya di jual di luar negeri, dan untuk penunjang fashion show internasional.

Sedangkan Pak Bara, adalah seorang pengusaha sukses ekspor impor, yang keduanya sangat gila pekerjaan, demi kepentingan dunia dan rela meninggalkan tanggung jawab masing - masing.

"Maafkan saya Tuan, Non Hilda main juga di rumah sahabatnya, saya yakin dia juga tidak akan nakal di luar sana." ucap Bi Surti.

"Bi, kamu itu jangan suka membela Hilda. Kamu kita tugaskan didik dia yang baik, karena kita itu tidak ada waktu buat dia, sekarang suami kamu mana? suruh jemput Hilda." ucap Ibu Stevi.

"Maaf Nyonya, suami saya ada di kota S. Malam baru sampai." ucap Bi Surti.

"Bagus ya! biasanya pulang jam berapa?" tanya Pak Bara.

"Jam 8 malam pulang."

"Astaga! kalian benar - benar membebaskan anak saya. Kalau sampai anak saya, terkena pergaulan bebas, kalian berdua yang akan saya hajar." ucap Pak Bara marah, lantas bangun dari duduknya.

***

"Non, cepat pulang. Naik taksi atau apa! Tuan sama nyonya pulang." ucap Bi Surti saat menelepon Hilda.

"Ini sedang di jalan Bi, mereka datang jam berapa?"

"Tadi sore, Bibi juga tidak tahu, kalau Tuan sama Nyonya pulang."

"Tunggu di depan Bi, saya sebentar lagi sampai."

****

"Lihat Pap, nilai - nilai Hilda hancur! coba lihat nilai Matematikanya, benar - benar mereka tidak memperhatikan belajar anak kita." ucap Ibu Stevi marah, dengan menunjukkan beberapa buku tugas milik Hilda.

"Entahlah Mam, Papi bingung mau bilang apa. Mau pecat mereka, Hilda sudah nyaman dengan Bi Surti dan Pak Sholeh. Mau kita bawa, Mami sibuk, Papi juga sibuk."

Hilda turun dari taksi, Bi Surti sudah menyambut kedatangan anak majikannya. Hilda yang tahu, akan kena marah kedua orang tuanya.

"Non, nanti diam saja ya. Jangan jawab apa - apa, kalau Nyonya sama Tuan bicara. Non jangan melawan, ingat pesan Bibi." ucap Bi Surti.

"Assalamu'alaikum." ucap Hilda memberikan salam.

"Walaikumsalam."ucap Pak Bara dan Ibu Stevi.

Plaaakkkk

Sebuah tamparan di daratkan pada pipi kanan Hilda, Ibu Stevi dengan kesal menampar pipi kiri Hilda.

Plaaaakkk

" Mau jadi apa hah! lihat pelajaran kamu, nilai nya jelek. Dan lihat, Matematika kamu, kenapa nilai D semua. Kerjaan kamu main terus hah! " bentak Ibu Stevi.

"Hilda, kamu fasilitas apa saja, kami penuhi. Kalau kamu kurang paham, dan kurang masuk ke otak masalah pelajaran, kamu bisa les. Papi akan bayar berapapun untuk sewa guru les, kamu tahu Hilda untuk masuk universitas favorit di luar negeri, harus punya nilai bagus. Papi sama Mami tidak mau, kamu masuk asal universitas. Dulu waktu SD sampai SMP kamu pintar, sekarang kenapa kamu jadi bodoh!" bentak Pak Bara.

"Bi, saya minta sama kamu. Jangan manjakan dia, kita lihat dari mulai SMA dia berubah, memalukan. Bagaimana nanti kalau ada berita, anak orang sukses tapi anaknya tidak sukses." ucap Ibu Stevi.

"Maafkan Hilda, Mami Papi Maaf!" ucap Hilda langsung berlari masuk kedalam kamarnya.

***

Hiks.. hiks.. hiks..

"Hilda bosan hidup seperti ini, hiks.. hiks.. Hilda ingin cari apa yang Hilda ingin."

.

.

Pak Guru Ganteng

"Pak Sholeh, ini bonus buat kamu sama istri kamu. Atur saja, mau di bagi berapa. Saya kasih kamu cek senilai 50 juta, tapi ingat saya tidak mau ada berita yang tidak enak tentang Hilda." ucap Pak Bara.

"Siap Tuan." ucap Pak Sholeh menerima cek tersebut.

"Azizah bagaimana?" tanya Pak Bara.

"Tahun sekarang dia lulus , dan minta kuliah jurusan kedokteran." jawab Pak Sholeh.

"Kamu punya duit berapa? mau kuliahkan Azizah!" ucap Ibu Stevi.

"Alhamdulillah jalur beasiswa." ucap Sholeh.

"Lihat Pap, anak pembantu saja pintar. Malah dapat beasiswa lagi, kedokteran. Anak kita, kenapa jadi bodoh dan blangsak." ucap Ibu Stevi."

Hilda keluar dari kamarnya, tidak seperti biasanya Hilda hari ini bangun pagi - pagi, dan Bi Surti yang selalu memanjakannya membantu menuangkan sarapan pagi, yaitu nasi goreng.

"Papi sudah transfer uang, untuk kamu cari guru les. Kamu harus lihat Azizah, jadi motivasi agar kamu bisa dapat beasiswa. Masa anak majikan, kalah sama anak pembantu memalukan." ucap Pak Bara.

Hilda hanya diam, makan nasi goreng yang rasanya enak tapi terasa hambar karena kedua orang tuanya terus marah - marah.

***

"Pak, ko saya jadi kasihan sama Non Hilda. Dan merasa bersalah, kita salah didik Non Hilda. Padahal kita bisa saja, mendidik Non Hilda seperti Azizah." ucap Bi Surti.

"Bapak juga sama Bu, tapi Non Hilda itu seperti itu dia seolah cari perhatian, Ibu tidak paham dia itu ingin perhatian Tuan Bara dan Nyonya Stevi." ucap Pak Sholeh.

"Saya itu, kalau memilih lebih baik orang tuanya, tidak pulang - pulang. Kasihan kalau setiap pulang, bisanya marah - marah. Dulu waktu Non Hilda masih selalu dapat prestasi, hanya hadiah lagi hadiah, setiap ada acara sekolah kita saja Pak yang datang. Kalau Mami Papi nya mengerti, tidak seperti ini."

***

"Hilda berangkat sekolah dulu." ucap Hilda bersalaman dengan kedua orang tuanya, namun keduanya hanya fokus pada layar laptopnya, saat bersalaman.

"Assalamu'alaikum."

"Walaikumsalam." ucap Pak Bara dan Ibu Stevi.

Hilda segera berlari ke arah mobil , yang sudah terparkir di depan teras rumah. Bi Surti berlari dengan membawa gelas berisi susu putih.

"Non di minum dulu susu nya." ucap Bi Surti.

"Terima kasih Bi." ucap Hilda meminum susu buatan Bi Surti.

"Bi Surti, Pak Sholeh! mereka itu kapan sih balik ke luar negeri? ini telinga rasanya mau pecah, gendang telinganya. Harus mendengarkan mereka, seperti radio butut." ucap Hilda.

"Hus, nggak boleh bilang begitu. Yuk berangkat Non, nanti telat." ucap Pak Sholeh.

"Hati - hati. " ucap Bi Surti.

***

"Mas, saya hari ini harus keluar kota. Besok baru pulang, ada mendadak jadwal pemotretan. Dan pembuatan iklan produk cream terbaru." ucap Ibu Stevi.

"Kapan kamu, meluncurkan produk untuk dalam negeri?" tanya Pak Bara.

"Sedang dalam fase uji coba, untuk jenis kulit yang ada di negara kita." jawab Ibu Stevi.

"Saya juga, mau melihat pembangunan proyek untuk pabrik baru. Mungkin lusa sudah balik lagi ke Eropa, disana harus meninjau perusahaan yang ingin bergabung dengan perusahaan kita."

"Ok, nanti saya akan menyusul kesana."

"Ya."

"Saya harus siap - siap." ucap Ibu Stevi dengan mengecup bibir Pak Bara.

****

"Bete banget sih, jam segini sudah sampai disekolah." celetuk Hilda.

"Jadi kemarin, Lo kena marah bokap nyokap!" ucap Mila.

"Iya, sok - sok an perhatian sama sekolah gua lah, sok suruh cari guru les privat lah. Malas banget, bisanya marah - marah." ucap Hilda kesal.

"Berarti, mereka masih perhatian sama Lo. Dan Lo nya aja kagak paham, bisanya marah." ucap Axel.

"Lo kalau tidak tahu, tentang hidup gua mending nggak usah komen deh. Yang ada gua tambah kesel sama Lo." ucap Hilda.

"Eh, ada guru baru! " ucap Wawan, ketua kelas.

"Guru baru! guru pelajaran apa?" tanya Laila.

"Matematika, pengganti Pak Badrun. Dia mengajar di kelas lain, gurunya masih muda, dia sedang berjalan kemari." jawab Wawan.

"Selamat pagi semuanya."

"Selamat pagi..!! "

Suara riuh dalam kelas, terutama siswa perempuan saat melihat guru baru mereka yang tampan, dan masih muda.

"Kalau guru Matematikanya, model gini. Ya rajin dong, tiba - tiba Matematika jadi favorit." celetuk salah satu siswa perempuan.

Hilda menatap dengan mata tak berkedip, bahkan menyangga wajahnya dengan kedua tangan.

"My Teacher, My Favorite." ucap Hilda.

"Perkenalkan, nama Bapak Dicky Anugerah. Panggil saja Pak Dicky, saya guru baru di SMAN 9 Harapan akan mengajar matematika." ucap Dicky.

"Pak sudah punya pacar belum?" tanya Lita.

Langsung suara keributan muncul, dan Pak Dicky hanya tersenyum dengan menunjukkan lesung pipinya.

"Saya masih singel." jawab Pak Dicky.

"Wah boleh , daftar jadi calon istri dong." celetuk Rebeca.

"Sekolah aja Lo yang pinter." ucap Asep.

"Sekarang Bapak Absen satu persatu ya. "

"Aldi."

"Hadir Pak."

"Abay."

"Hadir Pak."

"Asep"

"Hadir Pak. "

"Alda."

"Hadir Pak."

Pak Dicky terus mengabsen satu persatu muridnya, hingga kini giliran Hilda yang di panggil.

"Hilda."

"Hadir sayang."

"Apa! " ucap Pak Dicky, yang membuat semuanya menoleh ke arah Hilda.

"Maksudnya, hadir Pak." ucap Hilda.

Lantas Dicky, melanjutkan mengabsen kembali. Hingga beralih memulai pelajaran, melanjutkan materi yang di ajarkan oleh Pak Badrun.

"Oh my god, Gua bakalan rajin ini. Ada pelajaran Pak Dicky, secara mendadak suka sama Matematika." ucap Hilda.

****

"Cukup sekian pelajaran dari saya, nanti jangan lupa PR halaman 10,di kumpulkan di kertas selembar." ucap Pak Dicky.

"Bapak! " panggil Hilda mendekat.

"Iya, ada apa?" tanya Dicky.

"Saya masih kurang paham, yang tadi bapak jelaskan. Apa bisa bapak ulangi, materi tadi?" ucap Hilda, yang sedang mencari kesempatan.

"Eh tuh bocah, sedang PDKT apa?" ucap Axel.

"Kayaknya! sudah mulai mengerti cowok ganteng." celetuk Mila.

Hilda menunjukkan soal yang tadi di bahas bersama, dengan telaten Dicky mengulangi materi yang tadi.

"Bagaimana, sudah paham?" tanya Dicky.

"Sudah Pak, makasih." jawab Hilda, namun saat di jelaskan ulang, Hilda tidak memperhatikan pelajaran, namun memperhatikan wajah Dicky.

"Sama - sama." ucap Dicky, lalu pergi.

"Gimana? tadi mengerti! " tanya Laila.

"Nggak mengerti." jawab Hilda.

***

"Hilda, mau gua traktir nggak?" ucap Rendi sambil berjalan di sebelah Hilda.

"Tanya saja sama mereka, mau nggak." ucap Hilda.

"Loh kok mereka, gua kan ajak Lo." ucap Rendi.

"Makasih Ren, saya masih kenyang." ucap Hilda dengan mempercepat langkahnya.

Rose and the gank terdiri dari Rara, Celine dan Mika menghadang Hilda, Laila, Mila dan Axel. Dengan berkacak pinggang, Rose berdiri di tengah - tengah koridor sekolah.

"Stop." perintah Rose.

"Ada apa sih Lo?" ucap Laila kesal.

"Gua peringatkan Lo, agar tidak dekati semua cowok yang ada di SMAN 9 ini. Karena ini, adalah kawasan gua, disini gua berhak mengatur siapa saja." ucap Rose.

"Memangnya gua pikirin." celetuk Hilda.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!