"Apa?! Menikah?"
Zara begitu terkejut saat Pak Chandra memintanya untuk menikah dengan Aditya. Bagaimana bisa? Dia masih sekolah. Selain itu hubungan dirinya dan Aditya hanya sebatas guru dan murid yang tidak pernah akur. Ini sama sekali tidak masuk akal bagi Zara.
"Iya, Nak. Setelah berdiskusi panjang dengan Pak RT dan Aditya, ayah putuskan untuk segera menikahkan kalian."
Sontak Zara pun mengernyitkan kening.
"Sebentar, Zara mau tanya. Apakah sekarang ayah percaya dengan Zara? Ayah percaya kan kalau Zara dan Pak Aditya tidak melakukan hal gila itu?"
"Iya, Sayang. Sekarang Ayah percaya. Tadi Nak Aditya sudah menjelaskan hubungan kalian yang sebenarnya. Tapi setelah kami berunding lebih lanjut, sepertinya kalian harus tetap menikah. Minimal untuk mematahkan spekulasi para warga itu tentang perbuatan kalian. Dan dengan menikah, kamu jadi ada yang melindungi kan?"
Zara tersenyum sinis. Sungguh ini tidaklah lucu. Dia tidak suka bercanda seperti ini. Bukan lelucon yang tepat untuk dijadikan sebagai pencair suasana tegangnya.
"Sama sekali tidak lucu, Yah."
"Ayah tak sedang melawak. Ayah bicara serius, Zara. Gurumu itu pun juga sudah setuju. Dia bersedia untuk menikah denganmu."
Zara menatap wajah Pak Chandra sedalam mungkin. Dia mencari celah kebohongan di wajah yang sudah tidak muda itu. Namun Zara tak menemukannya. Pak Chandra benar-benar serius dengan perkataannya barusan.
"Tidak, Yah. Zara tidak mau menikah dengan pria itu. Lagipula Zara juga masih sekolah. Perjalanan hidup Zara masih panjang. Zara tidak mau merusak masa depan Zara dengan menghabiskan sisa hidup yang ada bersama pria miskin sepertinya."
Pak Chandra memegang lembut kedua bahu Zara. Beliau mengarahkan gadis itu ke hadapannya. Mereka saling bersitatap satu sama lain.
"Kamu menolaknya hanya karena dia bukan orang berada?"
Zara segera menepis tangan Pak Chandra dengan pelan. Dia mengalihkan tatapannya ke arah lain, tak mau menatap mata sang ayah yang sedang menggambarkan sejuta harapan.
"Bukan hanya itu saja. Zara juga sangat membencinya. Sangat-sangat benci! Dan ... Zara menyukai lelaki lain, teman sekelas Zara sendiri."
Pak Chandra membuang napas kecewa. Mengapa putrinya menjadi seperti ini? Saat masih kecil, Zara merupakan gadis polos, penurut, sopan, dan baik hati. Sekarang semua sudah berubah. Ya, waktu berhasil merubah segalanya.
Pak Chandra tak lelah membujuk Zara. Beliau terus saja melontarkan permohonan pada putrinya tersebut.
Setiap kata dan kalimat yang melantun di telinga Zara membuat hati keras gadis itu sedikit terenyuh. Zara kewalahan mengatasi hati bekunya sendiri yang mulai mencair. Setiap untaian permohonan itu seolah mengikis perasaannya sedikit demi sedikit.
Zara terpaku bisu. Tak ada sedikit pun tenaga dalam dirinya untuk merespon ucapan sang ayah. Hanya indera pendengarannya sajalah yang saat ini sedang menyimak segala permintaan pria paruh baya itu.
"Nak, Ayah mohon. Sekali ini saja tolong turuti permintaan Ayah, ya? Kita sudah berpisah selama 13 tahun lamanya. Ayah senang sekarang kamu sudah dewasa. Tapi ayah akan lebih senang jika diberi kesempatan untuk melihat putri ayah ini di hari pernikahannya. Kalau tidak sekarang, lalu kapan lagi, Nak? Ayah tidak tahu kapan Ayah akan meninggalkan kehidupan ini. Termasuk meninggalkanmu nanti."
"Selama bertahun-tahun ini Ayah belum pernah memohon sesuatu padamu, kan? Maka dari itu tolong berikan ayah satu kesempatan saja. Jika ayah tidak bisa mendampingi kakak-kakakmu saat menikah nanti, setidaknya ayah bisa mendampingi putri bungsu ayah ini. Hanya kamu sajalah harapan ayah satu-satunya, Nak."
Perasaan Zara semakin teriris. Buliran air mata yang tertahan membuat kedua netranya memerah. Apa yang Pak Chandra katakan berhasil membuat Zara berperang dengan dirinya sendiri. Gadis itu benar-benar memikirkan seruan sang ayah barusan.
Setelah cukup lama bertarung melawan keegoisannya, kini Zara pun mulai mengambil keputusan.
"Baiklah, Yah. Zara akan menikah dengannya. Tapi bukan karena cinta, melainkan karena permintaan Ayah barusan."
Zara membuang muka ke arah lain saat berkata demikian. Seribu kesedihan sudah tak bisa ia gambarkan lagi hanya dengan sebuah kata-kata.
Masa depannya akan segera dirusak oleh Aditya. Impiannya untuk menikah dengan Gallen akan segera pupus. Harapannya untuk menjadi istri dari pria kaya raya yang sederajat dengannya sudah hancur berkeping-keping. Dan semua itu karena Aditya!! Zara sangat kesal pada takdir yang begitu jahat padanya.
***
Pernikahan itu dilaksanakan sesederhana mungkin. Jika biasanya kedua mempelai akan memakai gaun couple terbaik mereka di hari sakral ini, berbeda halnya dengan Aditya dan Zara.
Zara menatap dirinya dengan perasaan jijik. Dress lengan panjang berwarna merah maroon yang polos membuat Zara ingin mencabik-cabik kain ini.
Tak ada dekorasi, MUA, penata gaun, dan lainnya di hari pernikahan mereka. Lalu siapa yang merias wajah Zara sebagai mempelai wanita? Tentu saja dirinya sendiri. Sederhana sekali bukan?
Dan tidak sampai itu saja. Pernikahan ini juga hanyalah pernikahan siri lantaran usia Zara yang baru memasuki 18 tahun dan belum cukup umur untuk menikah secara resmi. Yang Zara dengar dari Pak Chandra, Aditya akan segera mendaftarkan pernikahan mereka ke KUA setelah Zara berusia 19 tahun nanti. Tapi Zara sama sekali tak peduli dengan semua itu.
Zara dituntun oleh Bu RT menuju ruang tamu yang ukurannya hanya sepetak. Di sana sudah ada Aditya dengan kemeja rapinya dan sedang duduk di depan Pak Penghulu sambil menatap Zara dengan datar.
Zara tidak suka dengan tatapan intens pria itu. Daripada mata mereka harus bertemu, lebih baik Zara pura-pura tidak melihat saja. Dia sudah terlanjur muak memandangi wajah tampan milik seorang pria yang akan merusak hidupnya.
Zara duduk tepat di samping Aditya. Gadis itu terus menggeser tubuhnya sedikit demi sedikit untuk menciptakan jarak di antara mereka, tapi Bu RT malah menahannya. Zara menjadi dongkol sendiri.
Selain mereka dan penghulu, ada Pak Chandra yang akan mengambil peran sebagai wali nikah putrinya. Lalu disusul oleh Pak RT dan Pak RW yang akan menjadi saksi. Tak ada satu pun tamu undangan lainnya, sekalipun itu keluarga Zara sendiri. Selain dadakan, pernikahan ini juga merupakan pernikahan rahasia untuk mereka.
"Mempelai pria, apa Anda sudah siap?"
"Siap, Pak."
"Wali, saksi, apakah sudah siap?"
"Siap."
"Baiklah, acara akan segera saya mulai."
Pak penghulu membacakan beberapa do'a terlebih dahulu dan kemudian menyerahkan prosesi ijab kabul kepada Pak Chandra selaku wali.
"Saya nikahkan engkau Aditya Naveed Gunadhya dengan putri kami Zahira Zara Indira binti Chandra Nugraha dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dibayar tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Zahira Zara Indira binti Chandra Nugraha dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" seru Aditya dengan tegas dan penuh penghayatan.
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"SAHHH!!" jawab Pak RT dan Pak RW serentak.
Aditya melirik ke arah Zara. Dia melihat tak ada sedikit pun siratan kebahagiaan di wajah cantik itu. Sepertinya Zara memang sangat mengutuk pernikahan ini. Apakah dirinya sudah mengambil keputusan yang salah untuk menikahi muridnya sendiri?
"Baiklah mempelai pria, silakan pakaikan cincin pernikahannya kepada mempelai wanita."
Ujaran Pak Penghulu kembali merenggut perhatian Aditya. Dengan lembut pria itu menarik tangan Zara dan memakaikan cincin di jari manisnya. Dengan gerakan sedikit gusar Zara pun juga melakukan hal yang sama kepada Aditya.
"Silakan dicium istrimu, Nak." Pak Chandra berucap pada menantu barunya itu.
Zara menoleh segesit kilat. Mengapa tiba-tiba ayahnya menjadi ramah seperti ini pada pria yang baru dikenalnya? Padahal mereka baru bertemu kemarin hari. Dan pertemuan mereka pun diawali dengan kejadian yang tidak mengenakkan. Mungkinkah Aditya sudah mencuci pikiran sang ayah?
Tanpa Zara sadari, Aditya menarik lembut kepalanya dan mendaratkan kecupan di kening mulus itu. Zara membeku. Jantungnya berdetak hebat tak karuan. Terasa desiran hangat mengalir di sekujur tubuhnya. Jangankan marah, bahkan ingin mengeluarkan satu kata pun terasa sangat sulit. Lidah itu kembali dibuat kelu oleh pria yang sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments