Mendadak Nikah

Mendadak Nikah

Guru Menyebalkan

Tak ... Tak ... Tak ...

Suara langkah kaki itu selalu berhasil menarik perhatian siapa pun yang menyadari kehadirannya. Suasana gaduh nan bising menjadi senyap dalam sekejap saat sang ratu populer datang membawa sejuta pesona. Yup, siapa lagi kalau bukan Zara?

Belasan hingga puluhan sorot mata hanya terfokus pada gadis tersebut. Sangat cantik dan mempesona. Itulah satu kata yang tertanam dalam pikiran para pria pemuja setiap kali melihat Zara.

Dengan anggun Zara mengibaskan rambutnya. Berjalan dengan santai tanpa membalas satu pun sorotan yang tengah mengindahkan dirinya. Bagi Zara, hal ini sudah seperti makanan sehari-hari untuknya. Selalu ada saja yang memperhatikannya karena pesona yang ia bawa.

Begitupun juga saat dirinya masuk ke kelas. Hanya dalam hitungan detik, semua obrolan dan kegaduhan yang menyeruak langsung terputus karena kehadiran Zara. Tak ada satu pun laki-laki di sana yang ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menatap gadis ini.

"Tumben baru datang, Beb," kata Dona selaku sahabat Zara. Namun Zara malah mengacuhkannya.

Kanaya hanya tersenyum miris. Mereka sudah terbiasa diperlakukan seperti ini oleh ratu kesayangan mereka. Ratu yang bahkan emosinya seringkali berubah-ubah. Selalu ada saja hal kecil yang membuatnya badmood dan murka. Seperti saat ini misalnya. Raut wajah Zara menunjukkan kalau moodnya sedang tidak baik-baik saja.

Sebelum duduk, Zara menatap mejanya terlebih dahulu dengan tatapan membunuh. Tampak kilatan warna merah menghiasi mata indahnya. Emosi yang menerjang dalam diri membuat jari-jemari lentiknya terkepal erat di sisi tubuh.

BRAKKK!!!

Dengan sekuat tenaga Zara menggebrak mejanya. Dia sedikit gemetar. Napasnya mulai tak beraturan disebabkan oleh kemarahannya.

"Siapa yang habis makan di sini?!" Zara berteriak pada semua makhluk bernyawa yang tengah menatapnya. Dia sungguh kesal mendapati sedikit bekas makanan basah yang menempel di mejanya.

Sekian persen dari mereka saling menoleh dan menatap satu sama lain sebelum akhirnya menggelengkan kepala. Tak ada satu pun dari siswa dan siswi tersebut yang mau mengakuinya.

"Aku." Suara berat nan khas yang berasal dari pintu masuk membuat kepala Zara spontan menoleh ke arahnya.

Zara menelan ludah ketika tahu bahwa seseorang yang membuatnya kesal pagi ini adalah lelaki pujaannya sendiri. Ya, Gallen namanya. Si pria paling tampan kedua di sekolahnya. Kalau Zara dinobatkan sebagai ratu oleh para penghuni sekolah, maka Zara menobatkan Gallen sebagai rajanya.

"Sorry ya. Tadi tidak sengaja." Tanpa Zara sadari, Gallen sudah berada di hadapannya sambil membersihkan noda itu dengan beberapa lembar tisu yang di ambil dari kantor guru.

Zara hanya diam. Pikiran, jiwa, dan raganya masih terpaku pada pangeran kesayangannya ini. Lamunan itu mulai hambar saat Gallen menarik kursi dan menempati diri di samping Zara. Selama kelas tiga ini, Gallen dan Zara memang ditakdirkan untuk duduk bersebalahan. Bagi Zara itu bukanlah sekedar kebetulan, melainkan rencana takdir untuk mempersatukan mereka.

Sejak masih duduk di bangku kelas 1 SMP, Zara sudah menjadi pengagum Gallen. Di saat para pria mendambakan dirinya, justru Zara malah mengharapkan Gallen yang selalu dingin terhadapnya. Gallen hanya akan bicara jika perlu saja. Itulah yang membuat Zara sulit mendekati pria ini. Dia harus mengeluarkan effort lebih hanya untuk menjalin komunikasi di antara mereka.

Tak sampai di situ saja, Gallen juga menjadi penyebab utama Zara mau masuk ke sekolah ini. Awalnya Zara ingin menempuh pendidikan di sekolah internasional yang lingkungannya selevel dengan dirinya. Namun, tak disangka Gallen malah memilih di sini. Demi bisa terus dekat dengan Gallen, tepaksa Zara pun mengikutinya.

Zara heran mengapa Gallen mau menghabiskan masa SMA-nya di sekolah pinggiran seperti ini. Padahal lelaki itu termasuk orang berada sama seperti dirinya. Seharusnya Gallen memilih tempat yang sedikit lebih bagus dan nyaman kan?

"Selamat pagi semuanya."

"Pagi juga Bapak ganteng!" jawaban tersebut dilontarkan serentak oleh seluruh siswi dalam kelas tersebut, kecuali Zara.

Kemarahan yang sebelumnya berhasil diredakan oleh Gallen, kembali meluap-luap setelah Zara melihat sosok Aditya. Pria itu merupakan guru termuda di sini. Usianya masih 26 tahun. Selain itu, Aditya jugalah yang telah merenggut julukan "pria tertampan" dari Gallen hanya dengan kehadirannya yang baru terhitung satu minggu.

Di saat semua guru tak pernah mengatur kemauan Zara dan selalu membiarkan dirinya berbuat sesuka hati selagi tak merugikan orang lain, justru berbeda halnya dengan Aditya. Pria satu ini selalu saja mengurusi hidupnya. Apa pun yang Zara lakukan, akan dikritik oleh pria tersebut karena dianggap kurang baik. Itulah yang membuat Zara sangat membencinya. Sangat!!

Seperti biasanya Aditya mengabsen kehadiran para murid terlebih dahulu sebelum mulai mengajar. Setelah beberapa nomor terlewati, kini tiba giliran nama Zara yang disebut.

"Zahira Zara Indira," ucap Aditya sebelum menatap Zara yang mejanya berhadapan langsung dengan meja guru. Ya, Zara dan Gallen duduk paling depan. Itu merupakan kemauan mereka sebagai murid paling pintar di sekolahnya.

Ketika Aditya menyebutkan namanya, Zara malah sibuk sendiri dan bersikap acuh. Dia selalu saja menunjukkan rasa ketidaksukaannya pada pria itu.

"Zara, sudah saya bilang berapa kali. Tolong kalau pakai liptint jangan tebal-tebal. Kamu ke sini mau belajar, bukan tebar pesona." Teguran Aditya kembali membuat kuping Zara terasa panas. Suara pria itu seperti bensin yang menyiram kobaran api yang menyala.

Bisa-bisanya Aditya menegur dirinya di hadapan para murid seperti ini? Di hadapan Gallen pula? Benar-benar pria menyebalkan! Itu sama saja Aditya sedang menjatuhkan harga dirinya. Selama 2 tahun lebih berada di sini, tak ada satu pun guru yang berani menegur Zara. Apalagi menegur di hadapan banyak orang seperti yang baru saja Aditya lakukan.

Jujur, sebenarnya Zara juga tidak suka memakai make up terlalu tebal. Dia lebih suka yang natural. Namun, suatu hari Zara pernah meminjam liptint Kanaya yang warnanya terlalu menor dan alhasil dia mendapatkan teguran pertama dari Aditya. Sejak saat itu Zara malah tertantang untuk terus melawan perintahnya. Setiap Aditya melarang sesuatu, maka Zara akan melakukannya. Dan terus-menerus seperti itu.

"Lain kali tolong ditipiskan sedikit. Hanya kamu saja yang make up-nya paling mencolok. Sudah seperti mau kondangan saja."

"Bawel," balas Zara bernada rendah namun dipastikan Aditya dapat mendengarnya.

Seperti biasa Zara selalu mengikuti seluruh pelajaran dengan sangat baik. Biarpun dia terkenal sedikit kurang sopan dan sombong, tapi Zara merupakan murid paling pintar nomor satu di sekolahnya. Kemudian disusul oleh Gallen yang menempati posisi kedua.

Tak perlu terlalu fokus pada penjelasan guru, Zara sudah dapat mengerti apa yang sedang dibahas. Ketika para guru menjelaskan materi baru pada teman-temannya, Zara sudah lebih dulu mempelajari materi itu dan bahkan menguasainya.

Kalau ditanya pelajaran apa yang paling Zara sukai, tentu saja jawabannya adalah Bahasa Inggris. Tapi semenjak pengajar Bahasa Inggrisnya digantikan oleh Aditya, dia jadi membenci pelajaran tersebut. Apa pun yang bersangkutan dengan Aditya, dia sangat membencinya.

Terpopuler

Comments

canvie

canvie

savageeeee

2023-06-08

0

canvie

canvie

semua mata pun kini hanya tertuju padaku~🎤

2023-06-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!